Gara-gara Suap

22 2 0
                                    

Alkisah tersebutlah seorang dosen pada sebuah kampus kedokteran yang memiliki mahasiswa yang nilainya selalu rendah. Pada saat ujian akhir, si mahasiswa juga tak bisa menyelesaikan soal-soal yang diujikan.Namun mahasiswa itu lantas menempuh jalan pintas. Ia menyodorkan sejumlah uang sebagai suap kepada dosen agar berkenan meluluskannya. 

Rupanya sang dosen tergiur juga. Akhirnya ia mengambil uang itu dan sebagai imbalannya ia memberi kelulusan pada mahasiswa tersebut, meski sebenarnya kemampuannya belum kompeten untuk lulus. 

Uang yang berjumlah besar itu mampu memaksa sang dosen melakukan perbuatan tak terpuji. Sudah jelas peringatan Rasulullah bahwa pemberi suap dan penerima suap sama-sama dilaknat oleh Allah. Bertahun-tahun kemudian setelah kejadian itu, istri sang dosen tetiba terkena serangan penyakit mendadak. Ia segera dilarikan ke rumah sakit, dan diputuskan untuk melakukan tindakan operasi segera. Sayangnya, keselamatan beliau tetap tidak tertolong. 

Dosen tersebut yang menunggu di luar kamar operasi sedih sekali. Dan lebih-lebih terpukul lagi saat sang dosen mengetahui bahwa dokter yang memimpin jalannya operasi adalah mahasiswa yang kuliahnya tidak pernah serius itu. 

Sang dosen menyesal, akibat tindakannya dahulu siapa sangka ia kini benar-benar menjadi dokter. Terbesit dalam benaknya seandainya ditangani oleh dokter lain yang memang kompeten, mungkin istrinya bisa selamat. Sang dosen telah menanggung sendiri akibat perbuatan dosanya di masa lalu. Demikianlah inti cerita dari film pendek yang baru saja kita saksikan di atas. 

Pesannya jelas sekali, janganlah tergoda melakukan perbuatan dosa karena kelak kita akan menerima resikonya. 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka (manfaatnya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat dosa maka (akibatnyanya) kembali pada dirinya sendiri. Dan sekali-sekali tidaklah Tuhan-mu menganiaya hamba-Nya"(Surat Fushilat : 46) 

Sampai kapan kita mau melanggar hak-hak Allah? Sampai kapan kita menunda-nunda taubat padahal teguran demi teguran telah Allah sampaikan dalam hidup kita? Sampai kapan kita akan berjanji setia untuk berubah menjadi hamba yang sebenarnya?

Bening HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang