SMA I

2.9K 66 2
                                    

      Gerbang SMA Yayasan itu tampak menjulang tinggi. Sekolah ini termasuk diantara sekolah-sekolah elit di Jakarta. Beberapa murid tampak bergerombolan di depan gerbang. Mereka ada yang berjalan beriringan. Ada pula yang berjalan sendiri-sendiri. Gerbang itu dijaga oleh seorang Satpam setengah baya. Namanya Pak Rustam. Usianya sudah menginjak kepala enam. Namun bibirnya tak pernah lelah untuk tersenyum. Sekonyong-konyong sebuah mobil Terrios hitam datang dengan sound systemnya digeber-geber keras seolah memamerkan apa yang ia punya. Pak Rustam kontan kaget. Senyumnya langsung lenyap. Begitupun para murid sekitarnya; Mereka terperanjat tak alang kepalang. Yang mengemudi tak sepedih peduli. Ia terus saja ngeloyor masuk. Pak Rustam mengurut dadanya. Ia beristighfar.

Disaat bersamaan, Sedan merah Alex datang menyusul kemudian. Kedua mobil itu segera berhenti di area parkiran yang sama. Penghuninya serempak turun bersama. Tanpa sengaja Bagas melihat mobil Terrios itu. Ekpresinya masam.

"Kenapa gas?" tanya Alex yang baru saja selesai mengunci mobilnya. Lalu ia mengikuti arah pandangan Bagas. Ia langsung paham.

"Fariz, ya..." 

Bagas menoleh.

"Lo masih dendam?"

Bagas terdiam.

"Udah, gas. Lupakan. Ayo masuk, telat nih," 

Sementara Fariz dan dua orang temannya terus mendapat perhatian serius dari murid-murid sekitarnya. Fariz yang rambutnya pendek dicat agak coklat kemerahan, tampak keren dengan alis panjang yang hampir bertautan. Begitupun dengan Dean yang memiliki wajah Baby Face, poni membentuk Bowl Cut dengan sebuah anting ditindik. Penampilannya itu dapat membuat para murid cewek keteteran kalang kabut sendiri pasca dilewatin Dean. Dan terakhir Ricky yang berbadan tegap, nyaris kekar, dengan rambut cepak, tampak macho di depan yang lain. Kombinasi ketiganya benar-benar telah sukses membius para murid cewek satu Sekolah. Tentunya Fariz yang paling menonjol diantara mereka bertiga. Selain memiliki tampang yang keren, Fariz pun adalah Kapten Basket Sekolah. Ditambah ia adalah anak dari salah satu putra Yayasan. Sehingga banyak murid-murid menunjukkan berbagai macam ekpresi terhadapnya: kagum, simpati, iri, dan lain sebagainya.

Fariz dan Dean telah sampai dikelas, sedangkan Ricky berada di kelas lain. Saat mereka masuk, langsung disambut heboh oleh segerombolan tiga cewek centil. Mereka menamai diri mereka gank Sri. Terinspirasi dari pahlawan Srikandi.

"PAGI FARIZ! DEAANN!!" Koor mereka berbarengan.

Fariz terkejut. Dean apalagi. Dengan sigap Dean yang langsung menimpali.

"Pagi juga, manis," Tak lupa Dean menghadiahi seulas senyum dan kedipan mata.

"Oh my god!" Sahut mereka serempak sembari meletakkan punggung tangan diatas kening, seolah hendak pingsan.

"Oh.. air, mana air, mana air!" teriak Maya salah satu gank Sri mulai misuh-misuh sambil mengibaskan sebelah tangannya ke dekat wajah. Fariz jijik. Dean terkikik. Murid-murid lain serentak tergelak-gelak heboh melihat aksi narsis mereka. Fariz dan Dean terus saja menuju bangku mereka, dengan tetap menyapa murid lainnya bergantian.

"Oh Tuhan, sungguh sempurna ciptaan-Mu. Aamiin.." kali ini Oneng julukan Dita dari gank Sri yang berlutut lemas sambil menangkupkan tangannya diatas dada. Ia seolah tampak sedang berdoa. Tatapannya menerawang keatas. Sedangkan Sri Tepe alias si Tebar Pesona, sang pemimpin--ia buru-buru menuju bangkunya, mengaduk-aduk isi tas, kemudian mengeluarkan kotak 'ajaibnya'. Segera ia mengaca sembari memeriksa ke sekeliling wajahnya. "Duh, ada yang salah gak yah? Ada yang kurang gak yah? Duh gimana nih?" Ceplosnya berceloteh sendiri di depan kotak cermin. Murid-murid makin riuh terbahak-bahak.

Tepat di pojok paling belakang dalam kelas itu, tampak Bagas sedang asyik masyuk menulis diarinya. Ia sedang mengenakan sepasang Headset. Ia sudah bosan melihat kondisi yang terjadi hampir setiap pagi di kelasnya itu. Ia memutuskan mengabaikan sekitarnya.

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang