15. Baby

4.1K 200 3
                                    

Setelah membayar ojol, Naomi berjalan lesu kearah lobby bangunan megah didepannya. Kali ini Naomi tidak pulang bersama kedua temannya. Ya! Ini juga salah satu dampak dari perbudakan paksa oleh cowok menyebalkan itu. Seharian ini, Naomi terpaksa menjadi babu seorang Kenandra.

"Tuh cowok anjing, emang," gerutu Naomi dengan menekan kasar tombol lift.

Naomi melempar asal tas, dasi dan sabuknya, kemudian membanting dirinya sendiri pada ranjang. Ia memejamkan matanya untuk menyinkronkan hati dan otaknya.

Beberapa menit setelah matanya terpejam, dan hampir saja masuk ke dalam mimpinya, Naomi mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia tahu kalau itu adalah Arjuna. Bukannya bangkit, Naomi malah berpura-pura tidur.

"Bangun, Naomi. Mandi sama makan dulu, setelah itu bantuin saya," ucap Arjuna seraya menepuk pelan lutut Naomi yang terlipat.

Naomi tidak merespon.

"Sudahlah Naomi, jangan berakting didepan saya. Kamu masih remed kalau mau akting pura-pura tidur,"

Arjuna berdiri disamping ranjang dengan menyilangkan kedua tangannya.

Terdengar helaan napas lelah, sebelum Naomi mendudukan tubuhnya.

"Bantuin apa sih, Om? Aku ngantuk, capek, lemah, letih, lesu. Pengen tidur bentaran juga, ish!" cerocos Naomi tak sabaran.

"Maka dari itu, biar kembali segar, sana mandi sama makan dulu. Saya udah masakin sup daging buat kamu,"

Naomi memutar bola matanya malas, "Iya iya, udah sana Om keluar,"

Pria bermata emerald itu tersenyum karena sikap menurut Naomi.

🌵🌵🌵

Kini, Naomi tengah berkutat dengan makanannya. Ia tidak peduli dengan dua porsi piring yang telah dilahapnya. Sekarang, yang terpenting hanyalah makan sebanyak mungkin.

"Kuli banget," komentar Arjuna yang sudah berdiri di seberang meja.

Naomi hampir saja tersedak ketika menyadari kehadiran Arjuna. Bukan. Ia bukan hampir tersedak karena suara Arjuna yang tiba-tiba terdengar, penyebab lain adalah Arjuna yang tengah berdiri dengan menggendong bayi berusia sekitar 15 bulan.

"Uhuk!"

Naomi menepuk dadanya seraya meminum air.

Bayi perempuan dalam gendongan Arjuna itu tertawa melihat tingkah Naomi.

"A-anak, Om?" tanya Naomi.

"Enak saja, saya belum menikah!" bantah Arjuna.

"Bisa aja dong. 'Kan nggak menutup kemungkinan Om. Apalagi kemarin, Om sama tante itu—

"Kita cuma temenan!" potong Arjuna.

"Oh temenan doang," ejek Naomi, "terus itu, bayi siapa?"

Arjuna menimang bayi itu dengan lembut, seperti sudah mahir, "ini Joanna, anak dari sahabat saya. Dia nitipin Joanna karena mereka harus pergi ke luar kota untuk menjenguk mertuanya. Besok udah dijemput," jelas Arjuna dahulu, sebelum ia diserbu berjibun pertanyaan oleh Naomi.

"Lah, dipikir panti,"

"Tugas kamu, sekarang kamu ajak Joanna main. Saya ada kerjaan yang harus diselesaikan,"

Tamat sudah riwayat Naomi. Pasalnya, Naomi tidak terlalu menyukai bayi. Naomi memang menyukai anak-anak, tapi bukan dengan bayi. Menurutnya, bayi itu ribet, sensitif dan merepotkan. Sekarang, malah Om Om keriting itu menyuruhnya menemani Joanna main.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang