Nathan Barakya

219 13 1
                                    

Thania kini sedang berada di ruang kepala sekolah karena ada beberapa data yang belum di isi. Ia sempat menjadi pusat perhatian di sepanjang perjalanan karena wajah asingnya.

Setelah menunggu beberapa menit, Pak Budi ---- kepala sekolah itu kembali bersama seorang wanita paruh baya dengan seragam khas guru. Thania segera bangkit dari tempat duduknya.

"Thania, perkenalkan ini Bu Lita. Ia mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan sekaligus wali kelas kamu," ucap Pak Budi.

Thania memberikan senyuman terbaiknya kepada Bu Lita.

"Kamu bisa ke kelas sekarang di antar wali kelas kamu. Kebetulan Bu Lita juga ada jam mengajar di sana," jelas Pak Budi.

"Baik, pak. Terima kasih," jawab Thania.

"Mari saya antar." Bu Lita segera beranjak keluar.

"Permisi, pak," ucap Thania dengan sedikit membungkukkan badannya. Pak Budi hanya membalas dengan anggukan.

***

Thania berjalan di belakang Bu Lita, mengekori wanita itu seperti anak kecil. Di sepanjang perjalanan, Thania mulai melihat dan menghafal tempat-tempat yang ada di sekolahnya.

Thania memasuki kelas XII IPA 2. Keadaan kelas yang awalnya riuh kini menjadi hening. Murid di kelas serentak menatap Thania dengan penuh pertanyaan.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Lita.

"Pagi, Buk," jawab semua murid.

"Hari ini kita kedatangan murid baru." Bu Lita menoleh menatap Thania, "Thania, silahkan perkenalkan diri kamu," pinta Bu Lita. Thania hanya menganggukan kepalanya kemudian maju selangkah.

"Hai teman-teman. Nama gue Thania Alexandria, gue murid pindahan dari SMA di Bandung. Semoga bisa berteman baik dengan kalian semua." ucap Thania.

"Hai juga Thania," jawab salah satu murid.

Tiba-tiba, seorang laki-laki mengangkat tangannya, "udah punya pacar belum?"

Pertanyaan itu sontak membuat kelas menjdi riuh. Semua murid menyoraki laki-laki itu.

"Sudah, ngasi pertanyaannya nanti aja pas istirahat. Ntar jam ibu habis," perintah Bu Lita, "Thania, silahkan kamu duduk di bangku kosong di samping Karin."

"Baik, Buk."

***

Bel sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Thania dan Karin berjalan menuju kantin. Setelah memesan makan dan minum, mereka segera mencari tempat duduk. Tiba-tiba ada seorang wanita datang menghampiri mereka.

"Hai, Karin. Gue boleh gabung gak?" tanya Aliya.

"Oh, boleh dong. Sini duduk," Karin segera menggeserkan tubuhnya agar Aliya bisa duduk.

"Thania. Kenalin ini Aliya. Anak XII IPA 3 dan sekaligus dia sahabat gue," ujar Karin. Thania pun mengulurkan tangannya kepada Aliya.

"Senang bisa ketemu. Semoga kita bisa berteman baik," sapa Thania dengan senyumnya yang khas.

"Senang bisa ketemu lo, Nia," jawab Aliya.

Entah kenapa, Thania langsung akrab dengan teman barunya yaitu Karin dan Aliya.

Setelah banyak hal yang mereka ceritakan, Thania mengedarkan pandangannya dan melihat Nathan dan kedua temannya menuju meja yang sedang ia tempati. Thania mengernyitkan dahinya tampak bingung melihat kehadiran Nathan. Thania menelan ludahnya dengan susah payah karena kali ini Nathan mendekatkan wajahnya.

"Urusan kita belum kelar," bisik Nathan kemudian pergi begitu saja meninggalkan Thania yang diam mematung.

Mendengar perkataan laki-laki itu, Thania menjadi kesal. Jadi, ia mengambil botol bekas milik Aliya dan segera beranjak dari tempat duduknya.

"Tunggu gue di sini," perintah Thania.

"Lo mau ke mana?" tanya Aliya.

Tak ada jawaban dari Thania. Mereka berdua hanya menatap temannya itu yang entah ingin melakukan apa.

Tiba-tiba, Thania melempar botol bekas air mineral itu tepat di kepala Nathan.

"Bangkee..," umpat Nathan karena merasa ada sesuatu yang mengenai kepalanya. Nathan memutar badan dan mengedarkan pandangannya untuk mencari pelakunya. Nathan berjalan menghampiri Thania.

"Apa, lo liat-liat!" Dengan perasaan yang sedikit takut, Thania membalas tatapan Nathan. Thania melirik sekilas badge nama yang ada di baju Nathan

Oh, jadi namanya Nathan Barakya...? batin Thania

"Sory ya, kepala gue ini bukan tong sampah." Nathan meremas dengan kuat botol air mineral itu. "tong sampah ada banyak di sini. Lo tinggal milih mau buang di mana." Nathan menarik tangan Thania dan meletakan botol itu di tangannya. Ia malas berdebat dengan wanita itu. Setelah itu, Nathan kembali ke kelas diikuti kedua temannya. Mood makannya jadi hancur gara-gara cewek itu.

Thania kembali ketempat duduknya dengan perasaan kesal.

"Nia, lo gak sadar dari tadi diliatin sama seisi kantin?" tanya Aliya

"Gue tau," jawab Thania malas.

"Hebat banget, lo berani ngelawan Nathan," heran Karin.

"Emang dia siapa? Tuhan?" Thania tersenyum sinis "selagi dia bukan tuhan, gue berani sama dia," lanjut Thania.

"Astaga, Nia. Lo gak tau Nathan itu siapa? Nathan itu idola di sekolah ini." Karin mengeluarkan info penting dengan antusias.

"Idola apaan kayak begitu?"

"Nathan itu ganteng? Iya. Kaya? Iya. Pinter? Iya. Pokoknya sempurna, deh. Siapa coba yang enggak klepek-klepek sama dia," jelas Karin, Aliya mengangguk setuju.

"Gue yang gak suka sama dia," balas Thania.

"Ya elah, itu mah otak lo yang eror," sahut Karin.

Thania tak membalas. Ia malas membahas tentang cowok itu lebih panjang lagi. Thania hanya ingin cepat pulang. Mungkin itu adalah satu cara yang mampu menenangkan pikirannya.
.
.
.
.
.
to be continued


Jangan lupa vote guys, biar author lebih semangat lagi upload part selanjutnya
.
.
.
.
Sampai jumpa di part selanjutnya👋

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang