Alam Bawah Sadar

459 23 4
                                    

"Daddy!"

"Daddy, pliss banguun.."

Alfian membuka matanya dan seketika dia melihat Kaella yang sedang menangis didepannya.

Alfian beringsut mendekati Kaella dan mengusap airmata yang sudah meleleh dipipi putri kecilnya itu dengan lembut.

"Ada apa denganmu princess? Apa kau baik baik saja? Apa yang membuatmu menangis, hem? Apa ada yang sakit?" Tanya Alfian beruntunan. Dia sangat khawatir kepada putri kecilnya yang sedang menangis dengan wajah yang begitu pucat itu.

"Daddy harus bangun! Mommy Hilsya sangat sedih karena menunggu Daddy yang tidak kunjung bangun! Kaella tidak ingin melihat Mommy Hilsya sedih, apalagi diperut mom ada bayi lucu yang akan menggantikan Kaella nanti."

"Tapi princess, dad tidak ingin meninggalkanmu. Dad ingin bersamamu, dad tidak mau kamu pergi seorang diri, sayang."

"No, dad! Daddy harus bangun. Jika daddy tak lekas bangun itu artinya daddy telah membuatku sedih dan berarti dad tega meninggalkan mommy ilsya dan adik bayiku."

"Please, wake up dad! Mom, grandma, & my little twins, need you."

"Terima kasih, dad. Daddy sudah menjadi ayah yang baik dan penyayang buat Kaella, Kaella sangat menyayangimu dan juga Mommy Hilsya. Sampaikan salam sayang Kaella buat mom dan baby twins, dad. Kaella akan pergi menemui mamah disyurga, selamat tinggal Daddy Alfian. Setelah ini Kaella tidak ingin Daddy bersedih. Bye, my beloved dad." Tutur Kaella dengan begitu lirih dam sendu, kemudian gadis kecil itu menghilang ditelan cahaya putih yang membawanya ke alam lain.

Alfian sangat terkejut melihat putri angkat kesayangannya menghilang dan meninggalkannya.

"TIDAK!! KAELLA JANGAN TINGGALKAN DADDY!!"

*****

Langkah kaki Hilsya membawa wanita itu ke dalam ruang rawat tempat Alfian suaminya terbaring koma disana.

Dengan sedih Hilsya mendudukkan diri disisi kanan blankar Alfian. Memandang sendu wajah tampan suaminya yang kelihatannya semakin hari semakin memucat dan membuat perasaan Hilsya bertambah cemas dan sedih.

Sambil mengusap perutnya yang masih rata Hilsya terisak memanggil nama Alfian. Berharap suaranya akan membangunkan suami tercintanya itu dari alam bawah sadarnya.

Bibir pucat Hilsya lalu menggumamkan dzikir dan sholawat nabi juga doa-doa untuk mengembalikan kesadaran suaminya.

"Mas fian, aku kangen banget sama kamu, mas. Baby juga sampe ikutan kangen sama Daddy-nya. Dia pengen dimanjain sama kamu..hiks..hikss."

"Kapan kamu bangun, mas? Aku udah gak sanggup melihat wajah kamu yang semakin dingin dan pucat. Aku takut mas, aku takut kamu bakal ninggalin aku sama baby. Hikss..hiikss."
Ungkap Hilsya menahan sesak didadanya dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya juga tangan Alfian yang sedang ia genggam.

Dengan hati hati Hilsya membawa tangan Alfian ke perutnya dan mengusapkan dengan perlahan disana. Kegiatan seperti itu sudah menjadi kebiasaannya minggu-minggu ini. Ditahap kehamilan yang sudah memasuki trisemester kedua ini membuat Hilsya sering sekali mual dan pusing juga kehilangan nafsu makannya. Moodnya pun menjadi berubah ubah dan lebih banyak bersedih dan menangis karena Alfiannya masih belum sadar dari komanya.

"Sudah kurang lebih dari dua bulan kamu koma, mas. Apa kamu gak mau bangun buat ngelus anak kita?" Tanya Hilsya dengan miris. Dia terus menangis dan tak berhenti berdoa didalam hati untuk Alfian.

Hilsya mencium punggung tangan Alfian lalu bangkit untuk mencium pipi Alfian yang dingin dan pucat itu. Namun betapa terkejutnya Hilsya saat melihat mata Alfian yang perlahan terbuka setelah ia mendaratkan bibir ranumnya ke pipi Alfian tadi.

"Hil..syaah, sweet..he..art." gumam Alfian lemah dan terputus-putus.

"Alhamdulillah, mas fian? Kamu udah sadar. Aku seneng banget, tunggu ya, sayang. Aku panggil dokter dulu." Kata Hilsya dengan mata yang berkaca kaca karena terlalu bahagia melihat suami tercintanya membuka mata.

Hilsya menyempatkan diri untuk mengecup pipi Alfian sekilas, sebelum segera berlari guna memanggil Dokter melalui interkom diruang rawat tersebut.

Tak lama kemudian Dokter-pun datang dan memeriksa kondisi Alfian yang sudah membuka kedua mata indah berwarna biru safirnya.

"Alhamdulillah, ini wajib kita syukuri mbak Hilsya, suami anda dapat melalui masa kritis dan komanya dengan luar biasa. Sekarang keadaan suami mbak sudah membaik dan itu sangat menakjubkan, karena sebelumnya kondisi suami anda sangat lemah sekali." Jelas Sang Dokter dengan wajah berserinya.

"Alhamdulillahirabbil'alamin. Terima kasih Ya Allah dan terima kasih juga dokter. Saya bahagia sekali mendengar ini."

"Sama-sama mbak. Selamat ya, saya juga ikut senang. Kalo begitu saya permisi ya mbak."

"Iya dok, silahkan." Ucap Hilsya dengan senyuman lega yang setia terpatri diwajahnya.

Dengan cepat Hilsya menghampiri Alfian dan memeluk suaminya yang masih terbaring di blankar itu dengan perasaan yang penuh akan rindu. Alfian melengkungkan bibir tipisnya sebelum membalas pelukan Hilsya dengan hangat, karena pria tampan itu pun sangat merindukan istrinya tersebut.

Setelah selesai melepas rindu dengan berpelukan.
Alfian menatap Hilsya dengan intens sebelum bertanya.

"Sayang? Bagaimana keadaan Kaella dan Mama? Apa mereka baik baik saja?" Tanya Alfian yang membuat Hilsya  terdiam dan bingung ingin menjawab apa.

TBC.

Jangan lupa vote dan komentar ya pembaca:)

****
Salam, Asyiah Muzakir♡





After Marry You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang