Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bi tunggu!"
Eunbi menghentikan langkah kakinya. Ia hanya diam bergeming, tidak ada niatan untuk menengok atau apapun.
Sampai akhirnya, seseorang itu membawa Eunbi kedalam dekapannya. Dekapan yang sangat hangat. Dekapan yang selalu menjadi tempat untuk Eunbi menumpahkan semua air matanya.
"Jangan nangis disini, nanti Jaehyun liat. Ayo masuk ke mobil, kamu nangis sepuasnya disana."
Saat sudah didalam mobil, benar saja, tangis Eunbi pecah. Johnny pun kembali membawa Eunbi kedalam dekapannya.
"Abang mau tanya, masih inget omongan abang waktu kamu baru masuk SMP?"
Masih dalam keadaan menangis, Eunbi tetap menjawab pertanyaan Johnny dengan anggukkan.
"Apa coba?"
Eunbi tidak menjawab. Tangis nya malah makin mengencang. Melihat itu Johnny menghela napasnya, lalu mengusap punggung adik nya.
"Abang pernah bilang sama kamu, kalau nanti ada yang bikin kamu sakit hati, biarin aja. Kamu boleh marah, kamu boleh kecewa, kamu boleh nangis, tapi jangan sampe bikin orang itu sakit hati juga. Sakit hati gak boleh di bales sama sakit hati. Itu namanya bales dendam. Bunda pernah ngajarin Eunbi sama abang supaya jangan pernah lakuin bales dendam, kan? Eunbi masih inget kan?"
Eunbi mengangguk lagi. Kemudian perlahan mengangkat kepalanya. Johnny terkekeh melihat wajah merah padam adiknya.
Lengan Johnny terulur untuk menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Eunbi, kemudian Johnny juga merapihkan beberapa helai rambut Eunbi yang terlihat berantakan.
"Senyum coba"
Eunbi menggelengkan kepalanya.
"Sini liat abang, abis itu senyum yang paling manis."
Dengan malas Eunbi menatap wajah Johnny, kemudian tersenyum kecil karena melihat wajah Johnny yang juga tersenyum untuk mencoba menghibur Eunbi.
"Nah gitu dong senyum. Kan cantik."
Sekali lagi Eunbi menghamburkan pelukannya pada Johnny. Memang pelukan terbaik disaat seperti ini adalah pelukan abang.