26 April 2017,
Alarm berbunyi tepat dipukul 07.00. Sera masih terbaring di atas kasurnya, meraba-raba segala sisi untuk menghentikan alarm yang mengganggu telinganya. Dengan matanya yang belum sepenuhnya terbuka, Ia meregangkan tangannya. Lalu mengambil sisir yang terletak di meja sebelahnya untuk merapihkan rambutnya yang tidak karuan bak singa.
Perempuan itu menggaruk sekaligus menghilangkan kotoran mata yang mengganggunya. Menghilangkan kotoran mata dapat membuatnya lebih kuat untuk membuka mata seutuhnya setelah bangun tidur. Kemudian ia berdiri untuk meregangkan punggungnya beserta kakinya. Menghirup udara segar di balkon disertai meminum teh earl grey hangat sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi. Ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan sembari menutup matanya. Hal tersebut mampu membuat kepala dan pernafasannya segar.
Tubuh Sera semakin membaik setiap harinya. Ia membuat peraturan untuk dirinya sendiri bahwa ia memperbolehkan dirinya untuk membeli jajanan pinggir jalan sebanyak satu kali dalam seminggu. Memang berat baginya, namun, ia harus melakukannya agar maagnya tak menjadi parah. Sera dikenal sebagai sosok yang bebal untuk diberitahu. Nampaknya Tuhan memberikan peringatan kepada perempuan itu untuk menyayangi dirinya sendiri serta mendengarkan apa kata orang-orang terdekatnya. Jika Tuhan tidak memberikannya peringatan melalui maagnya yang kambuh, mungkin Sera akan menderita penyakit yang lebih parah dari penyakitnya ini dikemudian hari.
Sera membuka kulkasnya untuk mengambil buah potong yang diberikan oleh Dion. Ia memaksakan diri untuk memakan buah yang sangat ia benci, pepaya. Melon dan pepaya adalah buah yang sangat aman dikonsumsi Sera dalam kondisinya saat ini, dikarenakan dokter yang menangani perempuan itu melarangnya untuk memakan buah-buahan yang mengandung gas. Ia menggigit satu buah pepaya, menyipitkan matanya karena ia sangat benci buah tersebut, dan berusaha menelannya. Sera terus mengulang hal tersebut sampai pepaya yang ia konsumsi habis.
Tepat setengah jam berlalu, Sera bersiap-siap untuk pergi kuliah. Ia berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil tasnya. Wajahnya terlihat sangat sumringah karena hari ini dirinya sudah sanggup untuk kembali kuliah. Disisi lain, Sera juga merindukan teman-temannya yang beberapa hari ini terus menanyakan kondisi perempuan itu. Sera memang dikenal sebagai salah satu mahasiswi yang pandai membuat suasana di kelas menjadi friendly. Tidak heran mengapa teman-temannya merasa kesepian jika tidak ada Sera selama beberapa hari.
Sera memiliki kebiasaan untuk mengecek kembali pintu yang ia kunci, apakah sudah betul-betul terkunci atau belum. Terkadang ia mengeceknya sampai 3 kali. Parno adalah julukan lain untuk perempuan itu.
Seseorang menyapanya saat Sera sedang menunggu lift. Ia adalah Rachel, mahasiswi kedokteran di kampus yang sama dengannya, yang tinggal di lantai sama dengan Sera. Mereka tidak pernah berbicara satu sama lain selain saling menyapa. Lalu bagaimana Sera mengetahui bahwa nama perempuan tersebut adalah Rachel dan mahasiswi kedokteran? Saat hari pertama mereka berpapasan, Sera melihat kartu mahasiswa Rachel yang selalu ia gantung di lehernya.
Lift berhenti di lantai 7. Seperti biasa, Sera bertemu dengan Dion. Kali ini mereka tidak berjanjian untuk berangkat bersama seperti biasanya. Konon katanya, beberapa kebetulan yang seseorang lakukan kepada sahabatnya sering terjadi bersamaan. Salah satunya adalah tanggal menstruasi yang berdekatan, tanggal menstruasi Sera dengan Della dan Audine pun berdekatan. Namun, hal ini memang tidak berkaitan dengan Dion karena ia adalah seorang laki-laki, dong. Kebetulan Sera dengan Dion sering terjadi ketika mereka hendak berangkat kuliah tanpa berjanjian.
"Hai, ayang beb." Goda Sera bercanda.
"Hai, ayang mbek." Dion meletakkan kepala Sera tepat diketiaknya.
"Kambing dong gue."
"Emang. Soalnya lo bau."
"Ih sembarangan!" Sera menahan tangan Dion yang menarik kepalanya. "Kita gak janjian tapi ketemu terus deh. Kenapa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE || Cho Seungyoun ✅
RomanceJakarta dan Bandung. Kedua kota besar itu membagikan memori indah maupun buruk bagi Serafina Bella Amandine dan Dion Taraka Wirga. Mencintai Sera pada saat-saat yang tidak tepat, membuat Dion menyerah. Hatinya tak sanggup lagi berjuang untuk mendapa...