Flashback

76 7 0
                                    

"Dia mantan gue," - ?
.
.
.
.
.

"Emang siapa sih cowok itu? Ada hubungan apa lo sama dia?" Karin mulai kesal yang tidak mengerti dengan jalan pikiran Thania.

Gadis itu terdiam, seperti memikirkan sesuatu.

"Dia mantan gue," jawab Thania santai.

Namun, lagi - lagi Karin dibuat terkejut oleh gadis yang ada di hadapannya ini. Thania memilih untuk menceritakannya saja. Kali ini ia tidak akan menutup nutupinya lagi.

Flashback on

Seorang gadis mengenakan dress berwarna soft pink sedang duduk manis disebuah cafe yang cukup romantis untuk menunggu kedatangan seseorang. Tak lama menunggu, orang yang ditunggunya pun datang. Seorang laki - laki tampan dan lumayan tinggi memasuki cafe. Namanya Vito Altezza. Thania memberikan seyuman terbaiknya untuk menyambut kedatangan laki - laki itu.

"Akhirnya kamu datang juga," kata Thania.

Ia sedikit bingung dengan raut wajah cowok di hadapannya. Tidak ada senyuman dan tidak ada sapaan hangat. Bukan seperti Vito yang ia kenal.

"Kamu ngapain nyuruh aku kesini?" tanya Thania.

"Aku sengaja nyuruh kamu kesini buat makan malam sama kamu. Dan sekaligus ngasih tau kamu sesuatu yang cukup penting," jelas Vito dengan raut wajah yang serius.

Thania masih diam saja dan memilih untuk melihat lihat daftar menu yang telah diberikan oleh pelayan cafe tersebut.

"Maafin aku karena perkataanku ini mungkin bakal buat kamu kecewa." Vito mulai membuka pembicaraan. Thania memutuskan untuk mendengarkan apa yang akan pacarnya itu ungkapkan.

"Aku mau hubungan kita selesai sampai sini. Aku mau kita putus!" tegas Vito.

Thania seketika membeku, buliran air mata mulai terkumpul dimatanya. Hatinya seakan seperti tembok yang telah dipukul cukup keras. Retak.

"Maafin aku. Aku ngajak kamu kesini untuk ngabisin waktu cuman berdua untuk yang terakhir kalinya. Aku mau malam ini dilewatin dengan senyum dan tawa bahagia. Enggak ada tangis dan enggak ada luka," ujar Vito yang masih menatap gadis yang ada dihadapannya itu.

"Tapi kenapa?" tanya Thania yang nampak menahan tangisnya.

"Jangan nangis, Nia. Aku gak mau liat kamu nangis. Aku lakuin itu semua buat kebaikan kamu dan juga aku," jelas Vito.

Sebenaarnya Vito tidak ingin hubungan ini berakhir. Ia masih sayang dan sangat mencintai Thania yang kini bukan pacanya lagi. Namun, ia sudah memutuskan dan merelakan cintanya untuk kebaikan Thania.

"Kalok gak ada alasan kenapa kita putus?" tanya Thania.

Vito tersenyum lembut untuk Thania, "aku sayang sama kamu, aku lakuin ini semua buat kamu. Tapi aku enggak bisa kasi tau alasannya sekarang. Aku janji nanti kalok kita ketemu lagi, aku bakal kasi tau semuanya."

Thania masih tidak mengerti apa yang cowok itu katakan. Memang habis ini kita tidak akan bertemu? Thania masih berusaha untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu. Ia tidak seperti gadis lainnya yang biasanya setelah putus langsung pergi begitu saja. Ia akan berusaha mendapatkan jawaban itu.

"Kita bakal sering ketemu di sekolah Vito. Tapi kenapa ucapanmu seperti kita tidak akan bertemu lagi?"

Ucapan Thania membuat Vito terdiam. Vito masih belum bisa merelakan perempuan yang sangat ia sayang pergi begitu saja. Mau gimana lagi, ini juga demi kebaikan Thania.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang