Victoria memandangi bangunan yang ia kenal. Tempat ia sering bermain bersama kakak dan ayahnya dulu. Tempat di mana ayahnya ingin rehat dan menyendiri sejenak dari kepenatan pekerjaan serta berkumpul bersama keluarganya. Tapi kini bangunan itu akan menjadi penjara seumur hidup bagi ibu dan Arthur. Istana kecil di sisi lain itu telah diubah menjadi tempat pengasingan.
Victoria menoleh mendengar suara langkah kaki. Ia melihat ibu dan Arthur berjalan dengan pengawasan beberapa prajurit. "Ibu, Arthur!"panggilnya mendekati mereka.
Milicent dan Arthur mendongak melihat Victoria. Saat itu Victoria mengenakan gaun mewah berwarna hijau dengan mahkota menghiasi kepalanya. Arthur memberinya tatapan dingin. Milicent tampak pucat dan marah. Ibunya menggelengkan kepala dengan sedih.
"Ibu....Arthur...."
"Yang Mulia."sapa Arthur seraya membungkuk padanya.
"Hentikan, Arthur. Aku adikmu. Kau tak perlu berbuat begitu."
"Tapi kini kau sudah menjadi ratu."kata Arthur getir.
"Arthur...."
"Victoria, kau sungguh bodoh menikah dengannya!"kata Milicent dengan suara bergetar. Ia merasa sedih sekaligus marah karena keputusan putrinya.
"Ibu, aku terpaksa. Aku tak mau terjadi sesuatu pada kalian. Aku berbuat demikian demi kalian!"
"Demi kami?! Demi kami atau demi dirimu agar kau selamat dan bisa hidup mewah?!"hardik Arthur. Ia mengamati Victoria dari atas hingga bawah. Menatap dengan tersenyum miring. "Tampaknya kini hidupmu sudah bahagia dan aman. Kurasa James memang menjagamu dengan baik."
"Hentikan! Kenapa kalian terus menyudutkan aku? Kenapa kalian tak bisa memikirkan perasaanku?! Aku sayang pada kalian! Aku tak mau kalian di bunuh olehnya!"
"Ibu lebih baik mati daripada kau menikah bersamanya, Victoria! Kau menikah dengan musuh yang sudah merebut tahta kakakmu dan membunuh semua orang! Kau membuatku malu!"ujar Milicent sambil terisak emosi. "Ibu tak ingin melihatmu lagi!"
"Ibu!"seru Victoria menahan tangan Milicent. Tapi ibunya menepiskan tangan Victoria lalu berjalan bersama Arthur masuk ke dalam tempat pengasingan mereka.
"Ibu!!!"isak Victoria berlari menyusul.
"Maaf, Yang Mulia, tapi ibu anda menolak bertemu denganmu lagi."ujar seorang prajurit menahannya masuk lalu menutup pintu gerbang.
Victoria terdiam. Ia mengetuk pintu itu tapi tak ada jawaban dari dalam. "Ibu! Kakak! Maafkan aku..."isak Victoria berlutut dan menangis. "Aku terpaksa...... Sungguh, aku terpaksa melakukannya....."
"Aku tahu aku kejam. Aku mencintai musuhku....ya, aku mencintai James, bu. Aku memang bodoh...." gumam Victoria. "Kuharap kalian mengerti suatu saat nanti."
Victoria kini sudah menjadi seorang ratu, tapi ia harus berkorban kehilangan ibu dan kakak atas keputusannya. Ia menikah dengan pria pilihan hatinya, tapi Victoria tak tahu apakah James mencintainya atau tidak. Ia tak tahu haruskah merasa bahagia atau tidak.
------
"Kau berani melawanku? Apa kau tahu siapa aku?!"tanya Victoria dengan nada tinggi.
"Maaf, Yang Mulia, tapi Yang Mulia Raja melarang anda berkuda tanpa pengawalan."
"Aku sudah biasa berkuda sendirian!"
"Tapi Yang Mulia Raja memberi perintah demikian. Saya tak berani melanggar."ujar pria yang menjaga istal dengan wajah pucat dan gemetar.
Victoria mencoba menarik napas. Setelah menangis di depan pengasingan, ia berlari menuju kandang kuda. Hanya satu yang bisa membuatnya melupakan segala masalahnya, yaitu berkuda bersama Black. Tapi yang ia temukan, penjaga istal menolak menyiapkan kudanya saat tahu sang ratu akan berkuda sendirian. Tanpa prajurit yang mengawal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasySekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...