SMA XVI

497 15 0
                                    


  BRUKKK!!!

Tak bergeming. "Sekali lagi!"

BRUKK!! Cowok itu mendorong lagi dengan bahunya.

Masih tak ada tanda-tanda pintu kokoh itu akan terbuka.

"SIALAN!"

"YUI LO NGGAK APA-APA!" Cowok itu berusaha keras memukul pintu itu untuk mencari reaksi ataupun suara. Namun, ketebalan pintu yang lebih dari 2 cm itu, membuat suara yang terdengar hanya seperti bisikan nyaris tak terdengar.

"Sini, coba sama gue!" Timpal cowok lain yang berbadan agak besar.

BUK! BRUK! BRUKK!!

Hanya terdorong sedikit walau sudah ditubruk bertubi-tubi."Susah, gas." Kata Nick nyerah.

Bagas lalu memutar kepala mengamati atas pintu. Lalu ke samping-tak ada jendela. Semua beton.

Hanya disisi lain belakang toilet saja dua buah jendela kecil yang berbentuk persegi berada. Dan itu sangat tinggi sekali untuk dijangkau karena memang arsiteknya sengaja membuatnya demikian agar tak satupun yang melakukan perbuatan tak senonoh seperti mengintip toilet khusus cewek.

"Gas, gimana dong? Apa nggak ada cara lain buat buka pintunya? Apa perlu panggil satpam?" Sahut suara cewek dibelakang Bagas cemas.

"Nggak perlu. Tunggu aja, Dean lagi ngambil kunci duplikat." Sekali lagi Bagas menyusuri sekitar luar toilet itu yang terlihat gerombolan cowok-cewek menyaksikan dengan tegang dan nafas tertahan. beberapa diantara cewek itu, tampak sekali seperti terdesak sesuatu. Padahal masih ada satu toilet lagi dekat kantin. Namun itu hanya khusus untuk buang air. Tak ada cermin atau wastafel, hanya WC kecil. "Emang gimana ceritanya sampai kalian ninggalin Yui sendiri di toilet?" Tanya Bagas lagi.

"Semua gara-gara Gina!" Sahut Dita marah.

Deg! Jantung Bagas berdetak keras mendengar nama tersebut. "Mak--maksud lo Gina yang mana?" Bagas tetap bertanya dengan gugup.

"Siapa lagi!? Kalau bukan mantan pacar Fariz. Gue yakin ini pasti ulah Fariz juga!" Sungut Sri emosi.

Deg! Rasanya seperti dunia Bagas runtuh dalam seketika. Ia tak percaya. Seumur2 ia kenal dengan Gina sejak SMP. Belum pernah ada kejadian kayak gini. Dia yang paling tahu, bagaimana kepribadian Gina yang lembut, periang dan selalu tersenyum kepada siapa saja yang ditemuinya. Masih teringat saat Ujian akhir semester di kelas 2, ia lupa membawa pensil 2B dan Gina membantunya. Teringat juga saat ia baru tiba di sekolah, dan Gina datang menghampirinya dengan menunjukkan kisi-kisi ulangan yang terlampir dalam kertas HVS. Dan yang paling berkesan bagi Bagas, ialah saat kemanapun mereka tak sengaja bertemu, Gina selalu menyapanya dengan penuh senyum serta tak lupa melambai kepadanya. Semua memori itu jadi hancur sekejap mengingat kejadian sekarang. Ia tak percaya! Dan takkan pernah percaya sebelum menyaksikannya langsung.

"Belum tentu juga, Sri. Malah mungkin dia juga nggak sengaja terjebak di dalam. Emang cuma mereka berdua di dalam?"

"Berempat!" Kali ini Maya ikut bersuara.

"Nah, tuh siapa lagi mereka?"

"Mereka teman-temannya gina juga." Timpal Sri tak mau kalah.

"SERIUS?!" Bagas masih tak terima.

"Udah gas, yang terpenting fokus buka dulu toiletnya. Ntar lo bisa tanya langsung ke orangnya." Sahut Awan bijak.

Belum selesai awan bicara, tampak Dean dan Alex datang tergopoh-gopoh dari jauh.

"KUNCI!" Bagas menghampiri mereka tak sabaran. Setelah menerimanya. Ia lantas membuka cepat pintu toilet tersebut. Dan alangkah tercengangnya ia melihat apa yang terjadi di dalam.

"YUIII!!!" Pekik Sri, Dita dan Maya marah ketika menyadari kondisi Yui yang compang-camping setengsh telanjang.
Seragam SMA-nya tampak berserakan dilantai dengan terpotong-potong sebagian. Belum selesai mereka hendak masuk, tiba-tiba Bagas menerobos duluan memotong jalur mereka dan lekas membuka seragamnya yang langsung menutupi tubuh Yui.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!!?" Bentak Bagas penuh amarah. Emosinya meletup setelah melihat kondisi Yui yang mengenaskan. Dadanya bergemuruh kala menyadari ekpresi Yui seperti orang yang menggigil ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Bibirnya terus gemetar. Pandangannya kosong. Rambutnya berjuntai basah menutupi muka seperti sehabis dibanjur. Pipinya memerah lecet seperti habis di tampar.

"KALIAN SUNDAL!!!" Jerit Sri tak sabaran langsung menjambak rambut salah seorang pelaku cewek tersebut. Sehingga terjadi perkelahian tarik-menarik rambut.

"Hei, tenang-tenang." Anto berusaha melerai. Namun, bukannya berhenti. Malah giliran wajah Anto kena cakar mereka. "Anjing, sakittt!" Pekiknya pedih sembari memegang pipinya.

"Awas! Awas!" Awan mencegah beberapa murid yang menonton agar menjauh. Ia meringis setelah melihat apa yang terjadi pada Anto.

"Gas!" Dean berusaha untuk membantu. Sedangkan Alex sedari tadi mematung terperangah melihat semua hal yang sedang terjadi di hadapannya. Bingung bereaksi.

"MINGGIR!!" Selak Bagas setelah membopong Yui di tangannya. Saat hendak keluar, langkahnya sempat terhenti sesaat, ketika menatap Gina yang sedang berdiri bingung di sudut ruangan dengan ekpresi penuh ketakutan. Gina tak berani memandang Bagas. Wajahnya tetap ditekukan. Ia terus menggigit kedua kuku jempolnya sambil menangkupkan kedua telapak tangan di atas dada.

"LO JALANG! SEMUA KARENA LO!" tiba-tiba Dita datang langsung menjambak rambut Gina. Tak ada perlawanan. Gina hanya menangis memohon. Sedangkan Bagas sudah lama lenyap darisana.

Setengah jam setelah kehebohan di depan toilet itu terjadi, akhirnya para guru pun berdatangan. Ternyata ada yang melapor. Dan Alex selaku ketua Osis akhirnya bertindak. Dan meredakan ketegangan serta menyuruh para murid yang menonton untuk kembali ke kelas masing-masing. Sedangkan para pelaku termasuk gank Sri di lenggang ke ruang BP.

***

Di ruang UKS, Yui sedang diperiksa oleh perawat yang merupakan salah satu anggota PMR sekolah.

"Tolong tunggu diluar yah, ini privasi cewek." Kata cewek yang sedang mengobati Yui itu.

Bagas terhenyak. Ia ingin berkata, namun akhirnya mengalah dengan terpaksa melenggang keluar. Dan pintu itu pun ditutup. Ia kesal. Wajahnya merah padam membayangkan apa yang terjadi hari ini. Kaos hitam yang dikenakannya jadi basah oleh keringat dan tubuh Yui. Masih terasa kehangatan punggung Yui di sepanjang lengannya. Ia bisa merasakan sebuah aura ketakutan saat Yui dalam dekapannya. Pandangan Yui tampak kosong menatap lurus. Tak ada sahutan dalam gemetaran bibirnya tiap kali Bagas memanggil. Hanya isak tangis yang terus terdengar.

Ia marah pada dirinya. Ia begitu kesal menyadari ketidakberdayaannya untuk melindungi Yui. Walau bagaimanapun, ia tetap bersalah dengan semua penyebab yang terjadi pada Yui.

"FARIZ!!" Ia menonjok dinding dekat UKS itu dengan keras hingga buku-buku jarinya lecet berdarah.

Dari jauh gank Sri datang tergesa-gesa.

"Mana Yui, gas?" Tanya mereka hampir bersamaan.

Bagas terkesiap sebentar memperhatikan kondisi mereka yang berantakan. Rambut yang awut-awutan. Serta beberapa lecet di wajah dan tubuh.

"Di dalam."

Belum selesai Bagas berucap, mereka sudah berhamburan masuk. Bagas kembali terdiam.

Eh.. ia teringat sesuatu.

Gina! Ia lekas berlari kembali ke tempat kejadian.

***

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang