9. Dinner

3.7K 241 3
                                    

Selamat membaca :)

From : Om Voldemort
Cepat turun, saya sudah menunggu dibawah

Bola mata Naomi berputar setelah menerima pesan dari Arjuna. Belum sehari pacaran, ia merasa seperti dikendalikan oleh pria matang yang menjadi tetangganya itu. Jika saja Arjuna tidak punya barang bukti berupa foto Naomi ketika bolos, pasti sekarang Naomi akan menghabiskan seri The Vampire Diaries.

From : Naomi
Sabar, bentar lagi turun


Balas Naomi ogah-ogahan. Setelah memastikan penampilannya di depan cermin, Naomi mengenakan flat shoes yang senada dengan dressnya. Penampilannya cukup tidak memalukan untuk sebuah dinner dengan keluarga pacar palsunya.

 Penampilannya cukup tidak memalukan untuk sebuah dinner dengan keluarga pacar palsunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dress yang dipakai Naomi

Naomi berjalan menghampiri Arjuna yang tengah menunggu di ruang tamu. Gadis itu memandang Arjuna yang tampak gagah dengan tuxedo hitamnya. Mengapa, pakaian mereka bisa senada? Padahal, tadi Arjuna tidak menentukan dress yang harus dikenakan Naomi.

 Mengapa, pakaian mereka bisa senada? Padahal, tadi Arjuna tidak menentukan dress yang harus dikenakan Naomi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tuxedo yang dipakai Arjuna

Arjuna mengamati penampilan Naomi. Gadis itu tampak anggun dengan dress hitam se lutut yang menampilkan leher jenjangnya. Wajah tengilnya kini tersamarkan oleh polesan tipis blush on pada pipinya.

"Iya, aku cantik, Om. Sampai mata Om hampir jatuh gitu," celetuk Naomi membuyarkan kekaguman dalam otak Arjuna.

Tetap saja. Mau memakai apapun, berdandan apapun, Naomi tetaplah Naomi si gadis tengil.

"Harus cantik, lah. Pacar saya harus cantik, biar setara dengan saya yang tampan," ucap Arjuna.

Naomi berjengkit, menatap Arjuna dengan pandangan jijik, "Udah tua, masih tinggi aja pedenya, Om." ejeknya.

Arjuna tersenyum mendengar ejekan itu. Ia tidak ingin membalas ejekan Naomi. Naomi akan menghancurkan rencananya jika ia meladeni ejekan gadis itu.

🌵🌵🌵

"Naomi?" panggil Anin ketika Naomi dan Arjuna memasuki rumah keluarga Radeva.

"Hai," sapa Naomi ramah.

Berbeda dengan Naomi yang tampak ramah, Anin justru menampilkan wajah syok, "Jadi, kamu pacar kakakku?"

"Iya, Anin. Naomi memang pacar Kakak. Kita udah hampir seminggu pacaran," jawab Arjuna.

Cih, pendusta. Batin Naomi

"Hai, cantik. Nama kamu Naomi ya? Kamu juga satu sekolah kan, sama Anin?" timbrung Liana, Mama Arjuna.

"Iya, Tante." balas Naomi canggung.

"Yaudah, yuk langsung makan aja. Tante masak banyak loh,"

Liana menggandeng tangan Naomi menuju meja makan. Meja makan keluarga Radeva kini telah terisi penuh. Walaupun suasana canggung, Naomi berusaha untuk tetap tenang.

Acara makan malam berlangsung tenang. Tidak ada yang bersuara sepanjang makan. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

"Kamu, bisa masak apa aja, selain mie instan sama air?" tanya Oma setelah selesai makan malam.

Kini, mereka tengah berkumpul di ruang keluarga kecuali Anin. Bukannya tidak mau menjamu Naomi, Anin memiliki suatu project penting yang tidak bisa ditinggal. Terpaksa, ia meminta izin untuk meninggalkan Naomi.

"O-oma tanya, saya?" tanya Naomi polos.

"Kamu pikir siapa?" ucap Oma bertanya balik.

"Hehe, saya Oma." Naomi meringis menyadari kebodohannya, "saya bisa bikin brownies, bolu sama cake, Oma."

Oma manggut-manggut, "Diabetes terjadi karena kebanyakan konsumsi gula," lanjutnya.

"Saya takut menggoreng, Oma. Saya pernah terkena letupan minyak, jadi saya trauma."

"Perempuan baru kena minyak panas sedikit udah trauma. Lalu, gimana masakin suami, besok?"

"Oma, Juna gak masalah, kalau Naomi gabisa masak. Kan Juna carinya istri, bukan chef," timbrung Arjuna. Ia tahu, sebentar lagi Naomi akan menjadi bulan-bulanan Oma.

Oma tersenyum sinis, "Kesuksesan perempuan bisa dilihat dari ketrampilan mereka memasak, mengurus rumah dan suami,"

Kalaupun gue bisa masak, gue juga ogah kali masakin cucu Oma, Batin Naomi

"Maaf, Oma. Saya ngga bisa masak karena saya trauma, bukan keinginan saya juga. Lalu, mengapa harus perempuan saja yang bisa masak, mengapa laki-laki tidak? Tidak ada perbedaan, Oma. Kami tercipta setara dengan tugas masing-masing sesuai kemampuan kita." sanggah Naomi.

"Sudah sepantasnya seorang perempuan memanjakan suaminya. Perempuan kalau sudah menikah, maka wajib untuk patuh pada suami." ucap Oma.

"Tapi, apakah perempuan tidak bisa masak, menjadi tolak ukur kegagalan dalam sebuah rumah tangga, Oma?"

"Perempuan harus—

"Ma, udah ya. Kasian dia," tegur Panca—ayah Arjuna, dengan sopan.

"Naomi sering-sering kesini dong. Nanti Tante ajarin masak sampai bisa," timpal Liana, mendamaikan suasana.

"Semoga, kelak istri Arjuna bisa masak. Biar tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji," sindir Oma.

Amiin, Ya Tuhan. Semoga aku tetap gak bisa masak, biar gak jadi istri Om kampret, teriak Naomi dalam hatinya.

"Ehm, sepertinya ini sudah malam. Jun, kamu antar Naomi pulang. Nggak baik anak gadis pulang sendirian malam malam gini," ujar Panca yang merupakan sebuah kode untuk Arjuna agar segera menjauhkan Naomi dari Ibunya.

Akhirnyaaaaa, seru Naomi dalam hati.

"Iya, Om Panca benar. Ini sudah malam, Tante, Om, Oma, Naomi pamit pulang dulu ya," ucap Naomi sopan.

"Hati-hati dijalan," ucap Oma kemudian berlalu.

Liana mendekati Naomi seraya tersenyum lembut, "Omongan oma tadi jangan masukin hati, ya sayang. Tante yakin, bentar lagi Oma bakal luluh kok."

"Iya tante, gak papa kok,"

"Terimakasih sudah datang ya, Nak," ucap Panca.

"Iya Om, saya juga terimakasih sudah diundang,"

Setelah berpamitan, Naomi berjalan beriringan bersama Arjuna.

"Pantes Om nyebelin, ternyata turun temurun ya," celetuk Naomi.

Arjuna tertawa pelan, "Kamu juga nyebelin. Kita bakal jadi pasangan paling serasi,"

"Pasangan pura-pura paling drama, yang bener," koreksi Naomi.

"Saya pikir, tadi waktu kamu di sinisin Oma bakal teriak-teriak seperti biasa. Ternyata otak kamu keren juga, ya," tukas Arjuna seraya mengacak pelan rambut Naomi.

Dengan kasar, Naomi menepis tangan Arjuna. Ia berjalan cepat memasuki rumah. Ia sudah cukup gila malam ini.

🌵🌵🌵

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang