11. Messy

3.4K 219 4
                                    

Strong - One Direction

Tepat jam 10 malam, Naomi pulang ke rumah dengan diantar Zeno. Ia merasa sangat lelah karena seharian menangisi kepergian Lala. Setelah pemakaman Lala tadi, Naomi menjadi lebih pendiam dan sering melamun.

Baru saja Naomi mendudukan pantatnya di kasur, Belinda memasuki kamar Naomi dengan wajah tidak ramah. Gadis itu hanya menghela napas lelah. Sedetik kemudian, Belinda melemparkan amplop yang berisi surat pada putrinya. Naomi berjengkit kaget menatap surat dipangkuannya.

"Baca itu!" perintah Belinda.

Dengan malas, Naomi membuka surat itu kemudian membacanya. Mata Naomi perlahan melebar setelah membaca isi surat itu.

Surat peringatan terakhir untuknya. Bulan ini, sudah tercatat dua kali, Naomi tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Parahnya, yang mengambil langsung surat itu adalah ibunya.

"Puas?! Ini kan, yang kamu mau? Gak becus sekolah, bikin malu Mama, haha hihi gak jelas sama temen temen kamu? Well, selamat Naomi Irabelle, kamu berhasil. Kamu udah berhasil jadi anak yang ti-dak-ber-gu-na."

Belinda menukaskan kata kata kejam itu dengan penekanan pada dua kata terakhir.

"Maafin, Omi," lirih Naomi.

Belinda terkekeh sumbang mendengarkan ucapan Naomi, "Maaf kamu bilang? Wow!" seru Belinda, "Kamu minta maaf pun, tidak akan merubah perasaan Mama yang merasa sangat menyesal merawat anak tidak berguna seperti kamu, Naomi. Dan Mama yakin, jika sekarang Papamu masih hidup, dia juga akan merasa sangat menyesal seperti Mama."

Setelah berkata seperti itu, Belinda pergi meninggalkan Naomi di dalam kamar.

Tanpa sadar, air mata Naomi telah membuat anak sungai dikedua pipinya. Hatinya begitu sakit, seperti tertikam pisau tak kasat mata. Naomi mengusap jejak air mata itu dengan kasar.

🌵🌵🌵

Tidak peduli dengan dinginnya angin malam yang menusuk kulitnya, Naomi tetap berlari menjauhi rumahnya. Ya, sekarang Naomi pergi keluar rumah setelah merasa tidak sanggup berada di rumah itu. Ia pergi, tanpa menghiraukan kakinya yang tergesek aspal karena ia tidak menggunakan alas kaki.

Ucapan Belinda yang mengatakan bahwa Naomi tidak berguna pun mengisi penuh otaknya. Belum lagi ungkapan wanita itu jika Papanya merasa menyesal. Apa selama ini memang, Papanya meninggal karena terlalu memikirkan Naomi yang bandel?

Langkah Naomi mulai melambat. Ia sekarang sudah tidak berlari, Naomi berjalan namun dengan pandangan mata kosong. Air matanya sudah tidak mengalir semenjak ia memutuskan untuk pergi dari rumah.

Terlalu kalut dengan pikirannya, Naomi tidak sadar bahwa ada mobil yang yang melaju ke arahnya.

Bruk.

Tubuh Naomi limbung. Gadis itu terduduk di jalan dengan tatapan kosongnya. Untung saja, mobil itu hanya menabrak Naomi pelan dan hanya menimbulkan luka pada siku dan lutut gadis itu.

"Maaf. Kamu nggak papa?" tanya pengendara mobil itu setelah turun dari mobilnya.

Naomi hanya terdiam tidak merespon.

Karena tidak mendapat respon, cowok pemilik mobil itu memapah Naomi duduk di trotoar seraya mengucapkan kata maaf berkali-kali. Ia pun berusaha berbicara kepada Naomi, tetapi gadis itu tetap tidak meresponnya. Ia sempat mengira kalau gadis itu bisu.

"Kamu kenapa?" suara bariton rendah menyadarkan kedua manusia itu, terlebih Naomi.

Naomi menatap pria yang tubuhnya menjulang tinggi dihadapannya.

"Maaf, saya tidak sengaja menabrak dia tadi. Daritadi, saya sudah bertanya tetapi tidak ad—

Arjuna membiarkan pemuda itu mengoceh. Ia hanya terfokus pada Naomi yang bermata sembab. Tanpa pikir panjang, Arjuna menggendong Naomi.

"Terimakasih," ucap Arjuna pada pemuda itu.

"Aku gak mau pulang," cicit Naomi setelah Arjuna mendudukan tubuhnya pada kursi mobil.

"Terus, mau tidur dimana kalau gak pulang?"

"Gak tau. Om, gak usah sok care sama aku. Turunin aku disini aja,"

"Nggak! Kamu harus pulang!"

"OM! AKU GAK MAU PULANG YA GAK MAU PULANG!" teriak Naomi.

Jika biasanya Arjuna melihat Naomi berteriak dengan nada jengkel karena digoda, kini Arjuna mendengar Naomi berteriak dengan amarah. Sempat menatap sebentar Naomi, kemudian Arjuna menghela napas kasar.

"Yasudah. Kamu malam ini tinggal di apartment saya. Saya gak mau kalau kamu malam malam gini berada di luar dengan kondisi seperti ini." putus Arjuna.

Naomi tidak melawan, ia hanya terdiam.

Ada apa dengannya? Mengapa terlihat mengenaskan sekali? batin Arjuna.

Mobil Audi R8 milik Arjuna kini melaju menembus jalanan kota yang semakin padat karena semakin larut.

🌵🌵🌵

Terimakasih sudah membaca :)

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang