Bumerang. Kejadian ini bagaikan bumerang bagi mereka. Kala itu Dion mengakui perasaannya dengan Sera diikuti dengan emosinya. Kali ini Sera yang mengakui perasaannya terhadap Dion, dengan tangisan yang mengalir dari wajahnya. Urusan cinta adalah salah satu kelemahan Sera. Perempuan itu mudah jatuh cinta, namun sulit untuk melupakan sosok yang ia cintai. Untuk pertama kalinya, ia menjatuhkan dua lelaki di hatinya. Berperang dengan keegoisannya adalah hal sulit, sekeras apapun usaha Sera untuk melupakan Dion, bayang-bayang lelaki itu tak kunjung hilang dari hidupnya.
Kini mereka bertemu secara tidak sengaja, dengan segala drama membumbui pertemuan mereka hari ini.
Detik demi detik berlalu, Sera dan Dion masih bertatapan, dengan dihantui oleh segala kebimbangan mereka.
"A-apa?" Dion ingin memastikan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Sera.
Perempuan itu menyeka air matanya. "Waktu itu gue menghindar bukan karena gue ngerjain deadline, tapi karena gue cemburu, gue gak siap lihat lo dimiliki orang lain."
Betapa terkejutnya Dion mendengar pengakuan Sera. Akhirnya omongan Della terbukti, bahwa Sera memang menyukainya.
"Gue tahu gue salah karena menempatkan hati gue untuk orang lain, yang seharusnya hati itu hanya gue isi dengan Bayu aja. Tapi... Perasaan ini emang gak bisa dibohongin kalo gue juga menginginkan orang lain, Yon."
Lelaki itu diam membisu, tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.
"Seenggaknya gue lega karena gue udah mengungkapkan perasaan gue ke lo. Semoga pengakuan gue gak akan ngerusak persahabatan kita." Kemudian perempuan itu memencet tombol lift.
Sontak Dion berlari menghampiri Sera yang masih berusaha tegar. Ia menarik Sera dan memeluk erat tubuh itu. Mata Sera membesar, ia sangat terkejut dengan lelaki yang memberikan pelukan padanya. Tangannya tak mampu meraih punggung lelaki itu untuk membalas pelukannya.
"Bego," Dion semakin mengeratkan pelukannya. "Kenapa gak bilang dari dulu?"
Air mata Sera mengalir kembali. "Kayaknya kita emang gak diizinin buat ngejalanin hubungan lebih dari sahabat, Yon."
"Siapa bilang?!" Lelaki itu membentak, masih memeluk erat tubuh Sera.
Akhirnya Sera mampu membalas pelukan Dion. "Pertama kali gue suka sama lo, lo masih sama Ghia. Lo suka sama gue, gue udah sama Bayu. Sekarang perasaan ini muncul lagi, dan lo mau deketin Nina. Hal itu cukup dijadiin alasan, kan?!" Kedua tangan perempuan itu meraih pipi Dion untuk menatap matanya dalam-dalam, dan memberikan senyuman pasrahnya, diiringi oleh derai air mata. "Semoga lo bisa luluhin hati Nina, Yon. Gue akan doain yang terbaik buat lo." Telapak tangannya yang mungil nan halus itu perlahan menepuk kedua pipi Dion.
Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk memasuki lift. Wajah Dion tak lagi dapat ia pandang seraya pintu lift tertutup, Sera menangis semakin menjadi-jadi didalam lift tersebut.
---
— Dion Taraka Wirga —
Jakarta. Kota yang menjadi saksi antara pertemuan gue dengan Serafina Bella Amandine.
Kota yang juga menjadi pelarian gue ketika gue bosan dengan urusan perkuliahan, bosan karena berdiam diri di tempat gue tinggal, maupun ketika gue sedih atau galau. Gue selalu melarikan diri ke kota ini untuk menenangkan diri gue dengan melakukan fotografi. Iya, fotografi juga menjadi pelarian gue. Kota yang menarik untuk dijadikan objek fotografi gue adalah Jakarta. Selain itu, karena pusat kota yang terdekat dari tempat gue tinggal adalah Jakarta.
Gue pergi ke Jakarta dua hari setelah pengakuan Sera. Bayang-bayang Sera selalu menghantui gue ketika gue menginjakkan kaki di kota ini. Gue teringat sebuah momen dimana gue dan dia saling berbagi canda tawa sambil melakukan hobi yang sama-sama kami sukai. Gue juga teringat momen ketika gue memotretnya diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE || Cho Seungyoun ✅
RomanceJakarta dan Bandung. Kedua kota besar itu membagikan memori indah maupun buruk bagi Serafina Bella Amandine dan Dion Taraka Wirga. Mencintai Sera pada saat-saat yang tidak tepat, membuat Dion menyerah. Hatinya tak sanggup lagi berjuang untuk mendapa...