SMA III

1.2K 37 0
                                    

Pak Ian tampak menunggu di depan gerbang sekolah. Hari menunjukkan akan beranjak petang. Pak Ian berkali-kali menjenguk ke dalam gerbang. Ia sepertinya sedang menunggu seseorang. Tampak wajahnya sedari tadi terus mengembang senyum. Lebih tepatnya senyam-senyum sendiri. Ia seperti orang yang akan mendapatkan sebuah kejutan yang sudah diketahuinya. Pak Ian mengulum senyum lagi. Tiba-tiba Pak Rustam keluar gerbang-- hendak ingin membukanya. Ketika dilihatnya Pak Ian sedang berdiri dibalik gerbang, Pak Rustam kaget, buru-buru ia menyapanya,

"Eh, Pak Ian? Sore pak..."

Pak Ian juga kaget, ia langsung membalasnya, "Sore juga Pak Rustam."

"Maaf, Pak Ian, ini mobil mau keluar. Bisa tolong berdiri di dekat sana," sergah Pak Rustam sembari menunjuk posisi yang harus ditempati Pak Ian, karena menghalangi mobil yang hendak keluar.

"Eh, maaf, Pak. Hehe.." Pak Ian pun bergeser sambil terkekeh. Pak Rustam hanya tersenyum mengangguk.

Lalu sebuah mobil Terrios keluar dari gerbang. Ternyata mobil itu adalah milik Fariz. Dean yang tak sengaja melilhat Pak Ian diluar, sekonyong-konyong menyapanya,

"Sore, Pak. Belum pulang?"

Pak Ian lagi-lagi kaget, namun segera ia menyadari siapa yang menyapanya. Dengan telaten ia balas menjawab, "Sore juga Dean." Dean sumringah."Nggak, bapak sedang menunggu seseorang,"

"Owh.. menunggu pacar ya Pak?" Dean mengerling ke Pak Ian. Sedangkan Fariz sudah hendak menderu mobilnya.

"Yan, kita cabut gih! Nggak penting banget lo basa-basi sama dia?" Dean menoleh ke Fariz. Namun kembali lagi menghadap Pak Ian.

"Ah.. nggak, bukan. Cuma seorang kenalan," Pak Ian buru-buru menampiknya.

"Oh gitu... ya udah Pak, saya pamit dulu. Assalammualaikum."

"Ya, Wa'alaikumsalam."

Mobil Fariz pun segera melesat jauh meninggalkan Pak Ian. Pak Ian menghela napas. Pak Rustam yang sedari tadi memperhatikan, hanya menggeleng kepala sembari kembali menutup pintu gerbangnya.

Sepuluh menit kemudian, terlihat dari jauh gerombolan gank Sri dan Yui sedang berjalan ke arah gerbang. Pak Ian tampak memperhatikan dari sela-sela gerbang yang berjeruji. Sudut bibirnya mengambang. Ia segera membenahi pakaiannya agar rapi. Lalu membetulkan letak kacamatanya. Ia menunggu dengan gugup.

"Yui, lo yakin nggak mau pulang bareng kita-kita?" Sri bertanya untuk memastikan yang kesekian kalinya.

"Iya, aku nggak pa-pa. Aku bisa pulang sendiri kok,"

"Memang lo ada yang jemput?" Kali ini Dita yang bertanya.

"Iya," Yui menjawab ragu.

"Ya udah kalo gitu. Lo hati-hati ya di jalan. Jangan sampai mata lo meleng ke jalan. Ntar cowok-cowok pada brewokan lagi, hehe.." Maya berusaha tampak bergurau. Namun, tak ada satupun yang tertawa. Yui hanya tersenyum simpul sambil mengangguk. Maya tak ambil pusing dengan reaksi teman-temannya. Ia terus terkekeh sendiri.

Akhirnya gank Sri pergi meninggalkan Yui sendiri. Mereka segera keluar gerbang langsung berbelok kanan. Mereka tak menyadari kehadiran Pak Ian yang sedang berdiri di sisi kiri gerbang. Lalu Yui pun segera menyusul. Ia menuju ke arah lain. Saat ia berbelok ke kiri, dilihatnya Pak Ian sedang berdiri. Ia terkejut.

"Eh, Bapak?"

"Hai, Yui.. baru pulang?" Pak Ian pura-pura kaget.

"Eh, iya... kalau gitu saya duluan ya, Pak."

Pak Ian yang merasa usahanya gagal, buru-buru mengiringi langkah Yui.

"Eh?" Yui bingung melihat Pak Ian mengikutinya.

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang