Perjalanan singkat Nathan ke DC untuk menghadiri upacara pemakaman kedua orang tua Vivian membuat pria itu menjadi sosok pemurung dibandingkan biasanya. Sejujurnya Nathan sendiri tak tahu apa yang hatinya rasakan, apa yang terjadi pada dirinya sampai hati dan pikiranya begitu kacau. Ia bahkan melupakan dan mengabaikan Kiara yang selalu menghubunginya. Seandainya Nathan tak sebuta itu tentang perasaannya, mungkin semua perasaan mengganjal di benaknya tak akan serancu ini untuk ia pahami.
Penampilan yang jauh lebih berantakan dari biasanya cukup menggambarkan betapa kacaunya kehidupan Nathan yang semakin hari semakin dilema. Antara ia harus mengorbankan perasaan yang ingin ia jaga atau bertahan di sisi Vivian yang malang.
Semua pertimbangan besar itu membuat tatapannya terpancar hambar dan kosong, dalam ia memikirkan semua itu sampai di titik ia menyalahkan dirinya sebagai sumber kekacauan semua ini. Seandainya ia tak bermain api dengan memulai segalanya dengan Kiara tentu ia tak akan sebimbang ini untuk berada disisi Vivian.
"Nathan"
Suara itu mengalihkan dunia Nathan, kedua matanya kini menemukan sosok Kiara yang saat itu berlari menghampiri pria yang masih berada di ambang pintu. Sebuah pelukan, cukup erat Kiara berikan sebagai pelepas kerinduan saat beberapa hari belakangan ia tak lagi bisa menemui Nathan karena perkerjaanya di Paris ditambah pria itu yang sejak beberapa hari belakangan mengabaikan semua panggilan dan pesannya.
Nathan tak bereaksi, karena ia cukup terkejut, sorot matanya begitu datar bahkan cukup mati rasa saat merasakan kehangatan dan kerinduan Kiara.
"Where have you been? I've been looking for you"
Hari-hari Nathan terisi kenyataan pahit dan menyedihkan yang dalam hitungan detik mebalik dunianya dan melupakan segala hal termasuk Kiara.
"Mengapa kau tidak membalas pesan juga teleponku? Are you ok?"
Nathan melepaskan pelukan itu dan mengangguk singkat saat Kiara mulai menatapnya penasaran.
"Aku sangat lelah, aku ingin mandi dan beristirahat"
Tentu Kiara merasakan sikap dingin itu, ia tak bodoh untuk mengartikan sikap Nathan bahkan saat ia meluangkan sedikit waktunya untuk menemui pria itu. Sejujurnya Kiara merasakan kekhawatiran yang sedikit tak beralasan, tapi ketakutanya makin nyata saat Nathan terus mengabaikannya.
"Mom and dad-"
"Aku bertemu mereka di acara pemakaman kedua orang tua Vivian" jelas Nathan yang saat itu berlalu dan Kiara mengekori.
"Mereka bilang akan mengunjungi Vivian setelahnya"
Nathan menghentikan langkahnya untuk menatap Kiara sekilas, sesungguhnya Nathan membaca dengan baik tatapan gelisah Kiara karena sikapnya. Namun ia tak bisa berpikir jernih saat ini, semua terlalu berantakan.
"Bisa kau makan dulu, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu" Tatapan sayu Nathan masih tertuju pada Kiara yang nampak tak sepercaya diri biasannya. "Aku tidak memasaknya sendiri, tapi aku membelinya saat dalam perjalanan kesini. Kau tahu sendiri-" Kiara tersenyum kaku. "Aku tidak bisa masak"
Mungkin dengan sedikit senyuman untuk Kiara, akan berakhir membuat wanita yang nampak gelisan itu sedikit merasakan lega dan jelas terbukti bahwa paras Kiara berubah lega saat Nathan tersenyum mengindahkan.
Tak ada pembicaraan dua arah, hanya suara-suara keraguan Kiara yang mencoba memancing Nathan untuk berbicara namun semua usahanya hanya berakhir senyuman dan kebisuan Nathan. Tentu Kiara kesal, merasa diacuhkan, karena niat baiknya untuk menghibur pria itu tak bersambut baik.
Memang benar Natan bersamanya namun tidak dengan pikiran ataupun jiwanya.
Emosi Kiara menggondok, membuat ia meletakan alat makanya kesal dan menatap Nathan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARAMOUR ✔
Romance[COMPLETE] Highest Rank #1 in everglow 27/8/2019 Highest Rank #5 in fiksiromance 13/4/2019 Highest Rank #627 in fiction 1/5/2019 Jonathan Carrington Lee dihadapkan oleh dua pilihan hidup yang tak pernah ia harapkan terjadi. Semua hal sudah ia predik...