1. Barbar

11.6K 479 14
                                    

Pretty Girl-Maggie Lindemann

“Nomi, Deno, Jeno! Berhenti kalian!” teriak guru laki-laki berbadan tambun itu seraya berlari mengejar tiga siswa di depannya.

Bukan tanpa alasan, guru yang terkenal paling disiplin se-SMA Semesta mengejar mereka. Itu dikarenakan ketiga siswa bengal itu baru datang setelah setengah jam yang lalu setelah bel pelajaran berbunyi. Lebih parahnya, ketiganya memanjat pohon yang menghubungkan pagar samping sekolah untuk meloncat pagar karena gerbang telah ditutup oleh satpam.

Hampir semua orang mengetahui persahabatan antara dua cowok dan satu cewek di SMA Semesta. Ketiga manusia itu terkenal karena selalu berbuat ulah, dengan guru sekalipun.

Ketiganya berlari ke arah kantin yang masih sepi karena ini masih jam efektif pembelajaran. Hanya ada tidak lebih dari lima orang yang menikmati makanan di kantin.

Brak!

Ketiga sahabat itu menghentikan larinya dengan Zeno yang sudah terduduk di lantai dengan memegangi pantatnya. Tidak jauh dari Zeno, pria berjas hitam dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya mengusap lengan panjangnya. Dilihat dari cara berpakaiannya, pria itu seperti seorang bos perusahaan karena memakai setelan jas super licin dan rapih.

“Kalo lari jalannya diliat, tolol,” maki Deon seraya menjambak kecil rambut ikal Zeno.

“Om ini yang tiba-tiba muncul didepan gue!” bantah Zeno seraya menepuk pantatnya.

“Om, ngapain disini? Mau ngelamar jadi guru disini? Kok malah ke kantin sih?” celetuk Naomi dengan beberapa pertanyaan.

Pria dewasa di depan ketiga sahabat itu menurunkan kacamatanya, menatap ketiga bocah itu dengan intens.

“Heh! Ngapain lo cari urusan sama orang lain. Urusan kita belum selesai. Cepetan, kita harus sembunyi. Gue gak mau kena hukuman,” sela Deon.

“Yaudah, ayo.”

Zeno menutup pintu gudang dengan Naomi dan Deon yang sudah bersembunyi didalammnya. Ia mengawasi keadaan sekitar kewat celah jendela. Semoga, Pak Hamdan tidak menemukan mereka bertiga.

Pak Hamdan sampai di area kantin. Guru berbadan tambun itu celingak-celinguk melihat di sekitar kantin. Tidak lama, Pak Hamdan menghampiri pria dewasa yang tadi sempat bermasalah sedikit dengan ketiga manusia bengal itu.

“Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Hamdan dengan sopan.

“Dimana letak ruang kepala sekolah?”

“Oh, nanti bapak tinggal jalan lurus aja, terus menghadap searah jam sembilan.” Jelas Pak Hamdan.

Zeno yang mengetahui interaksi antara om-om dengan Pak Hamdan dari celah jendela, tersenyum lega. Ia merasa kalau Pak Hamdan sudah melupakan tujuannya. Dengan begitu, mereka akan keluar dari gudang itu dengan tenang.

“Pak, permisi. Apa bapak tadi melihat tiga siswa kami, dua laki-laki dan satu perempuan di sekitar sini?” tanya Pak Hamdan.
Seketika, senyum lega Zeno tergantikan oleh ekspresi kaget.

Pria dewasa itu membalikkan badannya kearah gudang yang digunakan oleh ketiga sahabat itu bersembunyi, “mereka sembunyi disana.”

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang