Nathan Marah

63 3 0
                                    

Hari minggu adalah hal yang sangat disukai oleh Thania. Di mana ia tidak mengenakan seragam sekolah, tidak mendengar penuturan guru dan juga ia dapat menghabiskan waktu hanya untuk mengistirahatkan dirinya.

Saat ini Thania sedang berbaring di ranjangnya yang sangat empuk. Ia mengambil benda pipih yang berada di atas nakas. Ia berniat untuk mengecek beberapa notif yang masuk.

Thania mengernyitkan dahinya saat ada pesan masuk dari Daniel. Ia sedikit ragu membacanya.

"Gue baca gak ya?" tanya Thania pada dirinya sendiri.

"Ahh, gue baca aja deh. Nathan kan juga udah ngasi gue temenan sama dia."

Tangan Thania bergerak membuka pesan dari Daniel.

Daniel Jovial.

"Hai, Nia. Hari ini sibuk gak?"

"Enggak kok. Kenapa?"

"Nonton film yuk. Dari dulu gue ngajakin lo tapi lo selalu sibuk"

Thania berpikir sebentar. Haruskah ia mengiyakan ajakan Daniel? Memang benar Daniel pernah mengajaknya menonton film, namun selalu gagal. Itu disebabkan karena Nathan yang selalu memerintahkan Thania untuk menjauh dari Daniel.

"Tapi gue boleh ngajak temen gak? Gak enak kalok kita jalan berdua"

"Ya udah gak apa - apa. Nanti sore gue jemput lo ke rumah"

Read

Thania mematikan handphone nya kemudian menidurkan dirinya di atas ranjang. Ia memutuskan untuk menyetujui ajakan Daniel. Jika dipikir pikir kasian juga apabila kali ini ia menolak lagi ajakan Daniel.

"Gue kasi tau Nathan gak ya?"

***

Thania sedang bersiap siap untuk pergi bersama Daniel. Kali ini Ia akan mengajak Aliya. Sebenarnya ia ingin mengajak Karin juga, tetapi temannya itu sedang menemani ibunya yang sedang arisan bersama temannya.

Thania tidak begitu banyak memakai riasan wajah. Hanya bedak yang cukup tipis dan juga lipbalm agar bibirnya tidak terlihat pucat.

"Nia, lo ada ngasi tau Nathan gak?" tanya Aliya yang sedang duduk di kursi kamarnya.

Thania menghentikan kegiatannya sebentar, nampak berpikir. Ia takut jika memberi tahu Nathan, laki - laki itu akan marah padanya dan tentu saja akan menghampiri Daniel lalu menghajarnya. Ia tidak mau sampai itu terjadi.

"Gue bingung," lirih Thania.

"Saran gue nih ya, mending bilang aja sama Nathan. Nanti kalok dia tau dari orang lain bisa - bisa tambah ribet lagi urusannya," saran Aliya.

Thania berpikir sebentar. Ada benarnya juga perkataan temannya itu. Lebih baik ia berkata sejujurnya saja dari pada urusannya menjadi panjang.

"Tunggu bentar ya, gue mau nelpon Nathan dulu."

Thania berjalan menjauhi Aliya untuk menelpon Nathan. Tangannya bergerak mencari kontak Nathan. Tidak lama berdering, panggilan itu langsung di angkat oleh Nathan.

"Halo zeyeng," sapa Nathan dari seberang sana.

"Halo, Than. A a aku mau bilang sesuatu," ucap Thania gugup.

"Bilang apa?" tanya Nathan dengan lembut.

"Aku mau minta ijin mau pergi sama Daniel."

Nathan terdiam. Tak ada jawaban dari laki - laki itu.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang