SMA XXV

539 14 1
                                    

Sebuah motor memasuki gerbang sekolah yang dimana terlihat beberapa tukang sedang sibuk memasang spanduk untuk menyambut kedatangan kepala yayasan, yang recananya akan tiba siang nanti. Pak Rustam yang menjaga dekat sana, tak lupa menyapa pengendara motor itu, namun tak digubris. Pak Rustam jelas bingung. Motor itu terus saja melaju menuju area parkir.

Pengendara itu buru-buru membuka helmnya dan meletak paksa ke atas kaca spion. Tak sengaja ia melihat pantulan dirinya di kaca itu. Rambutnya kini sudah dicukur habis hingga botak. Wajahnya tampak merah karena menahan marah. Kilatan matanya membara. Urat-urat lehernya tampak menonjol tak beraturan. Ia lekas turun dari motornya. Nafasnya menderu. Ia langsung berjalan cepat menuju kelas.

Baru saja ia sampai di lorong sekolah, Semua orang sudah ribut membicarakannya. Ada yang takjub. Ada juga yang terkejut. Namun, sebagian besar tertarik padanya. Wajah tampannya kini terlihat jelas. Tak seperti dulu, yang dimana wajahnya tertutup oleh sebagian rambutnya. Setelah dipotong, sekarang alis panjangnya tampak jelas. Lentik matanya sangat memukau. Hidung dan bibirnya sangat sensual. Namun ia tak sepedih peduli dengan semua itu. Tujuannya hanya satu! PEMBALASAN!

Ia telah tiba di depan pintu kelas. Jelas itu bukan kelasnya. Kelasnya terletak dilantai 2. Sedangkan ini berada di lantai bawah seberang lapangan upacara. Ia masuk. Dan ia langsung melihat target yang dicarinya sedang bergurau akrab dengan kawan sebangkunya. Selanjutnya sudah bisa ditebak. Ia melempar tas yang sejak tadi diselempangkan di bahu kanannya. Dan langkah berikutnya ia langsung berlari menerjang target.

BUKK! Pukulan pertama tepat telak mengenai pipi target. Kawan sebangkunya kaget, apalagi yang dipukul. Langsung saja kawannya itu yang membalas dengan perlakukan yang sama hingga Sang pembalas terdorong mundur menabrak meja. Para penonton hanya diam terpaku memperhatikan. Tak ada yang tergerak untuk melerai. Barulah setelah sang Target melayangkan tendangan hingga mengenai ulu hati sang pembalas, semua murid cowok bergerak.

"Hei!! heii! tenang bro."

"Hei, panggil guru." Selak yang lain.

Sang pembalas tak tinggal diam. Ia menghempaskan tangan yang memeganginya, lalu terbang menendang balik sang target hingga jatuh tersungkur. Kawan sebangkunya tentu tidak diam saja. Ia langsung membalasnya dengan melancarkan bogem mentah ke wajah
Sang pembalas itu. Hingga membuatnya memuntahkan darah.

"HAYO, GAS!! CUMA SEGITU KEMAMPUAN LO!" Pancing Fariz dengan tawa menyeringai. Sedangkan darah segar menetes juga di sudut bibirnya.

Bagas terpancing.

"DASAR BRENGSEK!! MATI LO!" Pekik Ricky dengan kembali melayangkan pukulan ketiganya, sayang meleset.

Bagas berhasil mengelak. Hingga pukulan tadi mengenai bahu orang lain. Bagas langsung menonjok perut Ricky dengan sekuat tenaga, hingga Ricky merintih kesakitan.

Fariz yang melihat itu tentu tak tinggal diam. Ia langsung mengangkat bangku di dekatnya hendak melempar. Namun, berhasil ditahan oleh 3 orang murid cowok di sekitarnya.

"Sabar boss, nggak perlu pake bangku segala." Kata salah seorang mereka.

"Ya, ampun.. pagi-pagi udah perang aja." Sahut yang lain.

Begitupun dengan Bagas, sekitar dua orang menahan bahunya. Hingga ia nyaris tak bisa bergerak.

"Udah, gue peringatin lo, riz. Kali ini udah habis kesabaran gue." Ancam Bagas tenang," Kita selesaikan hari ini. Kalau perlu sampai salah satu dari kita mampus!!"

Fariz bergidik. Sorot mata Bagas itu tampak menyala-nyala. Fariz sadar, lawannya serius. Tak terlihat main-main. Diam-diam nyalinya menciut.

"Hei! Lo yang mulai anj*ng! Kenapa gue yang salah!?" Fariz tampak tak terima.

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang