Senyum terus menghiasi mulut Victoria sejak ia menunggang kuda. Gadis itu terlihat bahagia dan semangat. Rambutnya bergoyang tertiup angin juga karena gerakan sang kuda. Victoria terlihat menikmati perjalanannya dengan Black. Suara tawanya yang merdu menghiasi perjalanan panjang pasukan James.
"Yang Mulia, rapatkan jubahmu!"seru Betty yang duduk di dalam kereta kuda karena ia tak bisa menunggang kuda.
"Ya aku tahu!"sahut Victoria yang menghentakkan tali agar Black berjalan lebih cepat sementara Betty hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah majikannya yang nyaris seperti anak kecil.
"Kau pasti sudah merindukan berkuda dengan kudamu."ujar Simon yang kini berkuda di sisi Victoria.
Victoria menoleh dan tersenyum lebar. "Tentu saja. Aku sangat bosan hanya duduk dalam kereta. Aku lebih menyukai berkuda. Bisa menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini. Juga udaranya yang segar!"
Simon terkekeh. "Udara yang segar?! Ini masih tak seberapa jika hawa mulai panas atau sangat dingin sekali. Jika tak kuat, kau bisa sakit. Atau nyawamu melayang."
"Kau pasti sudah sering melakukan perjalanan seperti ini..."
"Ya. Sangat sering hingga rasanya aku menjadi terbiasa."ujar Simon pelan.
Victoria menoleh padanya. "Aku tak pernah mengalami seperti yang kau rasakan."
"Oh kuharap kau tak akan mengalaminya, Victoria."
"Hidupmu pasti sangat keras selama ini ya."
"Aku hanya membantu kakakku. Ia sudah menjagaku sejak kecil. Kini giliran aku yang membantunya." ujar Simon.
Victoria merasa ucapan Simon terdengar tidak tulus. Seakan ia terpaksa melakukan perintah kakaknya. Apa ia juga tak setuju sama sepertiku, tanyanya dalam hati, apa Simon juga tak suka melihat James merebut kekuasaan yang memberi dampak buruk bagi rakyat kecilnya? Victoria menatap Simon sebelum akhirnya kembali menoleh ke depan. Aku akan mendekati Simon, batinnya.
Mereka terus berjalan hingga hari mulai gelap. Prajurit yang berkuda lebih dulu telah kembali. Ia melaporkan sebuah tempat yang bisa mereka pakai untuk bermalam. Pasukan pun segera menuju tempat tersebut.
"Apa tujuan kita masih jauh?"tanya Victoria.
"Seharusnya besok kita bisa tiba."ujar James menatap Victoria tampak mulai lelah. Wajahnya kotor karena debu dan tanah. Rambutnya kusut dan gaunnya berantakan. "Apa kau lelah?"
"Tidak."sahut Victoria berbohong. Sebenarnya ia mulai merasa pegal dan lelah. Berkuda sejak pagi tadi cukup menguras tenaganya. Belum pernah ia berkuda selama ini. Semangatnya tadi pagi kini telah menguap. Badannya terasa lengket karena keringat bercampur debu. Lehernya kering dan matanya terasa berat.
"Bertahanlah. Sebentar lagi kita bisa bermalam."gumam James. Victoria mengangguk.
Mereka tiba di sebuah tempat terbuka dekat sungai. Terdengar suara gemericik air. Pepohonan yang tumbuh membawa hawa sejuk saat angin bertiup. Para prajurit segera turun. Sebagian mengurus kuda untuk di bawa di tepi sungai agar hewan itu bisa minum lalu di beri makan. Sebagian mendirikan tenda dan menyiapkan api unggun untuk memasak.
Victoria turun. Ia menarik napas lega saat menginjak tanah. Digerakkan kakinya untuk menghilangkan pegal. Ia melihat Betty yang berjalan menghampirinya. Pelayannya tampak baik saja, mengingat ia duduk di dalam kereta selama perjalanan.
"Yang Mulia, kau baik saja?"
"Sepertinya kau yang lebih baik. Penampilanku pasti buruk sekali ya?! Aku merasa kepanasan dan pegal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasiSekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...