7 tahun kemudian
Di sebuah kamar hotel di kawasan Jeongson provinsi Gangwon, Korea Selatan. Nampak sosok pria dewasa kisaran 30 tahunan tertidur begitu lelap di ranjangnya.
Pria berkulit pucat itu tertidur dengan tubuh tanpa pakaian, kulitnya berkeringat, tangan kokohnya mencengkram kuat seprei kasur dengan deru napas memburu. Dahinya memunculkan kerutan-kerutan menonjol bahkan kelopak matanya yang sudah terkatup itu semakin rapat tertutup. Hingga akhirnya, tubuh tersebut terangkat dan membuatnya terbangun dengan terpaksa.
Napasnya yang sempat memburu itu kini lambat laun mulai stabil, tatapan kosongnya itu melirik ke arah nakas. Menatap sebuah botol obat lalu meraihnya dengan sekejap. Ia menuangkan beberapa pil tersebut dan menenggaknya tanpa dorongan air.
Pria itu mengusap wajahnya yang berkeringat, memukuli kepalanya seraya merapal kekesalan pada dirinya sendiri.
Setelah tubuh dan pikirannya tenang, ia pun duduk di tepian ranjang. Mengambil handuk yang tersampir di headboard dan mulai menyalakan telepon genggamnya. Ternyata ia mendapat beberapa pesan suara.
"Yoongi, jangan lupa, hari ini kau harus datang ke proyek pembangunan sekolah di Jeongson."
"Ya, aku sudah di sini," jawabnya bermonolog seakan-akan berbicara dengan asisten pribadinya, Kang Minhyuk.
"Jangan pernah membeli obat anti depresan tanpa resep dokter, Min Yoongi."
Yoongi, ia hanya tersenyum kecut saat mendengar dokter psycholog-nya melarang untuk membeli obat depresan secara ilegal, sedangkan dirinya sudah memiliki stok obat tersebut tanpa sepengetahuan dari sang dokter.
"Halo ...."
Yoongi yang tengah membersihkan rambutnya dari keringat itu terpaku, perlahan tangannya turun saat kembali mendengar suara gadis kecil pada pesan suaranya.
"Jangan pergi lama-lama. Saeron rindu Ayah."
Sudut bibir Yoongi pun tersungging, ia mengambil ponselnya yang sempat ia letakkan di sisi tubuhnya tersebut.
"Ayah juga rindu Saeron."
Berasamaan dengan akhir kalimatnya, Yoongi pun beringsut pergi menuju toilet untuk segera membasuh tubuh lalu pergi menjalani aktifitas pertamanya di kawasan Jeongson.
.
.
.
.Salah satu gedung sekolah dasar di daerah Jeongson mengalami kerusakan parah akibat gempa yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Jadi, kepala sekolah menyarankan untuk merombak kembali bangunan sekolah tersebut agar bisa segera dipergunakan lagi.
Selama pengerjaan proyek berlangsung para siswa siswi sekolah dasar pun terpaksa harus belajar di gedung sebelahnya dengan sistem 3 shift, pagi, siang dan sore. Dan membuat kegiatan belajar mengajar sedikit terganggu karena bisingnya peralatan proyek.
Yoongi, sebagai arsitek sekaligus kepala pengawas proyek pun berjanji akan mengerjakan tugas tersebut dengan cepat. Agar acara belajar mengajar di sekolah tersebut tidak terganggu dan berjalan seperti dulu lagi.
Selagi berbincang dengan beberapa pegawai proyek. Yoongi mendengar salah satu karyawannya tengah bicara dengan nada kesal dengan seseorang. Tapi anehnya, Yoongi tak bisa melihat dengan siapa karyawannya itu berbicara. Karena penasaran akhirnya Yoongi pun memutuskan untuk menghampiri karyawannya tersebut.
"Ada apa?" Sesaat setelah Yoongi menepuk pundak karyawannya. Ia melihat sosok anak kecil lengkap dengan seragam sekolah berdiri seraya memegangi sebuah buku gambar berukuran A4.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS Fanfiction]
FanficKisah cinta antara Yoongi dan Nara, pasangan berzodiak lambang ikan. Berawal dari insiden, hingga tinggal bersama lalu dipisahkan. Apa mereka bisa kembali? Bagaimana mereka menjalani lika-liku kisah percintaannya? © - J_Ra