Victoria menjerit ketika tubuhnya di dorong masuk ke dalam ruang tidur hingga terjatuh. Begitu pula dengan Betty. Prajurit segera menutup pintu lalu menguncinya. Victoria beringsut bangun. Meraih kenop pintu yang sudah terkunci. Ia mengerakkan kenopnya.
Victoria mengedor pintu dengan tangannya. "Buka pintunya!!! Buka!!!"
Victoria terus berteriak sambil memukul pintu. "Buka pintunya! Kalian tak berhak berbuat demikian!!!!"
"Tuan putri, hentikan."ujar Betty menyentuh lengannya. "Percuma saja kau berbuat begitu. Sekarang kita telah menjadi tawanan mereka."
Victoria membalikkan badan. Ia terlihat putus asa. "Apa yang harus aku lakukan?!"serunya.
"Oh tuan putri, tanganmu terluka!"seru Betty melihat tangan Victoria terluka akibat terus menerus mengedor pintu.
Victoria menoleh ke bawah, ke arah tangannya. Ia pun baru menyadari. Ke dua Tangannya terasa perih dan berdenyut. Tapi baginya, lukanya ini tak seberapa jika dibandingkan dengan para korban kekejaman anak buah James.
"Aku akan mengobatimu, tuan putri."
Victoria hanya diam saat Betty menarik tangannya. Menuntun dan menyuruhnya duduk di tempat tidur sementara Betty mengambil sekotak salep dari meja rias Victoria. Betty kembali mendekati sang putri yang duduk terdiam.
Perlahan Betty meraih tangan Victoria. Mengusapkan salep pada luka di tangan majikannya. Victoria masih tetap diam sampai Betty selesai. Betty memandangi Victoria. Wajahnya tampak masih shock dan pucat. Rambutnya kusut. Ia menarik napas.
"Tuan putri, ayo berbaringlah agar kau bisa rehat."gumam Betty membantu menyelimuti Victoria.
"Seharusnya hari ini adalah hari bahagiaku..."bisik Victoria yang sudah berbaring seraya menatap langit kamarnya. Wajahnya tampak sendu. "Tapi kenapa...."
"Tuan putri, cobalah untuk tidur."
Victoria menarik napas. "Mana mungkin aku bisa tidur....."
"Kau harus rehat. Kita tak tahu apa yang akan terjadi esok hari."gumam Betty. Ia beranjak bangun. Mematikan lampu dan hanya menyalakan lampu kecil lalu melangkah mendekati sofa. "Selamat malam."
Betty berbaring di sofa. Menutup mata untuk mencoba tidur. Tapi ia tak bisa. Kejadian hari ini masih membuatnya shock dan tegang. Bayangan para tamu serta prajurit yang menjadi korban tak dapat lenyap dari kepalanya. Ia juga memikirkan nasib pelayan lainnya. Apa mereka selamat atau tidak? Setetes air mata mengalir dari sudut matanya.
Begitu pula halnya dengan Victoria. Sang putri hanya berbaring dengan mata masih terbuka menatap langit kamar. Ia kembali memikirkan penawaran James. Apa yang harus ia pilih? Victoria ingin ibu dan kakaknya selamat, tapi haruskah ia menikah dengan pria jahat itu?! Victoria masih tak percaya pria baik yang ia temui di hutan ternyata seorang pemberontak. Bagaimana bisa di balik wajah tampan dan sosok tegapnya ternyata James seorang bertangan dingin?
------
Pagi menjelang. Terdengar suara kicauan burung. Sinar matahari menyeruak masuk melalui sela tirai jendela yang bergoyang terkena angin. Suasana istana pagi itu sangat ramai. James dan pasukannya menempati istana seperti milik mereka sendiri. Pelayan dan prajurit yang selamat kini bekerja kepada James, raja baru mereka.
Betty terbangun. Ia mengusap matanya. Kepalanya terasa pening karena ia baru bisa tidur menjelang subuh. Betty melihat Victoria sudah berdiri di depan jendela. "Tuan putri."tukas Betty beranjak bangun.
Victoria menoleh. "Kau sudah bangun."
Betty melihat Victoria terlihat pucat. Bawah matanya menggelap karena tak tidur. Sanggulnya terlepas, membuat rambut panjangnya tergerai ikal. Sorot matanya hampa. Namun sinar matahari membuat Victoria terlihat seperti bidadari. Kulit putihnya berkilau. Betty nyaris terdiam karena terpesona.
Victoria kembali memandang keluar jendela. "Lihatlah, musuh telah menduduki tempat kita, Betty. Malam kemarin seharusnya kita bersenang-senang...tapi sekarang...semua telah musnah."
Betty mendekati Victoria. Ia ikut melihat keluar jendela. Semua prajurit yang berjaga memang bukan yang ia kenal. Ia melihat kekacauan tadi malam sudah tak ada. Vas yang pecah sudah disingkirkan. Noda darah dibersihkan pelayan. Betty bertanya dalam hati apa yang mereka lakukan terhadap mayat para tamu serta prajurit?! Terdengar suara besi beradu membuat Victoria dan Betty menoleh mencari sumber suara tersebut. Terlihat beberapa prajurit sedang berlatih pedang di sisi taman yang luas.
"Setelah penyerangan tadi malam, mereka masih memiliki tenaga untuk berlatih sepagi ini?!"gumam Victoria tak percaya.
"Musuh kita sungguh tangguh...."sahut Betty.
"Dan pasukan kita tak siap untuk ini. Mereka tak pernah mengira akan mendapat serangan."
Victoria melihat sosok yang ia kenal berjalan melewati taman. James berjalan dengan dua orang pria di belakangnya. Victoria penasaran siapa ke dua orang itu. Apakah mereka orang kepercayaannya? Pria itu tampak segar dan gagah meski hanya memakai kemeja putih. Rambutnya terkena angin hingga menjadi berantakan. Wajahnya tampak dingin dan serius melihat anak buahnya, tapi hal itu tetap tidak menghilangkan pesonanya.
Tanpa sadar Victoria terus memperhatikan gerak gerik James. Pria itu berjalan sepanjang jalan setapak di taman, dengan dua orang pria di belakangnya. Ia masih tak percaya pria yang ia temui di hutan beberapa saat lalu ternyata seorang pria keji. James yang ia lihat di hutan sama sekali tak ada bayangan seorang pembunuh bertangan dingin. Ke mana James yang baik dan ramah? Apa James hanya bersandiwara saat itu?! Tapi sikapnya begitu baik dan tulus. Tak terlihat sedang berbohong.
Victoria melihat James berhenti dan berbicara dengan seorang pria. Mereka tampak membicarakan sesuatu yang serius. Dan ketika pria lainnya undur diri, mendadak James mendongak ke atas. Mata mereka bertemu. Meski dari jauh, tapi Victoria bisa melihat mata birunya mengarah padanya. Menatap dirinya dengan intens. Jantung Victoria serasa berhenti berdetak. Tanpa sadar wajahnya merona karena tepergok sedang memandangi James. Ia langsung membalikkan badan dan menjauh dari jendela.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasySekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...