Kecewa

54 3 0
                                    

Kondisi Thania sudah lebih baik sekarang. Sejak mamanya menasehati, Thania bisa mengerti keadaan Nathan yang tidak berkata jujur padanya. Ia berniat akan meluruskan semuanya hari ini dengan Nathan.

"Pagi Ma," sapa Thania.

"Pagi juga sayang."

"Gue gak di sapa gitu?" celetuk Kevin.

Thania hanya memeletkan lidahnya lalu memakan sarapannya.

"Ngapain kemaren lo badmood kayak gitu?"

Pertanyaan dari kakaknya membuat Thania menghentikan sejenak kegiatan makannya. Jika di ingat-ingat, ia terlihat sangat kejam karena telah mengabaikan kakaknya kemarin.

"Enggak apa-apa kok, Kak. Thania cuma lagi mikirin tugas yang lagi numpuk aja," bohong Thania.

Ia tidak ingin membuat kakaknya itu khawatir padanya. Lagi pula nanti ia akan meluruskan semuanya pada Nathan.

"Thania udah selesai makan."

Thania mengusap mulutnya menggunakan tisue. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk menuju ke ruang tengah. Karena ini hari libur, mungkin ia akan bersantai sebentar sebelum menghampiri Nathan.

"Gue telpon Nathan dulu ah."

Tangannya bergerak mencari kontak Nathan pada ponselnya. Benda pipih itu kemudian ia dekatkan pada telinganya. Namun, tidak ada jawaban dari sana. Hanya suara operator yang Thania dengar.

Ia mencobanya sekali lagi, namun lagi-lagi suara operator yang terdengar. Thania sedikit khawatir karena Nathan tidak biasanya mengabaikan telpon darinya.

"Apa Nathan marah sama gue?"

"Masak iya dia marah sama gue?"

"Dia yang salah kenapa gue yang di salahin?"

Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang muncul pada otak Thania. Ia membuang ponselnya ke sembarang arah, lalu menyenderkan tubuhnya pada sofa. Thania memejamkan matanya sebentar.

"Kenapa jadi kayak gini sih." ia mengacak rambutnya frustasi.

***

Thania sudah berusaha menelpon Nathan, namun tak kunjung di angkat oleh laki-laki itu. Bahkan Thania sudah mengirim puluhan pesan pada cowok itu, tapi tak kunjung ada balasan.

Thania berjalan mondar mandir di kamarnya sambil menggenggam handphonenya.

"Nathan kamu kemana sih? Kenapa enggak ngangkat telpon?"

Thania semakin khawatir karena tidak mendapatkan kabar dari cowok itu. Sebenarnya ada apa dengan Nathan?

Ting

Sebuah notif masuk pada handphone Thania. Cepat-cepat gadis itu melihatnya, barang kali itu dari Nathan. Tetapi ia kembali sedih karena pesan itu bukan dari Nathan. Melainkan itu dari Vito.

Vito Altezza

Kamu masih ingat kan ucapan aku waktu itu? Aku harap kamu datang hari ini.

Tentu saja Thania ingat bahwa beberapa hari yang lalu Vito mengatakan akan memberitahu alasan mengapa ia meninggalkan Thania dulu. Dan hari itu tiba. Thania jadi bingung harus datang atau tidak.

"Gue dateng gak ya?"

Thania berpikir sebentar. Jika tidak datang, maka ia akan terus penasaran terhadap alasan Vito. Tapi urusannya dengan Nathan belum selesai saat ini.

"Arghhh."

Thania membenamkan wajahnya pada bantal yang berada di kasurnya. Ia merasa pusing memikirkan itu semua.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang