4. Dia Jodoh Orang?

1K 62 6
                                    


❤❤❤
Selamat membaca!

Jangan lupa buat vote, komentar, share & follow akun Wattpad penulis.

Pemberitahuan : Cerita ini sudah terbit dan tersedia di ⬇️

1. What's App : +62 812-8760-2508
2. TOKOPEDIA : Guepedia
3. Shopee : Guepedia
4. Facebook/Instagram : @guepedia_penerbitan
Atau bisa DM di Instagram penulis : @asyiahmuzakir

Setibanya di Bandung, Hilsya beserta rombongan dan juga Uminya langsung check in di Hotel Nusa indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setibanya di Bandung, Hilsya beserta rombongan dan juga Uminya langsung check in di Hotel Nusa indah. Mereka menempati kamar yang berbeda-beda namun masih di lantai yang sama yaitu lantai lima.

Hilsya dan Umi Ilana berbagi kamar dengan Anita sedangkan Tante Zulaikha bersama suaminya menempati kamar di sebelah mereka dan sisanya menempati kamar di sebelah kamar Tante Zulaikha. Saat menjelang maghrib Hilsya turun ke lobby untuk membeli pembalut di minimarket yang ada di lobby hotel. Hilsya lupa membawa pembalut dari rumah, padahal seingatnya ia telah memasukkan benda itu ke dalam tas, tapi tadi ketika ia ingin mandi, ia tak menemukan pembalutnya sehingga ia terpaksa harus turun ke lobby untuk membelinya. Sejujurnya Hilsya sedikit takut pergi ke bawah sendirian di waktu maghrib.

Dia memang terbilang cukup parno akan hal-hal yang berbau mistis. Kalau saja Anita tidak sibuk mengurus itu ini untuk acara pagelaran busana yang akan di adakan besok, Hilsya pasti sudah meminta sahabatnya itu untuk menemaninya.

Setibanya di lobby, Hilsya langsung masuk ke dalam minimarket yang cukup sepi. Syukurlah, ia tidak perlu mengantre dan bisa segera kembali ke kamarnya di lantai lima. Setelah melakukan transaksi dengan kasir minimarket itu, Hilsya buru-buru naik ke atas menggunakan lift, di lantai dua lift berhenti dan terbuka, lalu masuklah seorang perempuan berambut kepirangan yang wajahnya tampak familier di mata Hilsya. Tapi Hilsya tak merasa kalau dirinya mengenal sosok perempuan itu, ia hanya pernah melihat fotonya namun dia juga lupa telah melihat foto itu di mana.

“Aku tidak peduli bagaimana caranya,” ujar perempuan itu yang rupanya tengah berbicara dengan seseorang lewat sambungan telepon.

“Yang penting pernikahanku dengannya gagal. Aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus berhasil menghabisi dia malam ini juga,” lanjutnya dengan berapi-api.

Hilsya yang ada di sebelahnya mengucapkan istigfar di dalam hati. Baru kali ini ia menjumpai seorang wanita yang tega menyuruh orang lain untuk mencelakai calon suaminya sendiri dan mengatakannya secara gamblang di tempat umum. Apa wanita itu tidak takut kalau suaranya terekam CCTV lift? Suasana dalam lift berubah mencekam sejak wanita dengan criminal mind itu masuk ke dalam lift dan berdiri tepat di samping Hilsya, membuat gadis itu merinding dan mulai berpikir tidak karu-karuan. Tapi untungnya sampai pintu lift terbuka tepat di lantai lima, wanita itu tidak berbuat macam-macam selain menatapnya dengan tatapan sinis.

Tanpa basa-basi Hilsya langsung keluar dari lift, ia merasa lega karena akhirnya ia terbebas dari tatapan mencekam wanita yang bersamanya di lift tadi.

Ketika ia masuk ke dalam kamar ia mendapati Uminya sedang sholat bersama Anita, ia pun memelankan suara langkahnya, berjalan mengendap-endap ke kamar mandi yang terletak di sudut kiri kamar. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari semua kotoran yang menempel. Tiga puluh menit kemudian Hilsya keluar dari kamar mandi dalam kondisi yang sudah bersih dan wangi, wajah cantiknya pun kelihatan lebih cerah dan segar.

“Udah selesai mandinya, Neng?” kata Anita yang tengah memotong bawang bombay di meja pantry.

“Udah dong,” jawab Hilsya yang kemudian turun tangan membantu Anita dan Uminya memasak hidangan makan malam, “Ini mau masak apa, Umi?” tanya Hilsya sembari menyingsingkan lengan baju tidurnya.

"Masak nasi goreng tuna, sayang,” jawab Umi Ilana yang tengah memblender halus ikan tuna yang masih mentah.

Tanpa di suruh Hilsya langsung mengambil tindakan, ia memotong-motong bawang putih yang telah dikupas dan dibersihkan sebelumnya, menggunakan pisau yang tersedia di rak dapur. Kamar hotel yang Hilsya tempati bersama Anita dan Uminya memang lebih mirip apartemen karena terdapat ruang tamu, dan kitchen yang dilengkapi meja pantry.

“Umi, tadi pas di dalam lift Hilsya ketemu sama perempuan seram. Untungnya dia nggak ngapa-ngapain Hilsya.” Dahi Umi Ilana mengerut, mencerna maksud perkataan putrinya. “Perempuan seram? Maksud kamu hantu?” tanya beliau yang salah pemahaman.

“Ih, bukan, Umi. Perempuan itu manusia, tapi dia punya pikiran yang jahat, masa dia tega menyuruh orang buat menghabisi calon suaminya sendiri?”

“Gila kali,” timbrung Anita seraya menaruh bawang bombay yang telah diirisnya di pinggir kompor lalu menyalakan api kompor tersebut dan mulai menggoreng bawang bombay dan bawang putih di lanjut dengan menggoreng tuna dan bahan utamanya yang tak lain adalah nasi putih.

“Biasanya orang yang jahat itu orang yang pikirannya sinting alias gila,” timpal Anita.

“Enggak mungkin orang gila bisa masuk dan menginap di hotel sebesar ini, Nit,” sela Hilsya sambil mengingat-ingat kembali di mana ia pernah melihat foto wanita itu.

Dan akhirnya ia ingat, ia segera mengecek DM instagram dari Tante Zulaikha yang tempo lalu pernah mengiriminya foto seorang perempuan yang akan memakai gaun pengantin hasil rancangannya nanti.

“Dia orangnya,” gumam Hilsya yang membuat penasaran dua orang yang sedang makan nasi goreng di sisi kanan dan kirinya.

“Siapa dia? Siapa? Kamu kenal sama dia?” tanya Umi Ilana berturut-turut.
Anita yang sangat penasaran menyerobot ponsel Hilsya tanpa izin, untungnya gadis itu bukan tipe orang yang pemarah, “Kamu yakin kalau dia adalah perempuan yang kamu lihat di lift itu?” tanya Anita.

Hilsya menganggukkan kepalanya dengan yakin. Penglihatannya tidak mungkin salah, perempuan itu sama persis dengan perempuan yang tadi magrib berdiri di sampingnya waktu di dalam lift.

“Kalau memang benar dia mau mencelakai calon suaminya, kamu harus telepon Tante Lena sekarang juga buat ngingetin anaknya supaya hati-hati,” usul Anita yang membuat pikiran Hilsya berkecamuk. Kebimbangan tampak jelas di wajah cantiknya.

PART LENGKAP HANYA DI NOVEL VERSI CETAK!🔥

TUNGGU APALAGI? YUK DI ORDER UKHTI!🥰

After Marry You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang