Teror (part 1)

74 7 0
                                    

"Nia, tenang ada gue di sini," - Nathan Barakya

.
.
.
.
.

Hari ini Thania sekolah seperti biasa. Walupun ia sudah menyelesaikan ujian semester 1, Thania harus lebih giat lagi belajar karena ujian kelulusan yang harus ia hadapi.

Murid - murid SMA Tri Bhuwana di haruskan untuk datang ke sekolah, terutama kelas XII. Kata Thania biasanya adik kelas jika sudah selesai ujian, mungkin mereka pergi ke sekolah hanya untuk mendapatkan uang jajan atau hanya sekedar bertemu teman temannya.

Mata pelajaran hari ini di kelas Thania adalah olahraga yang mengharuskan untuk belajar di lapangan. Pagi - pagi ia sudah mendapatkan berita bahwa kelasnya dan kelas Nathan akan di gabung, karena guru olahraga yang biasanya mengajar di kelas Nathan sedang sakit. Entah itu berita yang bagus atau buruk. Yang jelas ia merasa bosan melihat laki - laki itu yang selalu muncul dihadapnnya.

"Widihh, ni orang kalok ada Nathan pasti dia ikutan nongol juga," kata Bara pada Thania.

"Ra, lo bisa diem gak sih?" kesal Karin.

"Kita kayaknya jodoh, Nia," bisik Nathan tepat di telinga Thania.

"Gue bosen liat muka lo mulu," jawab Thania sambil berbisik.

Ia dapat melihat wajah Nathan berubah masam dan Thania tersenyum melihatnya.

"Kalian berdua itu ya, udah kayak perangko tau gak nem---"

Belum selesai Bara berbicara, dengan cepat Adrian menyumpal mulutnya menggunakan tisu bekas.

"Rian, kok tisunya asin?" tanya Bara saat mengeluarkan tisu dari mulutnya.

"Ya iyalah. Kan itu bekas ngelap keringet gue," jawab Adrian santai.

"Tega amat lu sana gue," protes Bara.

"Hadehh, mulai deh raja drama," jawab Nathan.

"Diem gak lo, raja bu---"

"Kalian ngapain disini!" teriak Pak Jaya dengan tatapan garangnya.

"Ini pak, nemenin Bara. Mau pingsan katanya tadi," papar Nathan. Bara langsung membulatkan matanya.

"Kalian disuruh lari malah diem. Yang sakit kan Bara, kenapa yang nemenin berempat?" geram Pak Jaya.

"Kita kan solid, Pak," sahut Adrian.

"Cepat lari atau bapak akan hukum kalian. Dan kamu Bara kamu masih bisa mengikuti pelajaran bapak atau tidak? Kalau tidak bapak akan panggil dokter di UKS untuk ngecek kamu,"  usul Pak Jaya.

Sementara yang lain sudah berlari meninggalkan mereka, Bara masih terjebak dengan omelan Pak Jaya. Beliau memang guru olahraga, namun beliau juga sangat tahu mengenai kesehatan. Jadi tidak heran kali ini ia menasehati Bara agar makan yang teratur supaya tidak pingsan.

"Suka banget gue liat Bara di omelin kayak gitu," bisik Nathan pada Adrian di sela - sela larinya.

"Gue sebenernya kasian sih sama dia. Tapi, ga apa - apa deh sekali - sekali jail sama temen sendiri."

Mereka berdua tertawa bersama sambil berlari. Di sisi lain Karin dan Thania sedang berlari mengikuti Nathan dan Adrian. Setelah beberapa menit, Thania dapat melihat Bara yang mulai berlari bersama mereka.

"Rin, kok bisa ya mereka temenan akur kayak gitu. Apalagi ada Bara," heran Thania.

"Gue juga heran kenapa mereka tahan sama sikapnya Bara yang kelewatan pinter itu," jawab Karin.

"Mohon maaf, gue denger apa yang kalian omongin!" teriak Bara dari arah belakang.

Thania memilih untuk diam saja. Jika ia beradu mulut bersama Bara disini pasti bakal panjang urusannya. Yang ada ia di hukum sama Pak Jaya.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang