37. Nara's Story

2.7K 314 37
                                    

Perjalanan proyek pembangunan sekolah sepertinya akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hujan yang terus mengguyur membuat proses pembangunan menjadi lebih lambat dari perkiraan Yoongi. Belum lagi pikiran-pikiran yang tersita oleh wanita yang sempat ia temui beberapa hari lalu membuatnya semakin tak fokus untuk mengerjakan semua pekerjaannya.

Selama beberapa hari ini, Yoongi tak pernah menemui Yoora. Jika boleh jujur, Yoongi sangat merindukan gadis kecil itu. Tapi Yoongi berusaha untuk menenangkan suasana terlebih dahulu. Tak mau jika ia salah langkah lalu membuat Nara semakin menjauhkan dirinya dan juga Yoora. Yoongi tak mau hal itu terjadi. Ia ingin memperbaiki semua yang sudah ia hancurkan, setidaknya memberikan tanggung jawabnya sebagai ayah bagi Yoora.

Sebenarnya, dari awal Yoongi tak pernah ragu dengan bayi yang sempat Nara kandung dulu. Karena Yoongi memang melakukannya dengan sengaja agar gadisnya itu tak pernah pergi dari dirinya. Saat itu ia hanya ingin menunjukan pada ibunya jika apa yang ibunya pikirkan itu tidaklah benar. Yoongi mengakui dirinya salah, seharusnya ia tak memojokkan Nara dalam situasi tersebut. Setidaknya memberikan kepercayaan penuh pada Nara dan tidak mengeluarkan kata-kata yang seakan dirinya tak percaya pada Nara.

Bodoh.

Ya, Yoongi selalu merutuki perbuatannya selama 7 tahun ini.

Yoongi membenamkan kepala pada meja kerjanya, menggaruk surai hitam kecoklatannya itu menjadi berantakan.

"Pak, anda baik-baik saja?"

Yoongi mendongak dengan cepat, merapikan sedikit rambutnya lalu berpura-pura membuka buku sketsa miliknya.

"Ada apa?"

"Di luar sepertinya akan hujan. Apa proyeknya akan dilanjut atau ...."

"Hentikan saja, aku tidak mau ada yang sakit dan malah tambah memperlambat proses pembangunan," ujar Yoongi berdiri dan merangkul salah satu karyawan terbaiknya itu sembari berjalan menuju keluar ruangan untuk melihat keadaan di luar.

"Baiklah, Pak." Karyawannya tersebut pun pergi ke lapangan, menyuruh seluruh anak buahnya untuk berhenti dan mengemasi peralatan.

Yoongi yang sedang memerhatikan setiap pegawainya itu tak sengaja melihat Jungkook yang kini tengah duduk di lorong sekolah. Dan, membuat tungkai Yoongi tiba-tiba melangkah mendekat tanpa aba-aba.

"Jungkook?"

"Oh, hai ...." Jungkook nampak kikuk saat melihat Yoongi mendekatinya.

"Menjemput Yoora? Tumben, biasanya kau terlambat," ujar Yoongi seraya duduk di samping pria yang terlihat lebih muda darinya.

"Iya, sudah beberapa hari ini usahaku sedang sepi orderan jadi aku bisa menjemput Yoora dengan cepat."

Yoongi hanya mengangguk, mengerti. Setelahnya mereka berdua tak ada yang membuka suara. Canggung, menyelimuti keduanya.

Ingin rasanya Jungkook memberikan banyak pertanyaan pada pria di sampingnya ini. Tapi ia pikir, ia tak mau mengurusi urusan orang lain. Walaupun Nara sudah jadi bagian hidupnya, tapi rasanya tak pantas Jungkook menanyakan hal yang bukan jadi urusannya.

"Hmm, bagaimana kabarnya?"

"Yoora?"

"Nara, ah ... maksudku Yoora, mungkin Nara juga?"

Jungkook tak bisa menahan tawa ringannya saat melihat Yoongi begitu gelagapan.

"Dia baik-baik saja. Tapi, akhir-akhir ini dia jadi sering marah."

Sekali lagi, Yoongi mengangguk samar. Ia merasa bersalah karena sudah membuat suasana di rumah Jungkook menjadi tidak enak. Padahal ia tak punya maksud buruk terhadap pria bermarga Jeon tersebut.

✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang