017: Waktu

231 45 6
                                    

Bagi Dion, malam-malam yang ia lalui tak pernah padam dari segala kekelamannya. Perasaan galau masih betah menyiksa hati lelaki itu. Pula, rasa cemburu yang tak kunjung berhenti membuatnya semakin ingin mencurahkan segala gundah gulananya.

Melihat wajah sumringah Sera saat mereka bertemu di lift, membuat Dion serba salah. Apakah sebaiknya ia tetap diam? Atau meluapkan segala keluhannya? Kedua pilihan yang kini menghantui pikiran Dion. Ia masih mendengarkan segala cuitan Sera tentang bertemu dengan Binar. Cuitan bagai kereta yang melaju kencang, segala ucapan Sera hanya masuk ke kuping kanan dan keluar melalui kuping kiri tanpa Dion serap sepatah katapun.

Kini, netra lelaki itu menuntunnya untuk menatap wajah Sera yang masih berbagi cerita. Mulut memang bisa berbohong, namun tidak dengan hati. Hati tak akan sanggup untuk berpura-pura. Tangan Dion melemas kala memegang plastik berisikan minuman kaleng beralkohol, jemarinya nyaris tak kuat menahan plastik tersebut.

Sera memberhentikan cuitannya setelah kantung plastik itu jatuh. Dengan sigap, ia mengambil barang tersebut, tak sengaja matanya merekam isi belanjaan Dion dari plastik berlogokan nama minimarket itu.

"Bir?" Ucapnya menatap Dion terheran-heran.

"Bukan buat gue, kok. Gamal sama Derris lagi nginep di kamar gue." Mulut dan otaknya bekerjasama mengucapkan kebohongan untuk membela dirinya. Ia tak ingin Sera mengetahui bahwa lelaki itu sedang tidak karuan karena berperang melawan cemburunya.

Sera memang perempuan yang polos, semudah itu ia termakan oleh kebohongan Dion. Ia kembali melanjutkan ceritanya meskpun lift sudah membukakan pintunya di lantai 7.

"Yon, udah lantai 7, tuh."

Masih dengan matanya yang tertuju kepada Sera, tubuh Dion membeku, ia tak keluar dari lift itu, bahkan pintu lift kembali tertutup dan melaju naik ke lantai berikutnya.

Kebingungan semakin melanda diri Sera. Ia mengernyitkan dahinya. "Yon, lo kenapa? Lagi sakit?" Perempuan itu mengecek suhu tubuh Dion dengan meletakkan telapak tangannya ke dahi Dion. Tubuhnya yang pendek mengharuskannya berjinjit untuk meraih dahi lelaki itu. "Tapi lo gak demam, kok. Lo kenapa? Ada masalah?"

Dion menggerakkan tangannya untuk meraih pipi perempuan itu, menuntunnya dengan jemarinya yang bergerak lembut. Terdapat dua niat pada diri Dion kala mengelus pipi Sera. Pertama, menghilangkan cap bibir Bayu pada pipi Sera meskipun cap bibir itu tak terlihat.

Kedua, sebagai bentuk rasa cinta tak terbalasnya kepada Sera.

"Yon, tangan lo." Sera menyadarkan tatapan lesu Dion yang masih mengarah ke matanya, "bisa dilepasin, gak? Gue mau turun." Telunjuknya mengarah ke layar pada lift itu. Lantai 9.

Dion tersadar dari sikapnya, ia mengedipkan matanya berkali-kali. "Loh? Gue tadi gak mencet lantai 7?"

Sera berdecak. "Gimana, sih?! Tadi gue udah ngasih tahu lo, tapi lo malah bengong ngelihatin gue!" Sera menyentuh pipinya yang telah Dion pegang. "Lagian lo ngapain ngelus pipi gue?"

Ia melihat tangan Sera yang menggenggam minuman dengan whipped cream. Otak dan mulut Dion kembali berkolaborasi untuk menciptakan kebohongan. "Ada bekas krim tadi."

"Oh-" Sera nampak malu karena otaknya berfikir ke hal yang membuatnya gede rasa. "Y-yaudah, gue pamit, ya!" Sembari melangkahkah kakinya, ia melambaikan tangan pada Dion. Lambaian tangan itu tak Dion balas. Lelaki itu hanya menatap wajah Sera yang perlahan menghilang dari pandangannya. Ia pun kembali memencet tombol 7.

Tak ada Gamal dan Derris di kamarnya. Itu hanyalah akal licik Dion untuk menutupi kebiasan buruknya dikala galau.

Meminum bir dan merokok, sebuah kolaborasi yang aneh. Kedua hal yang kerap lelaki itu lakukan saat sedang patah hati. Kebiasaan merokoknya kini lebih parah, dimana hampir dua bungkus rokok dapat ia habiskan dalam waktu satu hari. Lagu dari Alex Turner berjudul Stuck On The Puzzle menemani Dion di balkon bersama dengan rokok dan birnya. Dion merindukan masa-masa dimana dirinya dan Sera meluangkan waktu bersama. Kini Sera sudah menemukan tambatan hatinya. Pikirnya, Sera tak akan mungkin meluangkan waktunya lagi untuk Dion.

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang