Peringatan

26 2 0
                                    

Alkisah bahwa ada seekor katak yang melihat seorang nelayan sedang memancing dari atas daun teratai. Katak itu pun segera meloncat ke dalam air dan ingin menyampaikan berita kepada si ikan, sahabatnya. Katak itu melihat si ikan sudah hampir memakan cacing yang dijadikan umpan di kail sehingga dia berseru, "Jangan makan cacing itu! Sebenarnya itu perangkap. Jika kau memakannya, maka kau akan ditangkap, kemudian perutmu dibelah dan kulitmu akan dibakar di atas api atau direbus di atas kuali. Mereka akan memakanmu."

Katak memberitahukan semua itu kepada ikan sebab dia tahu keadaan di darat atau di atas air. Sementara ikan tidak pernah tahu keadaan di darat tersebab habitatnya memang hanya di dalam air. Pada akhirnya, ikan mencemooh peringatan si katak dan menyangka bahwa si katak hanya mengada-ada. Teguran si katak tidak mempan. Si ikan dengan kebandelannya tetap memakan umpan tersebut.

Beberapa detik setelah itu si ikan merasakan ada sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang tersangkut di bibirnya. Ikan memuntahkan umpan, tapi kail itu sudah kadung mengait di mulutnya. Dalam satu sentakan si ikan ditarik ke atas. Dia terkejut dan di saat itulah ia melihat apa yang dikatakan oleh si katak sahabatnya benar adanya. Di titik ini si ikan yakin bahwa dia akan dibakar, kulitnya akan disayat, perutnya akan dibelah dan tamatlah riwayatnya. Ikan itu sangat menyesal. Tapi, tak ada kesempatan untuk kembali ke dalam air.

Kisah ini adalah perumpamaan untuk kita tentang mereka yang memberi peringatan kepada kita demi kebaikan kita di akhirat kelak. Kita tidak tahu tentang hal ghaib, tapi mereka para ulama, masyayikh dan guru-guru kita 'bisa melihat' hakikat akhirat lewat ilmu mereka. Maka, mereka tanpa henti mengingatkan ummat manusia untuk tidak terjerumus ke dalam godaan-godaan setan yang melenakan dan membawa kepada kebinasaan.

Mereka memberitahukan kita tentang sirath, padang mahsyar, neraka dan surga. Tapi kita tidak peduli dengan semua peringatan itu.

Bila kelak kita sudah mati, hijab akhirat akan dibuka dan kita akan melihat hakikat yang sebenarnya. Kita melihat manusia yang dibakar di atas bara api karena kemaksiatan yang telah mereka lakukan. Seperti si ikan yang menyesal setelah melihat 'keadaan di darat' yang selama ini sering diceritakan oleh si katak. Saat itu yang ada hanya penyesalan karena kita tidak bisa kembali lagi untuk memperbaiki diri.

Perumpamaan dalam konteks lain telah disebutkan oleh Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam di dalam hadits berikut,

"Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, lalu mulailah belalang-belalang dan laron berjatuhan ke dalam api itu, sedangkan orang itu selalu berusaha mengusirnya dari api itu. Dan aku memegang ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku." (HR. Bukhori dan Muslim)

Begitulah kebiasaan laron dan belalang. Mereka begitu menyukai cahaya dan selalu mencari sumber cahaya. Tapi mereka tidak tahu bahwa hakikat cahaya yang mereka datangi bisa membakar dan membinasakan mereka. Mereka menjatuhkan dirinya ke dalam api tungku sumber cahaya. Peran Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam sebagai pemandu adalah mencoba menahan diri-diri kita agar tidak terjatuh ke dalam api neraka.

Kita punya peluang untuk beramal saat ini juga. Jangan sia-siakan usia kita dan keringat kita untuk perkara yang tidak bermanfaat.

Bening HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang