Filosofi Kelengkeng

115 0 0
                                    

Sudah menjadi tradisi kita kaum muslimin kalau ada tetangga yang sedang hajatan, kita kirim-kirim kue untuk menyenangkan hatinya dan membantu acaranya.


Saya pun demikian. Waktu itu sohibul hajatnya tetangga sekaligus masih saudara jauh. Maka saya membeli buah kelengkeng untuk dikirim kepada beliau.


Di toko buah saya borong langsung satu box kelengkeng. Tempatnya masih dalam satu box buah. Masih di segel pula dari agennya.


Toko tersebut menjamin, tanpa perlu membuka segel box tersebut, kelengkeng di dalamnya matang dan manis semua. Paling hanya satu dua yang mentah dan hambar, itupun pasti tidak sengaja terbawa dari sananya.


Sahabat, kelengkeng mentah itu bernasib bagus ikut terjual, karena senantiasa berkumpul dengan kelengkeng-kelengkeng manis di box yang sama. Bayangkan seandainya kelengkeng mentah dipisahkan dengan kelengkeng matang, adakah orang yg membelinya? Pasti tidak ada.Prinsip kelengkeng inilah yang diajarkan Rasulullah kepada kita, agar kita senantiasa mencintai dan berkumpul dengan orang-orang soleh. Karena mereka ibarat kelengkeng-kelengkeng matang dan manis.


Saat Allah hendak memborong orang-orang soleh untuk dibeli dengan surga, maka para pecintanya akan ikut terbeli juga, karena memang selalu berkumpul dengan orang soleh.Karena itulah paksakan diri kita untuk memiliki keterikatan dengan para ulama, merekalah orang-orang soleh. Rutinkan menghadiri majelis mereka. Datangi pengajian-pengajiannya, karena siapalah kita ini kan hanya sekedar kelengkeng mentah dan hambar.


Salam Hijrah.


⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Bening HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang