Esok hari Victoria terbangun. Ia mengerang lirih saat bergerak dan merasakan perih di bagian bawah tubuhnya. Victoria menoleh mendengar suara dengkuran halus. James, batinnya. Keberadaan suaminya yang tidur dengan dada terbuka membuat ia teringat dengan kejadian malam kemarin.
Setelah bertarung, James membawanya ke ruang tidur. Akhirnya mereka menyempurnakan pernikahan. Tadi malam James begitu lembut padanya. Sesuatu yang jarang ia lihat. Biasanya pria itu akan berwajah dingin serta pemarah. Tapi tidak tadi malam.
Victoria merasa wajahnya memanas mengingat kejadian tadi malam. Ia sudah menjadi milik James sepenuhnya. Kepalanya menoleh. Memandangi James masih terlelap. Suaminya tampak tenang dan tampan. Dahinya tertutup rambut ikal. Victoria ingin menyingkap ikalnya tapi takut membangunkan James.
Victoria masih merasa malu membayangkan malam pertama mereka. Ia tak yakin akan sanggup berhadapan dengannya. Perlahan ia mencoba beranjak bangun dan memakai gaun. Meringis pelan saat perih kembali terasa. Victoria menarik napas lega karena kakinya masih sanggup melangkah. Meski tak bisa bergerak cepat, pelan-pelan ia keluar dari ruang tidur. Menengok ke belakang sebelum menutup pintu, melihat James masih tertidur pulas.
"Yang Mulia?"tanya Betty heran melihat majikannya melangkah pelan seraya mengenyitkan dahi sesekali. "Kau baik saja?"
Victoria mengangkat wajahnya. "Oh Betty, kau sudah bangun."gumamnya tersenyum dengan pipi merona.
Betty menaikkan alisnya. "Tentu saja, Yang Mulia. Sekarang sudah pagi. Apa kau mau kusiapkan air mandi?"
"Ya, baiklah."sahut Victoria. "Tapi, Betty, tolong siapkan di ruang sebelah saja!"
"Apa?! Kau yakin?"tanya Betty heran karena biasanya Victoria mandi di ruang tidur miliknya.
"Ya. Aku tak ingin membangunkan James."gumam Victoria yang tak ingin membuat James terbangun dan menemukan dirinya sedang mandi.
"Oh baiklah."sahut Betty. Betty mencari pelayan untuk membawakan bak mandi seraya berpikir. Agak aneh menurutnya, karena biasanya Yang Mulia Raja bangun lebih pagi dan meninggalkan Victoria yang masih tertidur. Sepertinya Yang Mulia Raja sedang lelah, pikirnya.
Dalam waktu cepat pelayan membawa bak mandi besar ke ruangan dan mengisinya dengan air hangat. Betty memasukkan tangan untuk memeriksa apakah sudah cukup hangat. Betty mengangguk puas. Membiarkan pelayan pergi keluar.
"Air mandi sudah siap, Yang Mulia."
"Oh baiklah."sahut Victoria. Lalu ia membuka gaun.
Betty terkejut melihat tubuh majikannya. Terdapat tanda kemerahan di leher serta dadanya. Deg....mendadak Betty memikirkan segala yang ia rasakan ganjil sejak tadi. James yang masih tidur. Victoria yang tampak kesakitan dengan bagian bawah tubuhnya. Apakah....bisik hatinya.... Betty tersenyum kecil. Ia menyadari pernikahan Victoria telah disempurnakan.
Victoria menurunkan tubuhnya ke dalam bak mandi berisi air hangat pelan-pelan. Merasakan air itu membasahi dan memberinya kehangatan. Ia kembali mengenyit saat duduk di dasar bak dan kembali terasa perih. Betty tak mengatakan apapun. Ia membantu Victoria membersihkan badannya, mengeringkan dan memakaikan gaun.
"Kau sudah siap."
Victoria menatap pantulan dirinya di cermin. Ia memakai gaun berwarna kuning lembut. Garis lehernya tinggi hingga bisa menyembunyikan tanda merah di leher. Victoria melihat hal itu. Ia berpikir, apakah Betty tahu apa yang terjadi tadi malam? Pelayannya itu hanya diam saja dari tadi. Tapi ia berterimakasih atas bantuan Betty. Betty begitu perhatian padanya.
Victoria keluar dari ruangan. Menoleh ke arah pintu ruang tidurnya. Apa James sudah bangun, tanyanya. Ia bisa saja masuk tapi bagaimana jika ternyata James masih berada di sana. Victoria menggelengkan kepala. Ia memutuskan untuk pergi sarapan di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasySekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...