Epilog

387 40 64
                                    

— Serafina Bella Amandine —

Saudade. Awalnya satu kata ini terkesan menyakitkan bagi gue. Perpisahan yang membuat gue terlalu larut dalam kesedihan, bahkan, pemikiran negatif gue selalu mengatakan bahwa saudade yang gue rasakan kedua kalinya ini adalah saudade yang akan berakhir menyedihkan.

Ternyata gue salah. Tuhan kayaknya gak tega melihat gue gak berhenti nangisin seorang lelaki bernama Dion Taraka Wirga ini. Rupanya begini cara Tuhan menyatukan gue dan Dion kembali. Gue kira, Tuhan gak akan memberikan gue kesempatan lagi untuk merasakan bahagia sama cowok itu. Nyatanya Tuhan tahu bahwa gue dan Dion adalah salah satu dari jutaan umat-Nya yang kuat. Iya, ini adalah akhir yang indah dari kisah yang pahit.

Di hari gue dan Dion dipertemukan lagi, kita kembali mengukir nama dihati masing-masing. Hmm... Sebut aja balikan. Cowok ini langsung mengajak gue mengelilingi gedung yang dia bangun dari hasil jerih payahnya bekerja. Genggaman tangannyapun kayaknya ogah untuk dia lepas dari tangan gue. Gue paham dan memakluminya. Jelas, dia pasti sangat merindukan gue, sama seperti gue yang bahkan level rindunya melebihi dia.

Saling bercerita udah jadi konsumsi wajib kita. Bercerita tentang hari-harinya yang dia lalui tanpa gue, bercerita tentang gue yang memutuskan untuk mengubah karir di hidup gue, rasanya satu hari gak akan cukup buat menceritakan hari-hari yang gak kita lalui bersama.

Mata cowok ini akhirnya kembali gue tatap. Indah, masih sama seperti gue pertama kali bertemu dengan dia. Aroma parfumnya pun masih sama, yang membedakan hanya rambutnya yang mulai menggondrong. Mungkin, dia mau balas dendam karena sempat mengalami kebotakan akibat penyakitnya dulu?

 Mungkin, dia mau balas dendam karena sempat mengalami kebotakan akibat penyakitnya dulu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percayalah, gue sangat bahagia karena gue dapat melihat wajah tampan itu lagi.

Satu bulan berlalu, akhirnya setelah sekian lamanya kami bersepuluh dipertemukan lagi dengan personil yang komplit. Bertepatan di hari pernikahan Della dan Bima. Entah, rasanya seluruh perasaan kita yang beragam terkuras semua di hari bahagia mereka. Rasa senang dan bahagia yang timbul dari Della dan Bima karena hari ini mereka mengucapkan janji sehidup semati. Rasa haru yang timbul dari Dion karena dia masih dikasih kesempatan sama Tuhan buat menyapa teman-temannya dan melihat indahnya dunia lagi. Rasa iri yang timbul dari para cewek karena mikirin kapan giliran mereka nyusul Della. Enggak munafik, gue juga menjadi salah satu diantara mereka.

Ketika semua cewek kumpul di sesi lempar bouquet, hanya gue, Sherly, dan Wanda yang ikut. Audine memilih buat menyaksikan aja karena di jari manisnya udah ada cincin. Iya, belum lama ini Audine dilamar sama Derris.

Ternyata gue yang berhasil menangkap bouquet ini. Gue menatap Dion begitu bahagia dan malu-malu dari kejauhan. Beda dengan cowok itu, dia malah pura-pura gak ngelihat gue sambil bersiul. Ck. Dasar. Tapi sesungguhnya, gue gak pernah bosan dikasih berbagai macam candaan sama cowok itu. Akhirnya setelah menghadiri acara itu, gue kembali diantar ke rumah dengan membawa oleh-oleh berupa sebuket bunga. Lumayan, gue bisa nambah koleksi bunga gue di rumah.

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang