11. Willkommen!

2.2K 278 42
                                    

Nara, gadis itu nampak terlelap sendiri. Tak peduli dengan suara kicauan burung-burung yang bertengger di jendela kamarnya.

Sesekali ia mengerjapkan mata saat binar matahari menembus lewat celah gorden kamarnya yang nampak minim cahaya.

Ia menguap begitu lebar, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Tubuhnya yang terbalut dengan selimut tebal itu ia gulirkan menyapu ranjang yang tak cukup luas.

Sedikit demi sedikit ia pun membuka matanya, dan langsung di sambut oleh rasa pusing yang makin lama makin menjadi.

"Kau sudah bangun?"

Yoongi datang, membawa satu gelas air putih dan memberikannya pada Nara.

"Hari ini aku mau ke kantor kedutaan Korea. Aku harus mengambil visamu."

Nara mengernyit setelah ia meneguk habis air putih dalam gelas pada genggamannya.

"Visaku? Memangnya aku mau kemana?"

"Kemana?" Yoongi yang sedang memakai jaket tipis langsung mengalihkan atensinya, menatap Nara yang terlihat sama-sama kebingungan.

"Kau benar-benar sudah bangun 'kan?"

Nara mengangguk lemas, masih dengan tatapan sayu karena merasa pusing.

"Kau tidak merasa aneh dengan sekelilingmu?"

Nara mengedarkan bola matanya, menyisir setiap sudut kamar dengan pandangan remang-remang. Tapi ia masih bisa melihat isi kamar tersebut. Seperti yang kini ada di depan ranjangnya. Tersedia LED TV, buffet kayu minimalis, dan dua kursi rotan. Lalu terdapat meja beserta kursi putarnya di samping kanan dekat jendela.

Nara kembali mengalihkan atensinya pada Yoongi yang masih berdiri sembari memasangkan jam ditangannya.

"Kau merenovasi apartemenmu?"

Yoongi mengusap wajahnya, membuang napas kasar lelah dengan kecepatan frekuensi otak Nara yang sebatas 100MHz saja.

"Coba kau buka dulu gordennya," ucapnya sembari berlalu menuju kamar mandi untuk berkaca.

Nara pun buru-buru menyibak selimutnya, menampakkan paha mulus kecoklatan yang terekspos karena hanya memakai kemaja putih kebesaran tanpa celana.

Dengan sekali sibakan, gorden biru langit itu terbuka dan menampakkan keindahan kota yang belum pernah Nara lihat sebelumnya.

Jika saat membuka gorden apartemen Yoongi akan disuguhi dengan pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kali ini berbeda, walaupun Nara masih bisa melihat jajaran gedung tinggi tapi kini ia bisa melihat sungai yang membentang luas. Ia juga melihat beberapa orang yang berjalan di pinggiran sungai dan yang paling penting orang-orang tersebut juga terlihat berbeda ras dengan dirinya.

Nara begitu terkesima hingga matanya membulat, bahkan mulutnya tak henti menggumamkan kata ketidak percayaannya saat melihat kondisi kota yang benar-benar berbeda dari kota Seoul.

"Yoon, sebenarnya kita ada di mana?" ucapnya masih dengan nada keterkejutan.

Yoongi berdiri di depan pintu kamar mandi, memandangi punggung gadisnya dengan senyum simpul.

"Berlin,"

Nara memutar tubuhnya, "Berlin?"

Yoongi mengangguk sekilas, "iya, Berlin ... Jerman."

Nara berbalik memandang kembali suasana di luar, lalu memutar tubuhnya kembali pada Yoongi sembari menutup mulutnya. Masih tak percaya.

"Ka- kau serius?"

Sekali lagi Yoongi menganguk.

"Ta- tapi aku 'kan tidak punya visa." Nara berjalan dengan langkah ragu, mendekati Yoongi yang masih bersandar di kusen pintu.

"Aku sudah mengurusnya."

"Lalu ... bagaimana bisa kau membawaku kemari tanpa aku sadari?"

"Kau tidak ingat jika semalam kau mabuk?"

Langkah Nara seketika terhenti, memutar kembali memori ingatannya semalam.

Seingatnya, setelah ia pulang kerja. Ia langsung pergi ke kedai makanan pinggir jalan. Memesan beberapa makanan dan soju karena penat dengan ocehan ibu Yoongi yang sempat datang ke kafe dan menghina-hinanya.

Wajah Nara yang tadinya sumringah karena tak percaya dirinya ada di negara Hitler, kini meredup. Ia turunkan tangannya yang sedari tadi menutupi mulutnya hingga bahunya ikut turun.

Yoongi yang merasakan perubahan sikap Nara itu perlahan menghampiri.

"Apa saat mabuk aku mengoceh yang tidak-tidak?"

"Kau ...."

Pompaan jantung Nara semakin cepat saat Yoongi menggantungkan kalimatnya. Berjalan semakin mendekat lalu berdiri tepat di hadapannya dengan wajah serius.

"Kau terus menerus mengatakan ingin ikut denganku. Kau ingin aku mengajakmu ke sini. Jadi, ya ... aku bawa saja kau."

Nara menggaruk kepalanya, malu.

"Benarkah?"

"Lagi pula ... aku juga tidak mungkin meninggalkanmu sendiri dalam keadaan mabuk seperti itu 'kan? Kau 'kan tidak bisa mengurus dirimu sediri."

Wajah Nara ditekut, ia merengut kesal. Tapi dalam hatinya, ia bersyukur karena saat dia mabuk, dia tidak menceritakan semua apa yang terjadi saat dirinya di kafe.

Ya, walaupun sebenarnya. Yoongi tahu hal itu.

Jadi kembali Nara menyunggingkan senyuman manisnya. Lalu merengkuh tubuh Yoongi dengan sekali dekapan. Membenamkan wajahnya pada dada bidang Yoongi yang selalu membuatnya tenang.

"Kau senang aku ajak ke sini?"

"Aku sangat senang, terimakasih."

Yoongi mendorong pelan tubuh Nara agar bisa melihat wajahnya. Menangkup wajah kecil itu dengan telapak tangan besarnya.

"Willkommen in Berlin, Nara.
Ich hoffe, du kommst mir danach nie mehr davon." (Selamat datang di Berlin, Nara. Aku harap kau tidak akan pernah pergi dariku setelah ini.)

.
.
.
.

Eyaaa,, ketemu lagi niiihh, bosen gak sih up mulu. Yakin gak bosen sih 🤣🔫

Covernya ganti lagi nih ges. Gonta ganti mulu emang dasar plin plan aku tuuuhhh ....

Trus di sini nara bilang beli soju, padahal di part 10 bilangnga wine.. emang aku tuh gubluk sekali yah shaaaayy ... kemaren tuh aku mau ngetik soju malah wine. Tapi udah aku ganti yaaaa.. maapin namanya juga manusia. 🤣

Oh iya, itu kan aku pake itranslet yah. Jadi kalo readers aku ada yg bisa bahasa jerman (caileee) trus di sini kata"nya salah. Ya kalian salahin aja itranslet nya kenapa begitu iya kaaaann 🤣🔫 aku mah boro" bahasa jerman inggris aja kagak bisa. Jadi maap maap aje nih.

Ya udah, tau seneng kan kalean aku up terus. Jadi jangan lupa dong voment nya biar aku semangat nulis. Okaaay  👍👍

See you next part 😘

💕💕💕

J_Ra


✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang