015: Benih Cinta yang Ditanam Tumbuh Sempurna

253 40 15
                                    

1 Agustus 2017.

Terik matahari di pagi hari membangunkan Sera. Ceroboh sekali dirinya lupa menutup hordennya semalam. Seperti manusia-manusia pada umumnya, Sera meregangkan tubuhnya setelah bangun tidur, lalu menguap dengan mengeluarkan suara yang sedikit kencang. Ah, matahari di jam 07.00 ini sangat cerah, cerah hingga membangkitkan suasana hati Sera. Mengingat dalam dua bulan terakhir ini dirinya kini sudah tidak lagi memiliki masalah yang membebankan pikirannya, ia menyambut pagi hari dengan senyuman yang diiringi dengan tawa bak orang gila.

"Selamat pagi, Triseratops!" sosok lelaki menyambut kehadiran Sera dari lobi. Ia berdiri dari sofa yang ia duduki.

"Pagi juga Dion, babi!" Sera memberikan high five kepada lelaki itu. Akhirnya setelah lamanya libur semester, mereka kembali berangkat kuliah bersama. Ya, itu adalah salah satu alasan Sera sedikit bertingkah seperti orang gila yang sedang bahagia di pagi hari. Betapa rindunya dirinya dengan lelaki itu.

"Tumben hits UI gak jemput."

"Gue suruh istirahat, kasihan otaknya ngebul mulu ngurusin revisi skripsi. Lagian, semalem gue abis nonton sama dia."

Dion menepuk punggung perempuan itu. "Lah udah pergi nonton aja. Udah pacaran dong lo?"

Sera meringis kesakitan. "Bego! Sakit!" Kini ia mengusap punggungnya. "Belum. Udah jalan 4 bulan nih gue pedekate sama dia."

"Lama banget pedekate doang."

Sontak Sera menghela nafas panjang. Sedih rasanya, bulan September nanti Bayu akan wisuda dan lelaki itu akan resmi menjadi seorang alumni, tentunya Sera akan semakin jarang bertemu dengan lelaki itu. "Si Bayu kenapa ya gak nembak-nembak gue? Padahal bentar lagi dia lulus."

"Ser," Dion merangkul perempuan itu. "Bayu deketin lo tiba-tiba, sebelum kalian deket kan dia dulunya cuma bisa mandang lo diem-diem, mungkin dia belum mau nembak lo ya karena dia ngerasa belom tau sepenuhnya tentang diri lo."

"Aneh aja sih udah ketemu orang tua dan sodara masing-masing tapi dia belum juga nyatain perasaannya ke gue." Kini pandangan Sera beralih ke tanah yang ia pijak. "Gue takut Bayu ngasih harapan palsu aja. Giliran gue udah ngarep, taunya dia cuma nganggep gue temen deket atau adek-adekannya. Nyesek banget kalo digituin."

"Gak mungkin lah dia begitu," Dion melepas rangkulannya dari pundak Sera. "Ini cuma masalah waktu. Udah, sabar aja. Kalo dia cuma anggep lo gak lebih dari itu, bilang ke gue."

Sera memberikan tatapan herannya kepada lelaki itu, "lah kenapa harus bilang ke lo?"

Tangan lelaki itu beralih menyentil jidat Sera. "Iya lah, gue udah ngalah taunya dia cuma nganggep lo adek-adekan."

Sera kembali memberikan pandangan yang lebih heran kepada lawan bicaranya itu, "ngalah?"

"Bego."

"Ih, apaan sih emang?" Perempuan itu masih bingung. Detik demi detik pikirannya berputar mengarungi seluruh penjuru otaknya untuk memecahkan teka-teki dari ekspresi wajah lelaki itu. Hingga akhirnya, Sera menemukan jawabannya. "Oh! Paham gue!" Ia menjentikkan jarinya didepan wajah Dion. "Emang masih sampe sekarang?"

"Sebelum gue jawabc emang yang lo bilang paham itu apa?"

"Kan lo bilang lo udah ngalah sama Bayu biar Bayu bisa deketin gue. Lo pikir gue gak peka, hah?!" Balas perempuan itu bertolak pinggang.

Dion kembali tertawa, kini tangannya mengelus kepala perempuan itu dengan lembut. "Emang gak peka."

"Lah?!" rasanya Sera ingin sekali mengacak-acak wajah Dion saking sebalnya dengan lelaki itu.

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang