14. He is Ken

3.4K 181 5
                                    

Langkah malas Naomi menyusuri koridor sekolah untuk memenuhi panggilan dari gurunya. Ketika langkahnya sampai didepan pintu ruang guru, Naomi bertemu dengan cowok yang meminjamkannya buku. Cowok itu hanya melayangkan tatapan penuh tanya pada Naomi, namun gadis itu hanya merespon dengan mengedikkan bahunya.

Keduanya pun kini berdiri didepan meja Bu Vina.

"Terimakasih sudah memenuhi panggilan saya. Kamu tahu kenapa kamu juga dipanggil menghadap saya, Ken?" tanya Bu Vina.

Cowok yang bernama Ken itu hanya menggeleng.

"Ini buku kamu, 'kan?" tanya Bu Vina lagi dengan mengeluarkan buku bersampul rapi.

Sekilas, Ken melirik Naomi dengan tatapan tak terbaca, "Iya, Bu. Benar itu buku saya,"

"Lalu, mengapa bisa ada pada Naomi? Katakan alasan sejujurnya, Naomi nggak ngancem kamu, 'kan?" selidik Bu Vina.

"Hah? Kok Bu Vina malah ngefitnah saya?" solot Naomi tidak terima.

"Diam kamu!" sentak Bu Vina, kemudian lanjut menatap penuh intimidasi pada Ken.

"Tidak, Bu. Saya memang kemarin belajar bareng  Naomi. Jadi, buku saya ketinggalan dirumahnya. Mungkin, Naomi salah waktu masukin buku," jawab Ken berbohong.

"Hmmm, gitu ya," ucap Bu Vina manggut-manggut, "harusnya, kamu teliti dulu barang bawaan kamu sebelum pulang."

"Iya, Bu. Saya kemarin buru-buru, jadi nggak sempat meneliti," bohong Ken lagi.

Bu Vina kemudian menatap sengit kearah Naomi, "kamu, juga Naomi! Harusnya, kamu langsung kembalikan, kalau ada barang yang tertinggal di rumah kamu!"

Naomi menipiskan sebelah matanya, "kok intonasi nasihatnya beda banget, Bu. Hmmm Naomi tahu, mungkin Naomi tidak sepintar Ken. Jadi ya, Ibu memperlakukan kami beda," sindir Naomi seraya tertawa miris.

"Saya sudah capek, ngurusin kelakuan kamu! Sudah. Sekarang, kalian menata semua buku lama di gudang, sebagai hukuman."

"Loh? Kok masih ada hukuman, sih Bu? Kan kita nggak sengaja," tanya Naomi tidak terima.

"Ini, biar kalian lebih disiplin dan teliti."

"Hah? Tapi kan—

"Satu bantahan, berarti menambah hukuman. Kamu mau, Naomi?" tawar Bu Vina.

"Iya Bu, maaf," sahut Ken.

Naomi memutar bola mata malas, sedangkan Ken tersenyum sopan pada guru Sosiologi itu.

🌵🌵🌵

Setelah menjalani hukuman dari Bu Vina, Naomi dan Ken bersiap untuk pulang. Mereka berjalan beriringan dengan penampilan Naomi super berantakan. Berbeda dengan Naomi, Ken justru masih terlihat rapi dengan seragamnya, meskipun di beberapa bagian bajunya kotor terkena debu.

Naomi tersenyum girang ketika melihat dari jauh Zeno dan Deon yang tengah menunggunya di parkiran.

"Tuh, udah ditunggu bodyguard-nya, Nyonya," sindir Ken yang mengetahui penyebab Naomi tersenyum.

"Apesi, sirik ae lu!"

Ken tertawa rendah, "kasihan dong, sama cowok-cowok yang pengen deketin, lo. Pasti baru 'say hi' ke elo, langsung berurusan sama mereka,"

"Of course, the Queen," sombong Naomi seraya mengibaskan rambutnya.

"Tapi, gue sih punya privilege buat bisa deket sama lo,"

"Dih, pede lo. Bilang aja lo iri, karena lo gabisa deketin gue, gara-gara takut berurusan sama mereka."

Langkah Ken menghadang langkah Naomi dengan tiba-tiba, hingga membuat Naomi menabrak tubuh Ken yang menjulang.

"Heh!" pekik Naomi.

"Gak ada tuh, kata takut di kamus gue. Bahkan gue gak perlu buang waktu karena mikirin cara buat deketin lo. Inget Naomi, sesuai kesepakatan kita tadi. Kalau lo gak bisa penuhin, yah lo tau sendiri akibatnya," tukas Ken seraya menyingkirkan anak rambut dari dahi berkeringat Naomi.

"You jerk!" umpat Naomi, kemudian menginjak keras kaki Ken.

Ken terkekeh geli ketika melihat langkah Naomi yang semakin menjauh. Gadis itu berjalan dengan kaki yang ia hentakkan beberapa kali.

🌵🌵🌵

Naomi menekan tombol lift pada lantai 13. Memang benar, Naomi pulang diantar oleh Zeno dan Deon. Namun, Naomi berbohong pada Zeno dengan mengatakan bahwa ia minta diantar ke the hill's apartment, untuk menemui saudaranya. Ia tidak ingin sahabatnya ikut muak karena sikap ibunya.

Setelah mengetikan beberapa digit angka sebagai password, Naomi membuka pintu Apartment milik Arjuna. Ketika pintu terbuka, Naomi menemukan Arjuna tengah bercumbu dengan seorang wanita. Mungkin wanita itu kekasih Arjuna sebenarnya.

Menyadari suara yang tercipta selain mereka, Arjuna menghentikan kegiatan panasnya. Matanya menemukan Naomi yang berpenampilan sangat berantakan. Arjuna mengamati Naomi yang kini tengah berjalan mendekati kulkas

"Kamu sudah pulang?" tanya Arjuna bodoh.

"Pasti udah tau jawabannya," jawab Naomi tak acuh kemudian meneguk habis minuman dingin yang telah ia ambil dari kulkas.

"Dia siapa, Jun?" tanya wanita itu.

"Dia—

Belum habis Arjuna mengatakan, Naomi terlebih dahulu menyela, "aku keponakannya, kok Tante."

"Oh, keponakan....." ucap wanita itu seraya mengangguk pelan, "ngapain kamu malah pulang kesini? Bukankah kamu juga punya rumah sendiri?"

Naomi menatap sengit pada wanita yang masih mengenakan blazer yang menampilkan belahan dadanya, "Ya terserah aku lah, Tante. Lagian juga Om Juna nggak masalah tuh aku tinggal disini,"

"Orangtuamu, tidak mencarimu?" tanya wanita itu lagi.

"Sudahlah, Bianca. Kamu jangan terlalu menanyakan hal hal yang tidak penting seperti itu padanya," ucap Arjuna menengahi.

Karena sudah terlalu malas, Naomi memilih untuk pergi ke kamar untuk membersihkan diri, kemudian beristirahat. Ia tidak peduli dengan apa yang akan Arjuna lakukan dengan wanita bernama Bianca itu.

Kenandra Julian Callisto

Kenandra Julian Callisto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bianca Ascella

Bianca Ascella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Terimakasih sudah membaca :)

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang