4. Let's Play the Game

5.5K 344 9
                                    

Drag Me Down - One Direction

Sebuah keajaiban seorang Naomi berjalan di koridor sekolah tepat sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Tentu saja tidak hanya Naomi, namun dapat dipastikan kedua cowok berjalan dibelakang Naomi. Siapa lagi kalau bukan Deon dan Zeno.

Sudah menjadi hal biasa ketika langkah gadis beserta kedua temannya menjadi sorotan siswa SMA Cakrawala. Namun, bisikan tidak enak didengar tentang ratunya alias Naomi sedari tadi menyumpal pendengaran Zeno.

"Kampungan banget caranya,"

"Gak nyangka, cewek se-bossy Naomi otaknya pendek banget,"

"Lagian udah ada Deon sama Zeno, kok masih kurang aja"

"Demi popularitas mungkin,"

"Cetek banget harga dirinya, sampai berani kayak gitu,"

Zeno yang sedari mendengar ucapan mereka, merasa geram. Kalau saja pundaknya tidak terlebih dulu dirangkul oleh Deon, pasti Zeno sudah menampar wajah orang-orang itu. Ia merasa tidak terima jika sahabatnya yang sudah hampir 10 tahun bersamanya dikatakan seperti itu. Mereka tidak mengerti betapa berharganya seorang Naomi Estrella bagi Deon dan Zeno.

Ketiga sahabat itu duduk di kantin untuk menunggu bel masuk.

"Calm down, babe. Gak cuma lo yang denger, gue juga. Kita cari tau dulu penyebabnya. Abis itu..." Naomi menggantung ucapannya, tersenyum devil.

"Dia baik ke kita, kita bakal respect. Dia bangsat ke kita, kita bisa psikopat," sambung Deon.

Zeno berdiri, berjalan menghampiri dua orang cewek yang duduk dibelakang bangku yang mereka tempati.

"Hai," sapa Zeno ramah.

"Hai, Zen. Ngapa nih, pagi-pagi udah cerah aja lo," tegur salah satu cewek itu.

"Yen, lo kan paling up to date sama gosip yang beredar. Gue cuma mau tanya, emang pagi ini gosip yang lagi trending apa?" tanya Zeno tanpa basa-basi.

"Hahaha, cowok macam lo ternyata haus gosip ye... Btw ini gosipnya temen lo, si Naomi. Katanya, Naomi ngaku-ngaku ditembak sama si Feri, padahal Feri ga pernah sama sekali nembak dia. Terus ada yang bilang Naomi ngelakuin itu cuma buat-

"Oke, thanks ya.." potong Zeno, ia tidak ingin mendengar kalimat selanjutnya dari gadis itu.

Pasti ujungnya, gadis itu akan mengatakan hal buruk tentang Naomi, padahal ia belum mengetahui kebenarannya.

Zeno kembali duduk bersama kedua sahabatnya. Ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka. Naomi mengulas senyum licik setelah mendengar cerita Zeno.

"Bangsat," gumam Deon.

"Udah, gak guna juga lo ngomong kotor dibelakang gini. Malah terkesan pengecut. Lo kerjain apa yang seharusnya aja. Kita buat dia jilat omongannya sendiri," tanggap Naomi santai.

Deon dan Zeno hanya mengangguk mendengar penuturan Naomi.


•🌵🌵🌵•


Selamat datang di permainan gue, Feri sayang

Naomi mengulas senyum. Ia kini sedang berada diparkiran sekolah karena permintaan Feri. Cowok itu mengiriminya pesan untuk Naomi agar menunggu diparkiran.

Rencananya berjalan sangat mulus. Bahkan sekarang Feri sudah masuk dalam perangkapnya.

Suruh siapa bermain api dengan Naomi.
Dari kejauhan, terlihat Feri berjalan bersama kelima temannya mendekati Naomi diparkiran. Tentu saja, Naomi tidak sendiri. Ia bersama Deon dan Zeno, namun ia menyuruh agar kedua cowok itu berjarak 3 meter darinya.

Naomi ingin melihat betapa pengecutnya cowok bernama Feri itu.

"Maksud lo apa?" tanya Feri yang sudah behadapan dengan Naomi.

Naomi hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan bodoh dari cowok itu.

"Gue tau ini kerjaan lo. Lo dengan kedua temen lo sengaja nyebarin gambar ini. Biar gue malu," tutur Feri seraya menghempas beberapa lembar kertas yang berisi foto kopian history chatting yang memperlihatkan Feri tengah mengirim puisi alay dan quotes alay kepada Naomi.

Melihat amarah tertahan Feri, Naomi terkekeh ringan.

"Gimana, keren kan? Apa perlu gue bukuin semua karangan puisi lo buat gue?" tantang Naomi.

"Cih, dasar wanita ular!" hardik Feri.

"Emang. Salah lo sendiri gombalin wanita ular,"

"Cara lo menjijikan. Licik banget jadi cewek!"

"Lagian siapa suruh lo nyebarin gosip kalau gue ngaku-ngaku pernah lo tembak?" remeh Naomi, "You need to thinking, dude. Kalau gue ngaku-ngaku pernah lo tembak biar gue populer di sekolah, kenapa gue gak sekalian ngaku-ngaku pacaran sama bapak lo aja, biar dikira gue pelakor?"

"Bangsat!" geram Feri dengan mengepalkan tangan.

"Wanita ular, cewek licik, bangsat. Terusin dong, cuma segitu kosa kata kotor di otak sedalam palung mariana lo itu?" cerca Naomi tidak berhenti untuk membakar amarah Feri, "Kalau lo mau main-main sama gue, lo salah pilih lawan. Gue bahkan bisa bikin lo malu lebih dari ini."

Wajah Feri memerah karena menahan amarah. Kelima temannya hanya bisa terdiam. Bagaimanapun, mereka tidak ingin menjadi orang bodoh untuk membela orang yang terlihat bodoh. Mereka cukup mengerti siapa yang akan menjadi pemenang hari ini.

"Lo kan punya otak sejenius eyang Einstein, sayang kalau gak dibuat mikir. Jangan jadikan otak berlian lo buat isi biar kepala lo bulet dong. Lain kali pikir-pikir kalau mau mainan sama gue, Baby Feri tercinta," ucap Naomi seraya mengelus bahu Feri.

"Anjing!" umpat Feri.

Feri yang sudah emosi itu mencekal kuat tangan Naomi. Naomi tetap menampilkan wajah tenang, meskipun ia merasa sakit. Tangan Feri melayang di udara, hendak menampar Naomi.

"Banci! Beraninya cuma sama cewek. Pensiun aja lo jadi cowok!" teriak Deon yang berhasil membuat orang-orang yang ada diparkiran menatap Naomi dan Feri.

Feri yang mengetahui jika ia menjadi tontonan, mau tidak mau melepaskan genggamannya dari tangan Naomi dengan kasar. Ia lalu meludah kesamping sebelum berjalan meninggalkan cewek licik itu. Sedangkan Naomi hanya bisa mengulas senyum remeh.

"Come on, wake up! Jangan sampai pikiran halu lo ngebunuh lo perlahan," ejek Zeno.

"Are you okay, queen?" tanya Deon seraya memperhatikan lengan Naomi yang memerah.

"Calm down, ah," balas Naomi terkekeh ringan.

"Calm down calm down mbahmu! Ntar gue kompres tangan lo pakai air es. Lo telpon Bi Idah buat nyiapin baskom sama es batu. Kita pulang sekarang," timbrung Zeno.

Zeno berjalan hendak mengambil motornya dengan membawa tas Naomi yang begitu ringan. Sedangkan Deon berjalan dibelakang Naomi seolah-olah menjaga Naomi. Mereka memang seperti itu.

"Aduh berasa tuan putri nih, gue," kekeh Naomi yang langsung membuat Zeno menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya kearah Naomi.

"Eh, babang Jeno kalau berhenti bilang dong. Gue mau nabrak nih jadinya, apa jangan-jangan lo mau modus biar gue peluk lo?" cerocos Naomi.

Deon terkikik geli mendengar ocehan Naomi. Sedangkan Zeno yang gemas pada Naomi itu, mencubit pipi Naomi. Walaupun tidak tarasa sakit, Naomi mencak-mencak tidak karuan.

"Kendor nanti pipi gue," protes Naomi seraya melepas tangan Deon.

"Makanya jadi orang jangan ke PD an, gue gini juga gak mau jadi babu dadakan lo. Ntar kalau lo sakit, pasti lo seenak jidat nyuruh gue ini itu dengan alasan tangan lo," omel Deon.

"Ampun bang," ucap Naomi dan Zeno barengan.

🌵🌵🌵

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang