SMA XI

532 19 0
                                    


Petang mulai menjelang. Kelas-kelas sudah kosong. Hanya beberapa murid saja yang masih berkeliaran di area sekitar sekolah serta nongkrong di dekat kantin sana.

Diantara salah satu murid-murid itu, tampak Bagas dan Yui sedang berbincang serius di bawah pohon dekat kardus kucing Bagas.

"Jadi lo mau ngomong apa?" Tanya Bagas ketus. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku.

Yui terkejut dengan nada bicara Bagas itu sebelum akhirnya menjawab,"Apa kamu benci sama aku?" Katanya

Bagas terhenyak. Namun sadar maksudnya.

"Menurut lo?" Bagas bertanya balik.

Yui lagi2 terkejut dengan jawaban tak terduga itu. Lalu menoleh sebentar ke mimi sebelum kembali menatap Bagas.

"Maafin aku kalo punya salah. Apapun itu tolong jangan membenciku."

Dahi Bagas berkerut.

"Hei.. lo ngomong apa sih? Kenapa minta maaf segala? Emang lo punya salah ma gue?"

Yui terdiam sebentar.

"Kalo gitu kamu nggak kan marah lagi sama aku?"

Bagas terhenyak lagi untuk yang kedua kalinya. Dasar cewek aneh.

"Hei.. tolong jangan salah paham. Gue nggak pernah marah ma lo."

"Lalu?"

"Gue cuma nggak suka aja sama lo, ngerti!?"

Deg!!

Jantung Yui berdetak keras, entah kenapa rasanya perih mendengar kata-kata itu.

Yui terdiam sesaat. Tak sanggup berkata2. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dilihatnya Nickname yang tertera disana "KAK IAN". Yui bingung. Langsung ia tolak teleponnya setelah itu ia matikan.

Bagas diam menyaksikan

"Hei. Kok bengong? kenapa gak lo jawab teleponnya?"

Yui terkejut. Melihat tatapan Bagas yang jelas-jelas membencinya membuat ia sedih. Entah tanpa ia minta, setitik air mulai timbul di sudut matanya.

"Hei, hei kok malah nangis?" Bagas jadi gelagapan. Tak menduga reaksi Yui seperti itu. Apa kata2nya terlalu kasar.

"Maaf, nggak papa kok. Aku cuma kelilipan," langsung Yui menyeka matanya sebelumnya kembali meneruskan,"kalo gitu aku nggak akan muncul lagi di depan kamu. Aku mengerti," ucapnya lemah.

Kali ini giliran jantung Bagas berdebar. Entah aneh rasanya. Seolah-olah ia baru saja ditolak. Tapi...

"Baguslah kalo lo ngerti. Lain kali tiap kita bertemu, pura2 acuh aja. Lewat aja."

Bagas terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulutnya sendiri. Walau bagaimanapun, Bagas tak terbiasa bersikap sekejam itu. Namun, saat memikirkan perasaan Gina yang terluka gara2 Yui membuat Bagas berusaha keras tak melunak.

Dengan tetap menunduk Yui menjawab,"Baiklah.. kalo gitu aku pulang dulu."

Bagas tak bergeming. Hanya diam saja menyaksikan sosok punggung Yui yang terkulai dan tampak menyedihkan. Jauh di lubuk hatinya, Bagas merasa bersalah, namun ia berusaha menahannya. Kemudian ia menatap langit saat adzan maghrib berkumandang. Di dalam pikirannya kini hanya ada satu hal.

"Gina."

Tak jauh dari sana. Tampak sosok seorang pria berkacamata sedari tadi memperhatikan dari jauh dengan ponsel di genggamannya. Ekpresinya tak dapat dijelaskan. Hanya saja ia menggenggam ponselnya terlalu kuat hingga tampak gurat-guratt nadi di punggung tangannya. Hanya satu yang pasti... ia terlihat marah.

***

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang