6. Siasat

4.6K 278 9
                                    

"Bye, Kakak," seru Anin seraya melambaikan tangannya kearah Audi R8 milik Arjuna.

Lambaian tangan Anin dibalas oleh senyum hangat milik Arjuna.

Arjuna memutar mobilnya, setelah punggung Anin menghilang dari penglihatannya. Hari ini Arjuna tidak ke kantor, jadi ia mengantar Anin. Arjuna mengambil jalan belakang sekolah Anin, karena tidak ingin terkena macet. Namun, ketika mobilnya melewati tembok belakang sekolah, ia merasakan sesuatu menghantam mobilnya.

Bruk.

Arjuna menginjak pedal remnya karena merasakan sesuatu menghantam mobilnya. Setelah menutup pintunya, Arjuna segera memastikan apa yang membuatnya seolah menabrak sesuatu. Ia berkacak pinggang setelah mengetahui siapa yang ia tabrak barusan. Belum saja mengeluarkan sepatah kata, Arjuna terlebih dahulu disemprot.

"Hah?! Om lagi, Om lagi! Apes mulu hidup gue, anjir," gerutu Naomi seraya meniup lututnya yang terluka.

"Jadi, ini salah saya?"

"Iya lah! Bawa mobil gak bener, padahal udah tua. Masih aja belum lancar," sungut Naomi, "aduh, mana perih banget nih luka. Harusnya kalo om penglihatannya udah nggak jelas, minta diantar sopir kan bisa."

Setelah menghela nafasnya, Arjuna menarik tangan Naomi untuk memasuki mobil. Ia tahu, jika meminta Naomi memasuki mobil dengan ucapan lembut, sama saja dengan ingin merusak gendang telinganya. Karena dapat dipastikan bahwa, mulut Naomi tidak akan puas membantahnya.

"Aduh! Om, bisa pelan nggak sih?! Masih sakit nih luka aku!"

"Sudah diam."

Tatapan tajam Arjuna, berhasil membuat Naomi diam. Setelahnya, Arjuna membuka kotak p3k untuk mengobati lengan dan lutut Naomi yang terluka. Dengan telaten, tangan dan lutut Naomi dibersihkan dengan alkohol oleh pria berambut keriting itu.

Setelah menutup luka Naomi dengan hansaplast, Arjuna mengantarkan Naomi ke depan pintu gerbang sekolahnya.

"Eh loh, ngapain kesini?" tanya Naomi.

"Turun! Kamu masuk sekolah, belajar yang pinter." Titah Arjuna

"Gak! Aku gak mau turun! Lagian pintu gerbangnya udah ditutup. Yakali harus loncat,"

"Bukannya kamu sering seperti itu?"

Naomi menggaruk tengkuknya, merasa ucapan Arjuna ada benarnya, "eh, t-tapi kan ini aku sendirian. Gak ada Zeno sama Deon,"

"Ya sudah, saya panggilkan satpam untuk membukakan gerbang,"

"Hah? Jangan Om!" Tolak Naomi.

"Mau alasan apalagi?" Jengah Arjuna.

"Ih! Om tuh, gak peka banget jadi cowok. Tangan sama lutut aku masih sakit gara-gara ditabrak sama Om! Ntar kalau ada apa-apa, gimana?!"

Tuhkan! Arjuna salah lagi. Arjuna memejamkan mata, menahan agar tidak memakan gadis didepannya. Gadis ini benar-benar membuat tensi Arjuna naik.

"Terus mau kamu apa?"

"Apa ya..."

Naomi mengetukkan jarinya beberapa kali pada dahinya.

"Jawab cepat! Jangan sok mikir, seperti punya otak saja." Tukas Arjuna.

"Buset! Tuh mulut Om tipis banget, bisa ngalahin ibu ibu komplek kalo lagi julid, nih."

Tanpa menunggu jawaban Naomi, Arjuna melajukan mobilnya. Ia hanya memikirkan untuk segera jauh-jauh dengan gadis ini. Rasanya, emosi Arjuna sedang diuji oleh Tuhan, ketika berdekatan dengan Naomi.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang