Cemburu?

77 6 0
                                    

"Lo cemburu? Lo mulai suka sama gue?" - Thania Alexandria

.
.
.
.
.

Pagi yang cerah diikuti dengan suasana yang gembira. Hari ini adalah hari pertama Nathan dan Thania melaksanakan ujian akhir semester 1. Mereka sudah mempersiapkannya dengan baik. Bahkan Thania rela bangun pagi - pagi hanya untuk mengulang kembali pelajaran yang sudah ia pelajari kemarin.

Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil untuk pergi ke sekolah. Hari ini Nathan sengaja membawa mobil, karena cuaca yang kurang mendukung. Ia tidak mau Thania menjadi sakit yang nantinya membuat ia tidak bisa mengikuti ujian.

"Nathan," panggil Thania memecah keheningan. Nathan tak menjawab karena masih fokus menyetir.

"Lo udah belajar?" lanjut Thania karena tidak mendapat jawaban dari laki - laki yang tengah duduk di sampingnya itu.

"Udah dong," jawab Nathan mantap.

"Baguslah," ucap Thania lalu kembali melihat jalan yang mulai macet.

"Emang kenapa? Kok lo tiba - tiba nanya kayak begitu?" tanya Nathan.

"Pengen nanya aja gitu," Thania menjeda ucapannya untuk membenarkan duduknya untuk menghadap ke cowok itu, "lo itu sebenernya pinter, tapi karena sering telat ke sekolah dan sering bolos, gara - gara itu kepinteran lo jadi tertutup. Coba aja lo rajin, pasti lo udah dapet nilai terbesar seangkatan di sekolah," kata Thania yang sedari tadi mengoceh.

"Justru kenakalan gue itu membuat masa putih abu - abu gue jadi berwarna. Liat aja nanti setelah kita tamat, murid - murid yang bakal diinget sama guru - guru itu pasti murid yang nakal," jawab Nathan.

"Ya gak gitu juga kali, Than. Masalahnya itu berpengaruh sama nilai lo," tegur Thania.

"Gak apa - apa, Nia. Gue dapet peringkat kedua aja udah seneng. Kita itu harus bersyukur," sambung Nathan.

Thania memilih diam, tak menanggapi ucapan Nathan. Sepertinya hanya membuang waktunya saja jika berdebat dengan Nathan yang orangnya keras kepala seperti itu.

***

"Lo ngapain ngikutin gue sih?" tanya Thania pada cowok itu. Yap, saat sudah sampai di sekolah, Nathan terus saja mengikuti gadis itu kesana kemari. Seperti anak kecil yang mengikuti ibunya karena takut kehilangan.

"Mau jagain lo lah. Nanti kalok ada si Daniel gimana," jawab Nathan.

"Udah sana pergi, bentar lagi bel masuk mau bunyi. Lagian gue udah di depan kelas," pinta Thania yang terus mendorong tubuh Nathan agar ia pergi

"Lo masuk baru gue pergi," ungkap Nathan.

Thania memutar bola matanya. Rasanya ia selalu kalah jika adu mulut dengan Nathan. Ia memilih untuk masuk kelas agar Nathan segera menuju ke kelasnya. Namun, saat hendak masuk, tiba - tiba cowok itu menahan tangannya.

"Semangat! Hati - hati ngerjain ujiannya. Jangan lupa berdoa," ucap Nathan. Karena gemas, Thania mencubit pipi Nathan dengan sangat keras yang membuat pipi laki - laki itu sedikit memerah.

"Iya bawel."

***

Dua jam telah berlalu. Kini Thania dan teman - temannya sedang berada di kantin sekolah untuk membeli makanan. Setelah berjam jam berkutat dengan puluhan soal matematika yang bisa membuat otak murid - murid pusing tujuh keliling. Sekarang mereka memilih untuk membeli minuman hanya sekedar untuk mendinginkan otak mereka.

"Gila gila gila. Pusing banget otak gue ngerjain soal matematika tadi. Untung ada Adrian tadi," ujar Bara.

"Lo kira gue ngasi jawaban yang bener hah? Ya enggak lah. Masak iya gue capek - capek belajar tapi lo malah enak main nyontek aja," ketus Adrian.

Yap, walaupun mereka berteman baik, ujian tetaplah ujian. Adrian tidak mau rugi sendiri. Lagipula ia tidak mau membuat temannya itu hanya bergantung pada jawaban orang lain saja.

"Tega kamu sama aku, Ri," kata Bara seperti sinetron - sinetron yang tayang di televisi.

Saat mereka semua sibuk dengan makanannya, tiba - tiba Daniel menghampiri meja mereka.

"Nia, ada waktu gak? Gue mau ngomong sebentar aja," ujar Daniel. Thania yang sedang makan pun terpaksa menghentikan kegiatannya, lalu mengusap mulutnya yang penuh dengan kuah bakso.

"Ehh, mau ngomong apa?" tanya Thania.

"Habis selesai ujian ada acara gak? Gue mau ngajak lo nonton. Ada film bagus loh," ajak Daniel.

"Gue---"

Belum selesai Thania bicara, Nathan langsung menyelanya. Ia langsung menghentikan kegiatan makannya.

"Thania gak bisa karena kita berenam mau liburan bareng!" celetuk Nathan.

"Tapi lain kali bisa kan?" tanya Daniel.

"Bi---"

"Gak bisa, udah sana pergi!" tegas Nathan

Lagi - lagi Nathan memotong pembicaraan Thania. Melihat tingkah Nathan yang seperti itu, membuat Daniel mengepalkan tangannya dengan erat seperti siap memukul Nathan kapanpun. Namun, ia harus sabar demi Thania. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Daniel langsung meninggalkan kanting dengan perasaan yang menggebu gebu.

"Than, jangan gitu dong sama Daniel. Kasian dia," tegur Thania.

"Kok lo malah belain dia sih. Dia itu gak baik buat elo, Nia," sahut Nathan.

"Tapi dia cuma mau ngajak gue nonton doang gak lebih," ucap Thania yang masih tidak mengerti dengan sikap Nathan yang menurutnya over protektif.

"Ya udah sana pergi nonton sama dia, gak usah peduliin gue." Nathan langsung melempar sendok makannya kemudian bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Thania dan teman - temannya.

"Nahayoo, Nathan ngambek tuh. Cemburu kali dia," kata Bara yang langsung mendapat pukulan dari Adrian

'Cemburu? Ngapain juga Nathan cemburu sama gue?' batin Thania.

***

Kini mereka berdua sedang berada di dalam mobil. Dan benar, Nathan memilih mendiami Thania sejak kejadian tadi di kantin. Sebelum pulang, tadi Thania sempat menemui Daniel untuk meminta maaf atas sikap Nathan. Dan pertemuan itupun di ketahui oleh Nathan. Sontak Nathan langsung menarik tangan Thania dan membawanya pulang. Dan sampai saat ini ia tidak mengucapkan sepatah kata apapun.

"Than, lo kenapa sih? Jangan diem aja dong. Kalok gue punya salah bilang letak kesalahan gue di mana," kata Thania yang tidak tahan dengan mereka yang terus diam seperti orang asing.

"Pikir aja sendiri," ketus Nathan.

Thania semakin kesal karena mendapat jawaban yang sama sekali tak ia inginkan. Kalau saja Nathan tidak sedang menyetir, mungkin Thania sudah mencubit atau memukul tangan Nathan.

"Lo cemburu? Lo mulai suka sama gue?" tanya Thania yang membuat Nathan terkejut. Jantungnya berdetak lebih cepat. Entah kenapa saat ini ia sedang gugup.

"Ya, yaa enggak lah. Gue lakuin itu tu biar keliatan peduli aja sama lo. Kan yang orang - oarang tau kalok lo itu cewek gue. Gue gak mau kalok nanti lo di bilang ganjen sama semua orang yang ada di sekolah," jelas Nathan. Sungguh jawaban yang kurang masuk akal namun berhasil membuat Thania diam.

'Gue yakin lo bohong, than. Dari sikap lo yang belakangan ini mulai berlebihan, gue yakin ada yang lo sembunyiin dari gue. Entah itu perasaan lo atau hubungan lo dengan Daniel yang sampai saat ini gue belum tau' batin Thania.
.
.
.
.
.
To be continued


Jangan lupa vote guys, biar author lebih semangat lagi upload part selanjutnya
.
.
.
.
Sampai jumpa di part selanjutnya👋

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang