"Oh....kau terlihat cantik sekali, tuan putri!"puji Betty menatap majikannya dengan penuh kagum.
"Pakaikan kalung padanya."
"Baik, Yang Mulia." sahut Betty menghampiri meja rias dan membuka kotak. Mengeluarkan seuntai kalung dengan liontin emerald. Ia mendesah kagum melihat keindahan kalung itu.
"Indah sekali....."gumam Betty seraya membalikkan badan dan berjalan ke arah sang putri yang masih berdiri dengan gaun cantiknya. Tangannya membawa benda mewah itu dengan hati-hati. Tak ingin menjatuhkannya. Lalu ia memakaikan pada leher jenjang Victoria.
"Penampilanmu menakjubkan, Victoria!"tukas sang ratu beranjak bangun dari sofa. Mendekati dan menatap putrinya dengan seulas senyum menghiasi bibirnya. "Kalung itu membuatmu tampak cantik dan elegan."
Victoria menatap ke arah cermin. Melihat pantulan dirinya dalam balutan gaun berwarna krem dengan hiasan renda menghiasi bagian bawah gaun.
"Kau terlihat sempurna. Semua pria pasti akan tertuju matanya padamu. Kau hanya tinggal memilih satu dari antara mereka." ujar Milicent.
Victoria menoleh pada ibunya. Dahinya berkerut. "Apa maksud ibu dengan perkataan tadi?!"
"Oh putriku sayang. Sebentar lagi usiamu 19 tahun. Sudah memadai untuk menikah. Sudah waktunya kau memilih calon pendamping hidupmu. Ibu sudah mengundang banyak pria bangsawan juga pangeran agar kau bisa memilih mereka."
Mata Victoria melebar. "Tapi bu, aku tak mau menikah. Aku ingin tinggal bersama kalian selamanya di sini!"
Dahi Milicent berkerut menatap Victoria. "Kau seorang putri, Victoria. Itu tugas seorang putri dan kau tentu sudah tahu tugas serta tanggung jawabmu."
"Bagaimana jika aku tetap tidak mau menikah?!"
"Maka ibu akan mengirimmu ke biara. Atau ibu yang akan memilih calon suamimu."
"Ibu!"sahut Victoria dengan suara kesal dan tak percaya ibunya tega berkata demikian.
"Kau ingin membuat ayahmu bangga padamu bukan?!"
"Tapi bukan dengan cara seperti ini!"
"Seorang putri tidak punya pilihan lain, Victoria. Kau bisa menentukan siapa calon suamimu saat pesta nanti atau ibu yang akan memilih. Silakan putuskan!" ujar Milicent seraya berjalan keluar.
Victoria mengerang kesal. Betty yang sedari tadi berdiri menjauh kini mendekat perlahan. Menyentuh lengan Victoria. "Putri....tenanglah...."
"Kenapa aku harus terlahir menjadi putri?! Aku lebih suka menjadi rakyat jelata yang bebas. Tidak terkekang seperti ini!!"
"Jangan berkata begitu, tuan putri. Jika kau tidak menjadi putri, siapa yang akan menolong penduduk desa Isleen saat terjadi bencana kelaparan. Siapa yang membantu desa Poloma ketika wabah menyebar kemarin? Kau sudah banyak membantu, tuan putri. Putri lain belum tentu akan melakukan seperti kau."
Victoria mendesah. "Aku hanya ingin membantu. Aku tak bisa hanya duduk diam sementara di luar sana banyak yang menderita."
"Itulah kelebihan yang anda miliki. Sebagai tuan putri kau bisa membantu banyak orang. Dan akan semakin mudah jika kau menjadi seorang ratu kelak. Tidak seperti aku, untuk membantu keluargaku saja aku kesulitan, tuan putri."
Victoria menatapnya. "Aku ingin menikah karena aku mencintai pria itu. Bukan seperti yang ibu inginkan."
"Cinta pasti akan tumbuh seiring waktu, tuan putri. Kau pasti tahu tak ada putri bangsawan yang bisa memilih dengan siapa ia akan menikah. Semua pilihan orang tuanya. Tapi kau, tuan putri, di beri kesempatan oleh Yang Mulia untuk memilih. Kau bisa mengamati semua tamu pria yang hadir nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasySekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...