Hari sudah malam ketika James masuk ke dalam ruang tidurnya. Ia mengenyit mencium aroma harum yang lembut. Saat itu ia baru teringat kini ia harus berbagi kamarnya dengan istrinya, Victoria. James meninggalkan Victoria sejak tiba di istananya. Ia kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya tapi sudah memastikan agar kebutuhan Victoria terpenuhi.
James bisa mendengar suara napas Victoria yang teratur. Pertanda wanita itu sudah tertidur lelap. Perlahan ia melangkah mendekat. Mulutnya tersenyum kecil menyadari kini kamarnya dihiasi beberapa barang wanita. Ia berdiri di sisi tempat tidur. Menatap Victoria berbaring miring seperti anak kecil. Victoria tampak cantik saat tidur.
James terus menatapnya. Perlahan ia mendekatkan tangan. Menyentuh wajah Victoria yang halus.
James bersimpuh perlahan. Ia mengulurkan tangan. Menyentuh dan mengusap sisi wajah Victoria yang halus. "Kau cantik, Victoria." gumamnya seraya menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya."Apa kau tahu? Kau membuatku bingung. Aku bingung dengan perasaanku. Kau sudah menarik perhatianku sejak pertama bertemu. Saat itu aku berpikir harus memilikimu meski kau hanya gadis desa biasa. Aku tak tahu apakah aku mencintaimu atau terobsesi padamu..."bisik James.
Ia mengeluarkan suara tawa pelan sambil mengusap wajahnya. "Dan aku berhasil memilikimu....kau menikah denganku...aku tak tahu apakah bisa menjadi suami yang baik bagimu....aku tak tahu....aku takut kejadian dulu terulang lagi...."bisiknya. Perlahan nada suaranya berubah menjadi geram. Seakan ia menahan marah.
"Jika kelak kita memiliki anak, kau harus menjadi ibu yang baik. Menjaga dan mendampinginya...jangan seperti dia...." desis James.
Rasa sesak memenuhi dadanya. Kenangan buruk masa kecil dulu kembali berputar dalam ingatan pria itu. James masih belum dapat melupakannya. Ia masih tak bisa mengenyahkan semua ingatan itu. Ia melepaskan tangan Victoria lalu mengepal erat tangannya. James, meski dari luar terlihat dingin dan kuat, sebenarnya ia menyimpan kesedihan dalam dirinya. Sosoknya yang rapuh tersembunyi di balik sikap keras.
James mengusap matanya yang basah. Tanpa sadar ia kembali menitikkan air mata. Dan hal itu membuatnya kesal. James beranjak berdiri dari sisi pembaringan Victoria. Kakinya melangkah keluar pintu. Membiarkan pintu di belakangnya tertutup dengan suara keras. Ia terus berjalan melewati lorong remang. Derap kakinya bergema di lorong sunyi itu.
James terus berjalan tanpa arah hingga tiba di luar istana. Angin malam yang dingin menyambut dirinya. Lalu kembali melangkah. Tidak peduli dengan udara dingin di luar serta gelapnya malam. Ia sudah sangat mengenal setiap sudut istana ini. Beberapa saat kemudian Ia berhenti sambil mengatur napas.
James mendongak dan tertawa miris. Sekali lagi, seperti biasa jika ia merasa sesak dan berjalan tanpa arah, dirinya pasti melangkah ke tempat yang sama. Ke menara yang terletak di belakang istana kerajaan utara. Matanya melihat ke arah jendela. Gelap. Ia yakin orang di dalam sana sedang tertidur. Tak menyadari akan kehadiran dirinya.
"Kenapa kau berbuat begitu pada kami dulu? Apa kau memang tak punya hati?" gumam James dengan nada penuh kepedihan.
"Apa kau tak tahu aku selalu merindukanmu? Selalu menunggu kau datang. Berharap kau datang...." lirih James.
"Tapi kau tak pernah datang. Kau melupakan kami. Kau sungguh tak punya hati...." geramnya.
James mengerang penuh amarah seraya berlutut dan memukul tanah dengan tangan. Melampiaskan segala rasa marah dan kecewanya. Bagaimana pun ia sama seperti manusia lainnya. Kehilangan sosok yang paling penting baginya membuat pria itu berubah. Tangguh di luar namun rapuh di dalam.
------
Victoria terbangun ketika mendengar suara kicauan burung. Ia melihat tempatnya yang asing. Tersadar bahwa kini ia sudah berada di tempat baru. Tempat tinggal James. Victoria melihat ke sisi lain tempat tidur. Kosong. Tak ada James. Tangannya terulur memegang bantal suaminya. Terasa dingin. Menandakan pria itu tidak tidur bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasySekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...