Masuk Surga dan Neraka Hanya Karena Seekor Lalat

12 1 0
                                    

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat pula."

Maka para sahabat bertanya, "Bagaimana hal itu, ya Rasulullah ?".

Beliau menjawab, "Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun (boleh) melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, "Persembahkanlah kurban kepadanya ?".

Ia menjawab : "Aku tidak mempunyai Sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya".

Mereka pun berkata kepadanya lagi, "Persembahkanlah kepadanya walaupun hanya seekor lalat".

Lalu orang tersebut mempersembahkan seekor lalat dan mereka pun memperkenankan untuk meneruskan perjalanannya. Maka ia masuk neraka karenanya.

Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain, "Persembahkanlah kurban kepadanya ?"

Dia menjawab, "Aku tidak patut untuk mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah". Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya ia masuk surga ".

Hikmah yang terkandung dari hadits ini ialah :

1. Peringatan akan bahaya syirik walaupun dalam masalah kecil. Dan syirik itu memastikan pelakunya masuk ke neraka. Sebagaimana hadits dari sahabat Jabir di atas.

2. Menumbuhkan sikap wara' terhadap segala hal yang memungkinkan untuk terjatuh dalam perbuatan syirik merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim betul-betul tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya.

Karena terkadang seseorang terjatuh ke dalam kesyirikan lantaran ia tidak mengetahui bahwa apa yang telah ia perbuat merupakan perbuatan kesyirikan yang memastikan ia masuk ke dalam neraka. Diriwayatkan dari sahabat Nu'man bin Basyir bahwa Rasulullah saw telah bersabda :

إِِنَّ الْحَلاَ لَ بَيِّنٌ وَ إِنَّ الْحَرَامَ بَيِِّنٌ وَ بَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَا تٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌمِنَ الْنَّا سِ فَمَنِِ اتَّقَى الشُّبْهَاتَ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبْهَاتِ وَقَعَ فِى الْحََرَامِ

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barang siapa menghindari perkara-perkara yang syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam perkara tersebut, maka ia telah terjerumus dalam perkara yang haram....."

3. Meremehkan segala hal yang telah ditetapkan di dalam Al Quran dan sunnah, merupakan suatu perbuatan yang sangat dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya. Lebih-lebih hal itu masuk dalam hal yang bersifat ushuli.

Dan akibat yang didapatkan dari sikap seperti ini ialah terjerumusnya seseorang ke dalam neraka Allah Azza wa Jalla. Hal ini dapat kita lihat, bahwa orang yang disebutkan dalam hadits di atas sebelumnya adalah seorang muslim yang meremehkan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Jika seandainya ia bukan seorang muslim, tentunya Rasulullah saw tidak akan bersabda, "Masuk neraka karena seekor lalat...".

Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata : "Sesungguhnya (suatu saat nanti) kalian akan beramal dengan amalan yang kalian anggap lebih kecil (remeh) dari pada sehelai rambut. Dan kami menganggap pada masa Rasulullah saw, hal itu merupakan bagian dari hal-hal yang dapat membinasakan seseorang"

4. Orang tersebut masuk neraka dengan sebab ia melakukannya karena ingin bebas dari kejahatan pemuja berhala. Dan ini ia lakukan tanpa adanya pengingkaran dalam hatinya. Berbeda dengan sahabat Ammar bin Yasir yang dipaksa oleh kaum kafir Quraisy untuk mengatakan bahwa Latta, Uzza dan Manat adalah tuhan yang patut disembah. Walaupun ia terpaksa mengatakannya, akan tetapi ia tetap mengingkari dalam hatinya. Sebagaimana firman Allah:

Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapatkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar"

5. Perkataan, "aku tidak patut untuk mempersembahkan kurban selain kepada Allah", ini menerangkan keutamaan tauhid, keikhlasan dan ketabahan hatinya dalam memurnikan keimanannya pada Allah Azza wa Jalla, serta keuletannya dalam memegang agama. Yaitu ketabahannya dalam menghadapi eksekusi / hukuman mati dan penolakannya dalam memenuhi permintaan mereka. Karena tanpa adanya keikhlasan hati dalam memurnikan ketauhidan dan keimanannya pada Allah Azza wa Jalla niscaya ia tidak akan mampu seperti firman Allah Azza wa Jalla:

Imam Ath Thabari rahimahullah mengatakan bahwa kalimat, "mukhlisina lahud diin", mempunyai dua makna, yaitu ketaatan sepenuhnya kepada-Nya dan tidak mencampurinya dengan suatu kesyirikan.

Sehingga singkat kata, kesimpulan yang dapat kita ambil dari hadits tersebut ialah bahwa haram mempersembahkan kurban kepada selain-Nya dengan cara bagaimanapun. (Abu Barra'). Wallahua'lam

Bening HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang