SMA VII

643 24 0
                                    


Kerlap-kerlip malam tampak sama di sepenjuru kota. Namun, cukup berbeda di berbagai tempat. Salah satunya ialah lokasi puncak kota Bogor. Diatas sana, malam sungguh terlihat sangat indah. Binar-binar rasi bintang yang berpijar seiringan. Selingkar bulan yang berpijar begitu terang. Perpaduan dua cahaya yang tampak berdekatan. Sungguh sangat memanjakan kedua mata bagi yang memandangnya.

Di daerah puncak itu, ada beberapa warung-warung kecil yang memanjakan pengunjung dengan berbagai makanan hangat bahkan cenderung cukup panas: salah satunya jagung bakar. Maka, memang tak aneh bila sebagian besar pengunjung yang datang, memesan setidaknya pasti terisi menu tersebut.

Kebetulan malam itu terlihat ramai. Kenapa tidak?! Bila malam yang indah itu diisi oleh serangkaian pasangan cowok-cewek yang sedang menikmati kebersamaan dan suasana romantis. Apalagi, kalau malam itu adalah malam weekend. Banyak beberapa pasangan yang berasal dari berbagai penjuru daerah datang jauh-jauh hanya ingin menciptakan momen indah dengan pasangan mereka masing-masing. Tak terkecuali, cowok seperti Fariz ini. Ia termasuk salah satu pemuda yang memahami daya tarik daerah puncak itu. Ia sudah jauh-jauh hari mempersiapkan segalanya hanya untuk menikmati malam romantis dengan "calon pacarnya". Lebih tepatnya, ia telah mempersiapkan diri untuk menyatakan cinta pada malam itu. Namun, sangat disayangkan. Kesempatan itu terhalang oleh kehadiran orang lain. Terlebih jika jumlah orang tersebut malah terhitung cukup banyak. Maka sungguh tak ayal lagi. Persiapan Fariz menjadi gagal total.

Di dekat seorang pedagang yang menjual jagung bakar. Tampak Fariz sedang mengipas-ngipas beberapa jagung mentah di atas arang panas. Mukanya terlihat bete tingkat tinggi. Dan teramat lesu. Ayunan tangannya bahkan seperti tak bertenaga. Ia menggerutu dalam kesendiriannya. Sedangkan teman-temannya yang lain, pada sibuk bersuka ria di atas meja sembari menikmati minuman mereka masing-masing. Yui yang paling tampak riang. ia sudah pernah beberapa kali datang ke tempat ini. Tapi, tetap segalanya selalu terasa menyenangkan setiap bercokol diatas puncak tersebut. Yui menyukai suasana-suasana romantis disana. Ia sangat senang. Ia bahkan mengupayakan mengabadikan langit malam itu dengan beberapa foto dari Handphone-nya.

Fariz memperhatikan hal itu. Ia memutuskan bertindak. Beringsut berdiri. Lalu mendekatinya.

"Yui, ikut gue."

Fariz menarik tangan Yui di depan teman-temannya. sehingga hal itu membuat yang lain terhenti dari aktivitas ngolor ngidulnya. Dean yang menyadari apa yang sedang terjadi langsung bertindak. 

"Oke semua, bagaimana kalau kita berselfie bareng dulu sebelum pulan?"

Tanpa menunggu persetujuan mereka, Dean langsung menarik tangan Ricky darisana sehingga gank Sri dengan sendirinya mengikuti mereka. Namun, Sri Tepe- Sang ketua- tampak gurat khawatir dari wajahnya. Walau bagaimanapun Yui sudah menjadi salah satu teman dekatnya. 

"Yui, liat sini." Fariz mendorong salah satu pipi Yui yang sedang melihat kebelakang hingga menghadap kepadanya. 

"Ada apa sih riz?" tanya Yui sembari menjauhkan tangan Fariz dari pipinya.

Fariz yang menyadari hal itu, merasa sedikit kecewa.

"Lo tau kan alasan gue mengajak lo kesini?" tanya Fariz balik.

Yui yang sejatinya sadar maksud Fariz, hanya berusaha tampak lugu.

"Maksud kamu? aku nggak mengerti?"

Fariz yang melihat gelagat itu mulai menjadi kesal.

"Gue mau lo jadi pacar gue." tembak Fariz langsung tanpa tendeng alang aling.

Yui kontan aja terperanjat. Namun tidak sepenuhnya terkejut. Padahal semenjak dirumah ia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal ini. Hanya saja rasanya sedikit berbeda ketika menghadapinya secara langsung. Yui terdiam.

Fariz yang merasa tak melihat ada jawaban. Mulai tak sabaran. "Jadi apa jawaban lo?"

Yui masih ngotot mingkem dan berpura-pura menoleh kebelakang lagi melihat teman ganknya sibuk berfoto ria.

Fariz mulai emosi.

"YUI!"

"Eh iya, apa?" Yui Berlagak bingung.

Fariz sekali lagi menahan geram melihat reaksi yang jelas-jelas pertanda penolakan langsung mengambil insiatif. Hanya dalam hitungan persekian detikl, dagu Yui ditarik hingga bibir mereka nyaris bersentuhan jika saja telapak tangan Yui terlambat melayang.

"PLAK!"

Fariz meringis. Beberapa orang disekitar serentak menatap mereka. Tentu saja hal itu membuat Fariz malu abis. Kalau saja, tempat itu lagi sepi atau hanya mereka berdua, mungkin Fariz akan membalasnya atau paling buruk melakukan hal yang lebih ekstrem.

Dan tiba-tiba dari kejauhan Dean lari tergopoh-gopoh menghampiri mereka.

"Riz, sudahlah. Hari ini cukup sampai disini. Ayo kita pulang." 

"Yui, ayo ikut aku." Dean menarik tangan Yui yang tampak sedang ketakutan dari wajahnya. Bagaimana tidak, Anak satu-satunya Kepala Yayasan sekolah dipermalukan sedemikian rupa. Tentu saja Yui menyadari konsekuensi yang akan ia hadapi.

Saat Yui berdiri, gank Sri dan lainnya juga datang serempak lalu membawa Yui jauh dari sana.

Dean memberi isyarat agar mereka duluan naik ke mobil. Sedangkan Fariz masih tetap membeku di tempatnya. Berbagai hal bercampur aduk di kepalanya. Ia masih Shock.

"Riz, lo nggak papa?" Dean mengguncang bahunya.

Fariz tetap diam. Wajahnya tampak pucat.

Lalu sekonyong-konyong Ricky yang sedari tadi menyaksikan semua hal itu lekas berkomentar.

"Hei, kawan. Semangat donk! masa baru ditolak sekali udah nyerah. Kan masih ada kesempatan lain." Ia mengalungkan tangannya ke bahu fariz sembari menggoyangnya.

Fariz pun akhirnya mengangkat kepala. Namun yang dilihatnya bukan lah Dean ataupun Ricky, tapi seorang cewek. Satu-satunya cewek yang mampu membuatnya menjadi seorang pecundang. Seorang cowok yang kehilangan harga dirinya. Seorang cowok yang seumur-umur hidupnya tak pernah diperlakukan demikian. Bahkan kedua orang tuanya saja tak pernah menyentuh kedua pipinya walau hanya sekedar menunjukkan kasih sayang. Bagi Fariz... Yui... Seseorang yang baru saja membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Entah apa. Hanya ia sendiri yang tau. Namun satu yang pasti. Nasib Yui berada di tangannya. Fariz mengepalkan tangan.

Malam pun semakin larut. Dan kesemua kembali ke rumah masing-masing dengan segudang tanya. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok. Bahkan untuk sebutir bintang di langit.

***

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang