BAB 29

253 45 49
                                    

Langit malam kini menjadi pemandangan menenangkan bagi Vivian yang masih membuka lebar kedua matanya. Sama seperti malam itu saat ia tiba-tiba tersadar dan ia menemukan Nathan yang tertidur di sisi tempat tidur sembari mengenggam tanganya. Malam itu ia kembali terjaga, namun tak ada Nathan, hanya langit malam dan Adam yang tidur di sofa.

Kedua mata sayunya masih berair, menatap langit membayangkan wajah kedua orang tuanya yang telah pergi. Vivian tak pernah menyangka pertemuan singkat di pesta perayaan pernikahan kedua orang tuanya menjadi momen terakhir kali. Terlebih pelukan ibunya, Olivia yang juga tak lagi bisa ia rasakan.

Ia menatap sekilas Adam yang nampak nyenyak tertidur, ia tak ingin membangunkan pria itu meskipun ia harus ke kamar mandi. Perlu sedikit usaha memang bagi Vivian bahkan saat ia harus terbangun dan berusaha ke kamar mandi seorang diri.

Sakit, seluruh tubuhnya terasa kaku dan kesakitan bahkan untuk terbangun dari ranjang. Membuatnya meringis meskipun semua itu tak sebanding saat ia menapakan kedua kakinya ke lantai yang membuatnya bahkan kesulitan untuk berdiri dengan baik. Sebisa mungkin ia meraih pegangan namun segala usahanya gagal sehingga membuat ia terjatuh di lantai dengan rasa kesal.

Vivian ingin marah, bahkan untuk melakukan hal kecil saja ia tak bisa melakukanya seorang diri. Ia merasa kesal dengan semua kenyataan itu.

"VIVIAN!" Suara Nathan dari arah pintu membangunkan Adam dari tidur pulasnya, ia kebingungan mencari Vivian dengan tubuhnya yang sempoyongan, namun ia menyadari Nathan yang berlari menghampiri Vivian setelahnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Nathan yang saat itu datang mencoba membantu Vivian yang berusaha untuk bangkit namun wanita itu menepis tangan Nathan menjauh.

"Minggir!"

"Vivian, biar aku membantumu" namun Vivian berusaha mendorong pria itu menjauh.

"Minggir! don't you dare to ever touch me!"

Tatapan luka Vivian dengan air mata yang menggenang itu membuat Nathan mematung kaget.

Adam yang melihat kejadian itupun cukup kaget saat Vivian masih menatap Nathan sengit. "Aku ingin ke kamar mandi" ucap Vivian.

Adam nenatap Nathan sebentar, sampai pria itu mengangguk memberi izin dan mulai mengendong tubuh Vivian ke kamar mandi. Adam keluar setelahnya, wajahnya tak enak saat menatap Nathan yang nampak gusar.

"Aku tidur disini karena Vivian memintaku menemaninya, jangan salah sangka ok"

"Terimakasih banyak Kim, setidaknya kau tidak membuatnya kesepian"

Adam merasa lega.

"Beberapa malam saat kau di DC, Vivian terus menangis. Dia bilang ia ingin ke DC untuk melihat kedua orangtuanya, tapi aku mengatakan pada Vivian bahwa keadanya saat ini belum memungkinkan untuk perjalanan jauh jadi-"

"Adam" panggil Vivian dari dalam kamar mandi dan Nathan mengangguk mengizinkan Adam membantu Vivian. "Oke, i'm in"

Tentu Adam tak ingin menjadi orang ketiga dalam atmosfer dingin diantara Nathan dan Vivian, sehingga ia memilih untuk pergi setelah membaringkan tubuh Vivian dan meberikan dua orang itu waktu untuk bersama.

Vivian hanya diam, menghindari Nathan yang menyelimuti tubuh Vivian yang lagi-lagi memilih menatap langit malam dari jendela kamar perawatannya ketimbang Nathan.

Air matanya kembali tumpah, bahkan untuk kebisuan yang Nathan ciptakan.

Waktu terus berlalu, irama detik jam terus memberi kesempatan kedua orang yang terdiam itu untuk saling berbicara, namun tak ada satupun kata yang terucap dari bibir Vivian yang kini mencoba memejamkan kedua matanya untuk tertidur. Tapi tidak untuk Nathan yang masih menatap Vivian penuh arti.

PARAMOUR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang