10

2.9K 230 3
                                    

Pesta berlangsung sangat mewah setelah upacara selesai. Victoria hanya mengikuti semuanya dalam diam. Ia duduk dan makan dengan hening. Tersenyum saat seorang tamu mengucapkan selamat. Victoria masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Begitu banyak kejadian yang telah mengubah nasibnya. Victoria, seorang putri yang menanti pesta ulang tahun, lalu berubah status menjadi tahanan, dan kini, ia menjadi seorang ratu. Hidupnya sudah seperti roda. Di satu masa ia berada di tempat tinggi dan dalam waktu singkat berada di titik terendah. Tapi kini ia telah menjadi ratu, sosok yang akan di hormati juga di sayangi rakyatnya kelak.

Ia melihat James tampak menikmati pesta. Berbincang, bergurau seraya menyantap hidangan dengan bebas dan sukacita. Victoria merasa bosan karena tak ada yang ia kenal. Kepalanya pening karena mahkota. Ia juga tidak terlalu nafsu untuk makan. Victoria berharap ibu dan Arthur hadir di pestanya, tapi James menolak permintaannya. Pria itu takut kakaknya akan berbuat sesuatu.

Semakin malam pesta semakin meriah dan ramai. Makanan dan minuman terus tersaji di meja makan. Musik mengalun memenuhi ruangan. Para tamu menari di lantai dansa, memutari ruangan yang penuh sesak. Seisi ruangan begitu ramai dan gaduh. Banyak dengungan orang berbincang dan menyanyi. Terdengar suara hentakan kaki penari. Suara peralatan makan beradu dengan piring atau mangkuk. Victoria merasa lelah dan pamit untuk rehat. James memberinya ijin. Victoria melihat James tetap bersama para tamu, tidak menyusul atau mengantarnya.

Apa yang aku harapkan, bisiknya dalam hati. James menikah hanya karena menginginkan kekuasaan. Bukan karena ia menginginkan atau mencintaiku.

"Putri, kau sudah kembali?!"ujar Betty terkejut melihat majikannya datang sendirian.

Victoria mengangguk. Seluruh badannya terasa pegal dan lelah. Ia duduk sambil melepas mahkota di kepalanya. Betty membantu Victoria melepas gaun serta merapikan rambutnya. Victoria menarik napas lega saat ia sudah berbaring di tempat tidurnya.

"Apa kau butuh sesuatu?"tanya Betty.

"Tidak, Betty. Aku hanya ingin rehat."sahut Victoria.

"Baiklah. Selamat malam, putri. Selamat atas pernikahanmu."

"Terima kasih, Betty."gumam Victoria. Ia berbaring miring.

Dari ruang tidurnya, ia bisa mendengar suara gaduh pesta. Mereka masih berpesta. James sama sekali tidak menyusulnya kemari. Victoria merasa bersyukur. Setidaknya ia tak perlu menyempurnakan pernikahannya malam ini. Biar saja James bersenang-senang dalam pestanya. Victoria mencoba menutup mata dan dalam waktu singkat ia pun terlelap.

------

Victoria terbangun mendengar suara kicauan burung di luar. Ia mengerjapkan mata. Melihat sinar matahari menyeruak masuk melalui sela tirai jendela. Ia meregangkan tubuhnya sambil duduk. Victoria terlonjak kaget mendengar suara dengkuran di sisinya. Ia menoleh dan kaget melihat James tidur.

"Kenapa kau tidur di sini?!!!!!"pekik Victoria seraya memukul James dengan bantal.

James bangun dengan kaget karena sesuatu menimpa kepalanya. "Auw...hentikan....apa yang kau lakukan?!"serunya beranjak duduk dan mencengkeram tangan Victoria. Menatap garang padanya.

Victoria terkejut mendapat perlakuan demikian dari James. Tangannya terasa sakit karena cengkeraman James. Ia sempat merasa ngeri melihat sorot mata marah dari James, seakan pria itu hendak membunuhnya, tapi Victoria menghalau rasa takutnya. "Ini tempat tidurku! Kenapa kau berada di ruang tidurku?!"ucap Victoria.

"Aku suamimu! Kita sudah menikah, apa kau lupa?!!"

Victoria terdiam. Wajahnya merona. Ia baru teringat upacara pernikahan mereka kemarin. "Tapi kenapa kau tidak tidur di ruanganmu?!"

"Apa aku salah ingin tidur dengan istriku?!"

"Sama sekali tidak. Lepaskan tanganku! Kau menyakitiku!"tukas Victoria menyentak lepas tangannya.

James mengacak kasar rambutnya. "Maafkan aku."gumamnya. Ia melihat rona merah pada tangan Victoria. "Apa tanganmu masih sakit?"tanyanya seraya mengulurkan tangan.

Victoria menjauhi tangan James. "Jangan sentuh aku!"ujarnya. Ia mengusap bekas genggaman James. "Kurasa sebentar lagi akan membaik."

"Sekali lagi maaf. Kau membuat aku kaget."ujar James. Ia melihat Victoria. Wajahnya polos tanpa dandanan, tapi ia tetap terlihat cantik. Rambutnya sedikit berantakan karena tidur. Dan gaun tidurnya yang terbuat dari kain tipis, membuat jantung James berdebar cepat. Ia bisa melihat dada Victoria dari balik gaunnya.

Victoria melihat mata James yang mengarah ke bawah. Ia menunduk dan langsung menjerit. "Apa yang kau lihat!!!!"serunya menarik selimut dan menutupi tubuh bagian atasnya.

"Aku suamimu. Tak ada yang salah jika suami memperhatikan tubuh istrinya."ujar James. "Dan seharusnya, malam tadi kita lewati bersama. Kita masih harus menunaikan pernikahan ini."

Victoria merasa wajahnya panas. "Jadi....kita harus melakukannya sekarang?"tanyanya.

James tertawa mendengar kepolosan Victoria. Ia menatapnya sambil menyeringai. "Kalau saja bisa, aku ingin melakukannya. Sudah tak sabar rasanya ingin menyentuhmu."gumamnya.

Perkataan James membuat wajah Victoria semakin merah padam. Ia merasa gugup. Apa aku siap, tanyanya, aku tak bisa lari lagi.

James mendesah. "Tapi aku tak bisa melakukannya sekarang. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan."tukasnya beranjak bangun.

Victoria melihat James membasuh wajah dan mengganti pakaian di hadapannya. Ia ingin menutup mata tapi rasa penasaran hinggap dalam dirinya. Matanya melebar melihat tubuh tegap dan atletis James. Begitu gagah dan seksi. Napasnya tertahan melihat bekas luka di dada James.

James melihat arah pandangan Victoria. "Ini luka yang kudapat saat aku menyerang kerajaan barat."jelasnya.

Victoria terdiam. Ia merasa malu karena tepergok sedang memperhatikan James. "Apa maumu?!"tanyanya kaget saat James duduk di tepi tempat tidurnya.

"Pamit pada istriku."tukas James mendekatkan kepalanya dan mengecup dahi Victoria.

Victoria terkejut mendapat perlakuan James yang lembut padanya. Biasanya pria itu akan berteriak marah padanya. Ia menghirup aroma maskulin dari sosok James. Victoria ingin sekali memeluknya tapi ia tak berani. Mereka saling menatap setelah James mengecup dahi Victoria.

James memperhatikan wajah Victoria yang halus dan cantik. Tak dapat menahan diri, jarinya terulur menelusuri wajah Victoria. Mengaliri rasa hangat pada kulit wajah istrinya. Jarinya terhenti di sudut bibir Victoria. Dadanya berdebar kencang melihat bibir Victoria merona dan terbuka sedikit. Begitu menggoda. James menatap mata Victoria.

Victoria tak tahu harus bagaimana. Ia hanya membalas tatapan James. Apa ini saatnya, tanyanya gugup.

James membuang muka dan menjauhkan tangannya. "Aku pergi!"ucapnya beranjak bangun dan melangkah menuju pintu. Keluar tanpa menoleh pada Victoria lagi.

Victoria menarik napas lega. Ia merasa sulit untuk bernapas saat James menyentuh wajahnya. Ia mengira pria itu akan menciumnya. Memberinya ciuman pertama. Tapi entah kenapa James mengurungkan niatnya.

"Apa aku tak menarik? Apa aku begitu jelek hingga kau tak mau menciumku...."gumamnya sedih. "James, aku tak tahu bagaimana perasaanmu padaku....tapi... Aku menyukaimu..... Aku mencintai musuhku...."






Tbc....

Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang