Ulah Nathan

78 7 0
                                    

"Gue bakal lakuin apapun asalkan lo mau maafin gue!" - Nathan Barakya.

.
.
.
.

Pagi yang cerah untuk semua orang. Tapi tidak untuk Thania. Pagi - pagi ia sudah mendapatkan masalah yang cukup besar. Buku catatan rumus fisikanya ditumpahkan minuman dingin oleh Nathan tadi saat is sedang ada di perpustakaan.

"Nia, maafin gue. Gue bener - bener gak sengaja," pinta Nathan. Entah sudah berapa kali Nathan meminta maaf. Namun, Thania tak memaafkannya.

"Lo sih, siapa suruh bawa minuman ke perpustakaan kayak gini kan jadinya," kata Thania.

"Kan gue mau nemenin lo belajar. Biar gue enggak haus, ya udah gue bawa minum aja sekalian," jawab Nathan. Thania mengacak rambutnya frustasi. Bagi Thania buku itu sangat penting karena isinya mengenai rumus fisika yang sudah dia catat sejak kelas X.

"Lo gak bisa baca apa? Jelas - jelas di buku peraturan tertulis kalok kita gak boleh bawa minuman ke perpustakaan,"

"Ya udah sih, kan gue udah minta maaf," ujar Nathan.

"Emang dengan lo minta maaf buku gue jadi bagus lagi? Enggak kan."

Thania meninggalkan Nathan yang masih diam di dalam sana. Nathan menundukan kepalanya, melihat buku Thania yang terkena tumpahan minuman darinya. Ia mengambil buku itu dah membawanya keluar dari perpustakaan.

***

Untuk pertama kalinya saat jam istirahat, Nathan tidak ke kantin. Ia diam di kelas sambil menggantungkan buku catatan Thania diatas AC kelasnya. Sambil menunggu, tidak lupa juga Nathan membolak balik kertas tersebut agar cepat kering.

Nathan menghela napas lega, karena buku itu sudah kering. Akhirnya perjuangan kerasnya sudah selesai. Walaupun buku itu tidak sebagus yang dulu, yang penting buku itu sudah kering dan masih bisa di pakai.

Nathan bangkit dari tempat duduknya berniat untuk menghampiri Thania ke kelasnya. Saat sudah berada tepat di depan Thania, ia langsung mengembangkan senyumnya lalu menyondorkan buku itu.

"Nih buku lo," kata Nathan.

"Apa?" Thania menatap buku itu dengan bingung.

"Maafin gue karena udah ngerusak buku lo, Nia. Sebagai pertanggung jawaban, gue udah keringin buku lo itu pake AC kelas gue. Jadi sekarang enggak basah lagi," jelas Nathan.

Thania menatap Nathan tak percaya. Ia tidak percaya Nathan akan melakukan itu. Seniat itukah Nathan?

"Ayo dong diterima, gue sampe rela di ketawain sama temen karena gue gantung buku lo diatas AC. Gue gak peduli asalkan buku lo gak basah lagi," pinta Nathan.

Thania memandang wajah Nathan yang tampak lucu jika berkata seperti itu. Sebuah ide pun terlintas di pikirannya.

"Ya udah makasi," jawab Thania dengan nada jutek.

"Sekarang lo udah maafin gue kan?" tanya Nathan.

"Ya enggak lah. Tidak semudah itu," jawab Thania lalu meninggalkan Nathan sendirian di kelasnya.

"Gue bakal lakuin apapun asalkan lo mau maafin gue!" teriak Nathan.

***

"Permisi bu. Saya mau minta izin buat ngasi pengumuman buat murid - murid yang ikut tanding basket bulan depan,"

"Oh silahkan," jawab Bu Lita.

Nathan mengangguk kemudian melangkah keluar kelas untuk melaksanakan rencananya yang sudah tersusun sedari tadi.

Suara yang terdengar dari speaker sekolah mengalihkan perhatian semua orang. Termasuk Thania. Biasanya, hanya pengumuman penting yang boleh di sampaikan melalui speaker tersebut.

"Selamat siang. Mohon maaf kepada bapak dan ibu guru yang sedang mengajar di kelas. Saya Nathan dari kelas XII IPA 1 sekaligus ketua tim basket SMA Tri Bhuwana mengumumkan, bagi siswa yang terpilih untuk ikut tanding basket yang di selenggarakan bulan depan, agar mengikuti latihan mulai dari minggu depan setiap pulang sekolah,"

Thania mengangkat alis, hanya pengumuman biasa.

"Selain itu, saya mau minta maaf kepada Thania siswi dari kelas XII IPA 2. Tolong maafin saya," lanjut Nathan.

Seketika seluruh isi kelas memandang Thania. Jangan ditanya betapa malunya Thania saat ini. Ia tidak menduga jika Nathan akan berbuat senekat itu. Dengan cepat Thania meminta izin keluar sebentar untuk menyusul cowok itu.

Disisi lain, saat Nathan hendak keluar dari ruang tata usaha. Niatnya untuk keluar harus berhenti karena dihalangi oleh guru BK.

"Nathan!"

Nathan hanya terkekeh geli mendengar teriakan Buk Yuri. Saat itu juga Thania datang dengan napas tersengal sengal.

"Lo apa apaan sih. Malu - maluin tau gak," bisik Thania.

"Gimana hebat kan gue. Kan udah gue bilang, apapun bakal gue lakuin asalkan lo mau maafin gue," jawab Nathan.

"Ya enggak gitu juga kali." Thania mulai kesal.

"Kalian berdua cepat ikut ibu ke ruang BK. Sekarang!" perintah Bu Yuri yang mau tidak mau harus di turuti.

***

"Buk saya kan enggak ikut - ikutan, masak iya saya di hukum," kata Thania.

Disinilah mereka berdua berada. Di ruangan yang katanya menyeramkan bagi setiap murid.

'Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang harus siap menerima kosekuensinya'

"Kalian ngapain menggunakan fasilitas sekolah untuk urusan pribadi kalian?" tanya Buk Yuri.

"Jadi gini buk. Saya kan ada salah sama Thania dan saya udah minta maaf. Tapi dianya gak mau maafin saya, ya udah deh saya nekat aja minta maaf lewat pengeras suara milik sekolah," jelas Nathan dengan cengengesan.

"Harusnya kalian bicara baik - baik. Ibu gak mau kejadian ini diulang kembali. Dan kamu Thania masalah apa sih sampai kamu gak mau maafin Nathan?"

Thania mendongak menatap Bu Yuri, "Itu buk buku saya di tumpahin minuman sama dia," jawab Thania.

"Tapi kan gue udah keringin," balas Nathan.

"Sudah - sudah gak usah diperpanjang masalahnya."

Thania cemberut. Kenapa masalahnya jadi serumit ini? Sebenarnya ia sudah memaafkan Nathan dari tadi. Ia hanya berpura pura untuk mengerjai Nathan.

"Hari ini ibu beri kalian hukuman untuk nulis 'Kami berjanji tidak akan menggunakan fasilitas sekolah untuk kepentingan pribadi' di buku tulis sebanyak sepuluh halaman!"

Sudah Nathan duga, jadi ia hanya mengangguk tanpa protes. Sedangkan Thania? Gadis itu masih tidak percaya atas apa yang diucapkan oleh gurunya tadi.

"Ibu minta itu diberikan besok. Sekarang kalian saling memaafkan dulu," pinta Bu Yuri.

Nathan pun mengulurkan tangannya berniat untuk meminta maaf.

"Maafin gue Thania," kata Nathan.

"Hmm," jawab Thanua tanpa membalas jabatan tangan Nathan.

"Thania." Bu Yuri melotot.

"Iya gue maafin."
.
.
.
.
.
To be continued


Jangan lupa vote guys, biar author lebih semangat lagi upload part selanjutnya
.
.
.
.
Sampai jumpa di part selanjutnya👋

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang