026: Bagaimana Jika

216 40 16
                                    

***CATATAN AUTHOR***

Aku mau berterima kasih banget sama kalian yang udah merekomendasikan Saudade di twitternya seungyounfess. Aku sempet ngedown karena traffic pembaca cerita ini selalu menurun tiap harinya. Karena melihat replies kalian di salah satu menfess akhirnya bikin semangat aku bangkit lagi. Untuk ketiga orang yang merekomendasikan Saudade, terima kasih banyak. Dan untuk mutualku di twitter yang mengatakan "Saudade layak mendapatkan banyak readers, Mel." terima kasih banyak. Aku berharap semoga kedepannya semakin banyak orang-orang yang membaca cerita ini <3

Aku udah mulai masuk kerja lagi, jadi aku akan update seminggu sekali. Jika ada waktu lebih aku akan update 2 kali dalam seminggu. Selamat membaca!

******

— Serafina Bella Amandine —

Penyakit maag yang terus kambuh mengajarkan gue untuk lebih mencintai diri gue sendiri. Toh, mementingkan hal lain tanpa memikirkan kesehatan sendiri juga berabe, kan? Biaya ke dokter aja udah Rp.150.000 sampai Rp.200.000 sendiri, belum lagi obatnya yang bisa mencapai Rp.400.000 kalau ditotal secara keseluruhan. Kalau gue gak sakit-sakitan terus, Rp.400.000 bisa gue tabung buat beli sesuatu yang gue inginkan. Bukan sehat yang mahal, tapi sakit. Coba bayangin kalau sakit terus dirawat. Berapa biaya rawat inap rumah sakit? Berapa biaya dokternya? Berapa biaya lain-lainnya? Sakit itu mahal.

Sejak saat itu gue mem-blacklist makanan berbau penyedap alias micin dan sejenisnya. Kalo kepepet, gue membatasi makanan tersebut seperti seminggu sekali. Sebenarnya peraturan kayak gini udah gue terapkan dari dulu, karena gue yang bandel akhirnya maag gue kambuh lagi, dan lebih parah sampai membuat gue pingsan. Dulu-dulu belum pernah tuh gue pingsan karena maag.

Gue ingin berterima kasih sama Della dan Dion karena udah menyelamatkan nyawa gue.

Ah, Dion...

Dion itu anak tunggal, yang tinggal cuma sama ibunya karena ayahnya udah meninggal dari zaman dia masih sekolah. Rasanya cukup tega kalau gue minta Dion untuk menetap di Jakarta dan gak balik lagi ke rumahnya di Bandung. Tapi... Gue belum siap untuk ditinggal dia balik setelah kita lulus nanti. Gue takut dia menghilang dari hidup gue.

Desember tahun lalu gue menonton film pendek karya Louisa Grams yang gue tonton di YouTube berjudul Saudade. Film yang menceritakan tentang kerinduan seorang cewek terhadap cowok yang dia cintai, tapi sayang, cowok itu cuma khayalannya. Dan siapa orang yang gue pikirkan ketika gue nonton film itu? Dion.

Dion bukan sebuah khayalan atau imajinasi gue. Dion itu nyata. Gue bisa menyentuh dia, gue bisa mendengarkan suara dia, gue... hanya gak sanggup ngebayangin seperti apa diri gue kalah Dion bener-bener menghilang dari hidup gue.

Gue sayang sama Dion. Sayang banget. Mungkin... Level sayang masih rendah kalo disandingkan sama cinta.

Oke, gue cinta banget sama Dion. Silahkan cap gue sebagai cewek kejam karena gue lebih mencintai Dion daripada pacar gue sendiri.

——

Sera dan skripsi. Perempuan itu kembali bertarung dengan tugas akhirnya yang masih stuck di Bab 4. Terdapat beberapa jenis skripsi pada Sastra Inggris, dimana salah satunya adalah kualitatif, jenis skripsi yang dipilih oleh Sera. Pada skripsinya, Sera akan meneliti sebuah makna dari lirik lagu berbahasa inggris yang memiliki kata-kata hiperbola. Bruno Mars - Grenade adalah lagu yang ia pilih.

Targetnya untuk menyelesaikan skripsi lebih cepat sepertinya harus Sera urung dikarenakan dirinya yang begitu sulit merangkai kata-kata. Kelemahan Sera adalah ia tahu apa yang akan ia bahas di skripsinya, namun tak pandai menyusun perkataannya. Bu Dina selaku dosen pembimbing Sera terus memberikan kritik pada perempuan itu yang berujung revisi berkali-kali. Betapa stresnya Sera yang kembali menyusun bab 4 nya setelah ketujuh kalinya ia revisi.

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang