Sera terbangun pukul 06.00 dengan tubuhnya yang masih ditutupi dengan selimut, meraba-raba kasur untuk mencaritahu dimana letak bonekanya berada. Ia meraba sisi lain untuk mencari letak ponselnya, membuka grup jurusannya untuk melihat jadwal kuliahnya hari ini. AC kamarnya rusak, sehingga perempuan itu harus menyesuaikan jadwal servis AC sesuai dengan perkuliahannya. Ia melihat ke arah lelaki yang memberikan tumpangan untuk tidur di kamarnya hari ini. Malam ini Sera terpaksa menginap di kamar Dion karena ACnya rusak.
Hari ini perkuliahannya ada 3 sesi, dimulai dari jam 10.00, perempuan itu menyalakan alarmnya di jam 07.00 untuk menelepon servis AC agar menjadwalkan servis di kamarnya jam 08.00. Ia meletakkan ponselnya ke meja disebelahnya, menarik selimut untuk kembali untuk tidur.
Dion terbangun sesaat setelah Sera kembali tertidur. Rutinitas paginya saat bangun tidur juga tidak jauh berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Namun, agak sedikit berbeda dengan Dion yang malas untuk menghirup udara segar saat bangun tidur. Ia menoleh kearah kasurnya, ternyata Sera masih berada di tempatnya.
"Ser, udah pagi." Ia menepuk pipi Sera dengan lembut.
"Hmm. Udah bangun tadi." Sera menutup wajahnya dengan boneka yang Ia peluk.
Dion mengelus kepala Sera dengan cepat. "Makan sereal, ya. Mau, kan?"
"Hmm," jawabnya yang masih ingin tidur kembali.
Dion bergegas menyiapkan sereal jagung dengan susu rendah lemak. Makanan tersebut adalah salah satu sarapan wajibnya karena ia tidak bisa memakan dalam porsi yang banyak di pagi hari. Namun masih ingatkah ketika Dion menginap di kamar Sera? Sera membuatkannya nasi goreng dan Dion menghabiskannya dengan lahap? Perutnya mendadak mulas dipertengahan jam kuliah karena tidak terbiasa memakan makanan dengan porsi banyak dipagi hari.
Ia membuka pintu balkonnya agar udara segar masuk kekamarnya. Jarang sekali Dion melakukan hal ini. Karena ia mengetahui kebiasaan Sera, maka iamelakukannya. Indera penciuman Sera mulai mengendus, menyadari ada udara segar yang melintas. Ia membuka matanya, menduduki kasurnya dengan tatapannya yang masih kosong. Orang-orang menyebutnya dengan istilah mengumpulkan nyawa.
Dion membawakan semangkuk sereal kepada Sera yang masih mengumpulkan nyawanya. "Sarapan dulu." Ia duduk di sebelah Sera.
Sera memakannya dengan pandangannya yang masih kosong.
Dion menatap Sera dari cermin yang terletak di depan mereka. Ia tertawa melihat wajah Sera hingga hampir tersedak.
Nyawa Sera seakan-akan terkumpul dengan cepat saat terkejut oleh tawa Dion, "Apa sih, ngagetin aja?!"
"Muka lo kocak kalo abis bangun tidur!"
Sera menginjak kaki Dion dengan maksud tidak terima wajahnya diejek oleh Dion.
"Sakit, ih! Sakit!"
Sera meletakkan mangkuk sereal yang sudah ia habiskan ke wastafel untuk mencucinya, dan menyadari Dion juga sudah menyelesaikan sarapannya, "sini gue cuciin sekalian." Ia mengambil mangkuk milik Dion sedangkan lelaki itu kembali duduk di sofanya untuk menonton televisi.
"Setel YouTube, Yon. Running Man." Sera mengelap tangannya setelah selesai mencuci mangkuk.
"Bosen."
"Ish!" Tak lama alarm yang dinyalakan Sera berbunyi, perempuan itu segera menelepon servis AC yang sudah buka di jam 07.00. "Iya, Mas, mulai servicenya jam 08.00, ya. Tapi kalo 07.30 bisa juga gak apa-apa."
Sesaat setelah menelepon, ia menyiapkan barang-barangnya untuk bergegas kembali ke kamarnya. Sesuai kebiasaannya, Sera memastikan kembali apakah barangnya masih ada yang tertinggal. Jaket, kacamata, ponsel, dompet, boneka, semuanya komplit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE || Cho Seungyoun ✅
RomanceJakarta dan Bandung. Kedua kota besar itu membagikan memori indah maupun buruk bagi Serafina Bella Amandine dan Dion Taraka Wirga. Mencintai Sera pada saat-saat yang tidak tepat, membuat Dion menyerah. Hatinya tak sanggup lagi berjuang untuk mendapa...