OVERCHOICE

10 0 0
                                    

"People of the future may suffer not from an absence of choice but from a paralysing surfeit of it: overchoice."


Demikianlah tulisan empat puluh tahun silam dari buku Future Shock karangan Alvin Toffler. Tulisan lawas itu adalah prediksi beliau mengenai keadaan kita sekarang yang ternyata menjadi kenyataan,


"Orang-orang di masa depan mungkin menderita bukan karena tidak adanya pilihan, melainkan justru lumpuh karena sebuah dilema; Kebanyakan pilihan!"


Bayangkan ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saluran televisi hanya TVRI, dan satu-satunya film yang saya tunggu-tunggu adalah Unyil. Hari ini, siaran televisi jumlahnya puluhan!


Dahulu, kalau ibu menyuruh saya beli detergen ke warung hanya ada dua merk, dan transaksi terjadi dalam hitungan detik. Sedangkan hari ini, kita datang ke supermarket bisa menghabiskan waktu lebih dari sepuluh menit hanya di rak bagian detergen saja.


Bermacam-macam merk tersedia lengkap, bahkan setiap merk masih memiliki varian berbeda lagi, seperti plus pewangi, ekstra pelembut, bentuk bubuk atau cair, dan sebagainya. Terlalu banyak pilihan (overchoice) tidak selamanya memberi kemudahan, terkadang justru membuat kita bingung sendiri, dan akhirnya banyak waktu terbuang sia-sia. Inilah yang disebut sebagai dilema oleh Toffler.


Bahkan dalam beberapa hal, terlalu banyak pilihan bisa membunuh produktifitas kita. Misalnya ketika kita bergabung dengan banyak sekali grup dan channel di media sosial, lambat laun kita menjadi kurang produktif.


Karena dalam otak kita seperti berjejal berbagai informasi yang terkadang tidak kita butuhkan, menunggu untuk kita baca. Kita menjadi manusia yang kehilangan fokus. Kita menjadi manusia yang sibuk untuk hal yang sia-sia.


Overchoice tidak bisa dicegah, kecuali oleh kita yang membatasi diri sendiri. Maka marilah kita membuat filter pada medsos masing-masing. Apa yang kita anggap paling penting? Pertahankan. Yang kurang penting? Tinggalkan. Sayangi otak kita.


Toh kita tidak bisa menyerap dengan optimal jika seluruh informasi bercampur aduk. Saat pilihan sudah cukup menyempit, maka kita akan punya banyak waktu untuk menyelesaikan apa yang seharusnya kita kerjakan.


Cukuplah nasihat Al-Imam Hasan Al-Bashri ini sebagai perenungan bagi kita semua untuk semakin bijaksana dan efektif dalam menghadapi pilihan yang terlalu banyak,


ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ"Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya."

Bening HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang