Tolong

46 1 0
                                    

"Tuhan, jika ini akhir hidupku. Tolong berikan aku kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka semua." -?

.
.
.

Malam untuk hari ini cukup dingin. Ribuan bintang berkelap kelip di atas sana dan terlihat sangat indah. Rasanya bahagia sekali bila bisa melihatnya bersama orang tersayang.

Nathan memandang langit gelap di taman. Ia sedikit cemas karena Thania tidak ada menghubunginya sama sekali. Untung saja tadi Thania mengenakan kalung pemberiannya. Jadi ia bisa melacak keberadaan gadis itu.

"Siapa yang kamu temui di cafe itu, Nia? Kenapa aku enggak kenal sama cowok itu?"

Hanya itulah yang bisa Nathan ucapkan sambil menatap kosong langit di atas sana. Apakah ada yang sepesial dari laki-laki yang bersama Thania tadi? Kenapa Thania tidak ada cerita sama sekali kepada Nathan mengenai keberadaan laki-laki itu?

Kringgg kringgg kringgg

Suara dering ponsel membuat pikiran Nathan teralihkan. Ia segera merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata nama Kevin tertera di sana.

"Halo kak."

"..."

"Enggak ada kak"

"..."

"Oke oke gue kesana sekarang."

Nathan langsung memutuskan sambungan secara sepihak. Saat itu juga ia langsung menghidupkan motornya dan mengendarainya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

Tidak ada yang tahu, bahwa saat ini ada seorang gadis sedang tidak sadarkan diri. Tidak ada yang tahu mengenai kondisinya saat ini.

Daniel menatap datar gadis dengan rambut panjang yang terurai di hadapannya ini. Ada rasa bersalah ia melakukan ini semua.

"Maafin gue, Nia."

Daniel berjongkok di hadapan Thania yang tidak sadarkan diri. Tangannya bergerak untuk merapikan helaian rambut Thania yang menutupi wajah cantiknya. Saat itu juga netra Daniel teralihkan saat melihat kalung Thania yang melingkar pada lehernya.

"Gue tau kalok kalung ini isi pelacak."

Ia menatap sinis kalung itu.

"Segitu takutnya Nathan kehilangan lo?"

Tangan Daniel bergerak ke belakang leher Thania. Ia mencoba untuk melepaskan kalung itu dari pemiliknya. Dan ternyata usahanya itu berhasil.

"Maaf untuk saat ini kalungnya gue pinjem dulu."

Daniel bergerak untuk membawa Thania ke ruang bawah tanah yang berada di rumahnya. Dengan perlahan ia menenteng tubuh mungil Thania untuk menuruni tangga. Setelah sampai, ia menaruh tubuh Thania di sebuah lemari kayu yang cukup kecil. Sangat kecil hingga akan membuat Thania kesulitan saat bernapas.

"Diem baik-baik disini ya. Gue mau pergi dulu."

Sebelum menutup pintu lemari itu, Daniel menaruh sebuah ponsel tepat di samping tubuh Thania. Setelah itu ia mengunci lemari itu menggunakan gembok lalu meninggalkan ruang bawah tanah.

Tidak sampai di situ, ia tidak akan menyisakan satu petunjuk pun mengenai keberadaan Thania. Saat sudah mengunci pintu bawah tanah, Daniel menutupi pintu rahasia itu menggunakan karpet rumahnya yang cukup tebal. Sehingga tidak akan muncul gelombang pada lantainya.

"Nanti gue kesini lagi ya, Nia. Ga tau deh pas lo masih hidup atau engga."

Daniel meninggalkan rumahnya dengan membawa kalung pelacak Thania. Daniel memanglah laki-laki yang cukup cerdik. Ia yakin pasti tidak akan ada yang bisa menemukan Thania di sana.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang