"Dion yang gue kira juga lagi nyari pacar di Tinder, ternyata diem-diem udah punya pacar. Wow. Terus tujuan dia main Tinder tuh apa?"
Wajah Sera terlihat kusut tepat setelah Della memberitahunya mengenai hal yang ia ketahui tentang Dion. Sebetulnya, tujuan Sera untuk bermain Tinder adalah agar ia mendapatkan kekasih, dan Dion adalah lelaki yang sangat mendekati kriteria lelaki idamannya. Apa daya, diam-diam Dion sudah punya kekasih. Sera tidak habis pikir, bisa-bisanya seorang lelaki yang sudah memiliki kekasih masih bermain Tinder.
"Del, lo aja deh yang bawa. Gue males!" Sera memberikan semua plastik berisikan makanan kepada Della.
"Ya Allah Ser, tega banget. Berat, tau!" Della tetap mengambil plastik tersebut meskipun ekspresinya terlihat bak menahan beban berat.
"Jangan manja!" Sera memencet tombol naik pada lift dan melipat kedua tangannya. Ia terbiasa melakukan tarik nafas secara dalam-dalam lalu membuang perlahan selama 7 detik untuk mengontrol emosinya. Ia melakukannya tanpa peduli orang-orang sekitarnya melihatnya. Sontak seseorang yang berjalan dari belakang mereka juga memencet tombol naik. Mereka menoleh kearah tangan tersebut dengan jengkel, sudah jelas-jelas tombolnya menyala yang berartikan bahwa tombol tersebut sudah dipencet.
Pelaku tersebut ternyata Dion. Mata Sera kembali membesar untuk kesekian kalinya. Dengan singkat, ia mengalihkan pandangannya dari Dion. Dion menyadari bahwa Sera berada di sebelahnya. Ia menyapa Sera, namun Sera hanya membalas dengan senyuman irit.
"Capek banget kayaknya?" Sapa Dion memulai pembicaraan kepada Sera.
Della bergeser kesuatu posisi dimana ia berada diantara Dion dan Sera. "Maklum, abis ngerjain tugas." Sahut Della basa-basi. "Penghuni lantai 7 juga ya? Tetanggaan dong kita hehehe. Gue Della, temennya Sera." Della menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Dion.
Lelaki itu menatap Della dengan sedikit heran, seperti sedang mengingat wajah Della yang tidak asing baginya. "Oh- iya. Dion." Dion melepas genggamannya dari Della dan kembali menatap Sera. Ia berpindah kedekat Sera dan mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik miliknya. "Mau cappucino?" Ia menawarkan cappucino kalengan yang ia beli di minimarket kepada Sera.
Sera mengeluarkan minuman dari kantung plastik yang Della bawa. "Makasih, udah beli juga kok." Balasnya memaksakan senyumannya.
Dion pun beralih menawarkan Della agar suasana tidak menjadi canggung setelah Sera menolak pemberiannya. Della menolaknya dengan halus dan berkata bahwa ia tidak suka kopi. Alhasil, Dion menaruh cappucino kalengannya kembali ke kantung plastiknya. Perut Della memang sensitif dengan kopi.
Sera masih menunjukkan raut wajahnya yang kusut. Suasana di lift menjadi sangat canggung setelah hal tersebut.
"Aduh akhirnya," Della memulai pembicaraan. "Sera on the way taken."
Sera kelabakan menutup mulut Della dengan kasar. "Gak usah didenger, ya. Temen gue emang suka ngaco. Sorry."
Dion hanya tertawa irit dan menatap lurus, sambil diam-diam menatap Sera yang masih menunjukkan wajah kusutnya dari pantulan cermin didepannya. Beberapa saat sebelum Dion pamit, ia mengirimkan pesan kepada Sera di WhatsApp. Dion merasa canggung jika mengajak Sera jalan di depan teman Sera yang baru saja ia kenal.
Dion
Besok free? Ayo ngopi di sebrang.Di seberang apartemen mereka terletak suatu kedai kopi. Awalnya Sera malas untuk pergi dengan Dion karena yang dipikirkan Sera saat itu adalah Dion akan menjadikannya sebagai selingkuhan. Sera menggeleng kepalanya dengan cepat untuk membuang jauh pemikiran seperti itu. Toh, ia juga butuh penjelasan dari Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE || Cho Seungyoun ✅
RomanceJakarta dan Bandung. Kedua kota besar itu membagikan memori indah maupun buruk bagi Serafina Bella Amandine dan Dion Taraka Wirga. Mencintai Sera pada saat-saat yang tidak tepat, membuat Dion menyerah. Hatinya tak sanggup lagi berjuang untuk mendapa...