Jadian?

107 7 0
                                    

"Gue sukanya sama Nathan" - Thania Alexandria.
.
.
.
.

Thania berjalan menghampiri Aliya yang kini di sampingnya sudah ada Adrian. Entah sejak kapan laki - laki itu sudah ada di sana. Gadis itu masih terisak dalam tangisnya.

"Aliya," panggil Thania. Namun tidak ada jawaban dari orang yang di panggil namanya itu. Gadis itu masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aliya pliss liat gue," pinta Thania. Akhirnya Aliya menuruti perkataan Thania. Gadis itu mendongak dan kini menatap Thania dengan mata yang sembab serta hidung yang merah.

"Gue gak ada apa - apa sama Adrian. Soal yang adrian kasi es krim tadi pagi ke gue itu bukan Adrian yang ngasi tapi Nathan. Nathan nitip es krim itu ke Adrian buat kasi ke gue. Gue bener - bener gak ada hubungan apa - apa sama Adrian, Al." Thania berusaha untuk meyakinkan Aliya bahwa ia dengan Adrian tidak ada hubungan yang spesial.

"Kalok gue gak percaya gimana?" tanya Aliya. Thania mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa bersalah kepada sahabatnya itu. Entah apa yang harus ia perbuat untuk bisa meyakini sahabatnya itu

***

Nathan berjalan menuju taman belakang sekolah. Sesuai permintaan Thania ia akan menemui gadis itu saat pulang sekolah.

Saat tiba di sana, ia terkejut karena melihat Thania, Karin, Aliya dan tidak lupa di sana juga ada Adrian dan Bara. Nathan melangkah mendekati mereka semua.

"Ini kenapa?" tanya Nathan yang melihat Aliya menangis.

Thania mendongak melihat Nathan di hadapannya. Satu ide pun terlintas di pikirannya. Ia pun beranjak untuk mendekati Nathan.

"Kalok lo ga percaya, ini buktinya. Gue sukanya sama Nathan bukan sama Adrian," ucap Thania dengan tangan yang sudah memegang erat tangan Nathan.

Pertanyaan itu otomatis membuat seluruh teman - temannya terkejut. Termasuk Nathan. Thania sudah tahu bagimana ekspresi Nathan. Jadi, ia menatap Nathan mengisyaratkan bahwa ia harus meng'iya'kan ucapan Thania.

"Yang di bilang Thania itu. Be--bener. Gue udah tertarik sama dia dari awal kita bertemu," ujar Nathan.

Aliya bangkit kemudian menghampiri Thania yang masih setia memegang tangan Nathan.

"Jadi bener selama ini lo sukanya sama Nathan bukan Adrian?" tanya gadis itu.

Thania menghela nafas pelan, menyakinkan dirinya untuk menjawab pertanyaan Aliya, "Iya Aliya, gue suka sama Nathan bukan Adrian. Sekarang lo percaya kan sama gue?"

Terlihat senyuman indah muncul dari mulut Aliya. Ia langsung memeluk Thania dengan erat.

"Makasi Thania. Gue kira lo ada perasaan sama Adrian. Maafin gue udah nuduh lo yang enggak - enggak," ujar Aliya.

Thania membalas pelukan gadis itu. "Iya enggak apa - apa kok ini juga salah gue." Thania melepaskan pelukan Aliya kemudian menatap tajam gadis itu. "lo kenapa ga bilang sama gue kalok kalian berdua pacaran?" tanya Thania lalu menoel pipi Aliya.

Aliya tersenyum malu, "maaf ya. Maunya sih bilangnya tadi. Tapi ya gitu deh," jelas Aliya.

"Udah - udah jangan ada nangis - nangis lagi. Gue jadi ikut sedih nih. Iya gak, rin?" ucap Bara yang kini merangkul pundak Karin.Dengan cepat Karin menepis tangan Bara dari pundaknya.

"Apaan sih lo. Jangan pegang - pegang kali," kesal Karin.

"Galak amat neng. Makin suka deh gue," goda Bara yang di ikuti tawa lepas dari teman - temannya.

"Bara bara, lo tu ga berubah ya dari dulu. Godain cewek mulu," ujar Adrian.

"Terserah gue lah. Mulut - mulut gue kok lo yang repot."

"Udah lah. Masak kayak gitu doang di ributin sih. Oh iya, gue sama Thania duluan ya ada urusan sebentar," pamit Nathan. Tanpa menunggu jawaban dari teman - teman, ia langsung menarik tangan Thania.

"Hati - hati bos. Jangan sampek Thania lecet!" teriak Bara.

"Hus, lo tu ngomong yang bener dong," ucap Adrian.

***

Thania mengabaikan gerutuan Nathan sedari tadi. Saat tiba di parkiran sekolah, Thania langsung menaiki motor Nathan tanpa di suruh. Nathan dengan cepat melajukan motornya meninggalkan sekolah.

Niat untuk mengantarkan Thania pulang ia urungkan sementara karena ia berencana untuk mengajak Thania ke cafe langganannya untuk menanyakan sesuatu.

Selama di perjalanan, tidak ada yang berani membuka suara. Nathan yang fokus pada jalanan sedangkan Thania sibuk dengan pikirannya sendiri.

Mereka telah sampai di depan cafe tersebut. Thania mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa Nathan mengajaknya ke sini? Timbulah beribu pertanyaan di diri Thania.

"Ngapain kita ke sini, than?" tanya Thania yang kini telah duduk di pojok cafe yang sedikut jauh dari pengunjung yang lain. Nathan memang sengaja mencari tempat duduk di sana agar pengunjung yang lain tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo," jawab Nathan dengan pandangan yang fokus menatap manik mata Thania.

"Nanya apa?"

"Lo jujur sama gue. Sebenernya lo ga ada suka kan sama gue?" tanya Nathan to the point.

Thania menghembuskan nafasnya kasar, "udah gue duga lo bakal nanya begitu. Dengerin gue baik - baik. Gue lakuin yang tadi itu demi sahabat gue, Aliya. Biar dia percaya sama gue kalok gue itu enggak ada hubungan apa - apa sama Adrian. Gue enggak mau pertemanan kita hancur cuma gara - gara cowok."

"Jadi?" tanya Nathan.

"Jadi gue minta bantuan lo. Tolong buat seakan akan kita itu saling suka. Atau bahkan kayak orang pacaran. Biar Aliya enggak curiga sama gue. Soal gue suka atau enggak sama lo itu, untuk kali ini belum, than. Karena kita juga baru kenal itu pun belum lama."

"Jadi kita sekarang jadian nih?" tanya Nathan.

Thania tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "bukan pacaran beneran tapi cuma pacar pura - pura," jawab Thania.

'Apa? Gue jadi pacar pura - pura Thania? Kenapa pacar pura - pura sih? Kenapa enggak pacar beneran aja?' batin Nathan.

Nathan menarik nafas dalam - dalam  lalu menghembuskan dengan perlahan. Ia harus memikirkan ucapan Thania tadi dengan matang.

"Oke gue setuju. Tapi ada syaratnya," ucap Nathan.

Tahnia memutar bola matanya malas, "apaan."

"Lo gak boleh ngelarang gue buat manggil lo dengan panggilan sayang. Tapi itu cuma di depan orang lain," jelas Nathan, "gimana? Deal?" Nathan mengulurkan tangannya. Tanpa berpikir panjang Thania langsung membalas uluran tangan Nathan.

"Oke, deal," jawab Thania dengan senyuman terukir di bibirnya.

Pesanan mereka pun datang. Mereka langsung menyantapnya karena cacing - cacing di perut mereka sedari tadi telah meronta ronta.

'makasi Nathan udah mau bantuin gue. Maaf gue udah ngerepotin lo. Gue janji enggak bakal ngelupain hal ini meski nanti saat gue enggak sama lo lagi. Gue bakal balas nanti karena lo udah mau bantu gue ,than' ucap Thania dalam hati.

Ia terus menatap wajah tampan seorang Nathan Barakya yang masih sibuk memakan nasi gorengnya. Senyuman yang ada di wajah Thania sedari tadi tidak luntur. Entah mengapa, ia sangat senang sekali karena jadi pacar seorang Nathan walaupun hanya pura - pura. Catat hanya pura - pura.
.
.
.
.
.
To be continued


Jangan lupa vote guys, biar author lebih semangat lagi upload part selanjutnya
.
.
.
.
Sampai jumpa di part selanjutnya👋





NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang